Kisah Cinta Aktor Jerman di Bawah Cengkeraman Nazi
Nazi mendirikan biro khusus untuk mengurusi kehidupan pribadi para sineas Jerman. Aktor ternama Hans Albers menyusun rencana menyelamatkan kekasihnya seorang Yahudi.
SEIRING didapuknya Adolf Hitler sebagai pemimpin Nazi Jerman dan didirikannya Dewan Budaya Reich (Reichkulturkammer) pada 1930-an, kampanye di media massa mendorong penonton untuk tidak menoleransi aktor dan aktris non-Arya dan menuntut semua bintang film untuk memberikan bukti asal-usul ras mereka. Lembaga Biro Promosi Seni (Amt für Kunstpflege) didirikan untuk mengurusi urusan pribadi para aktor, sutradara, produser, penulis naskah, penerbit, dan sejenisnya.
Menurut sejarawan David Welch dalam Propaganda and the German Cinema, 1933–1945, biro itu pada dasarnya adalah organisasi partai dan bekerja sama dengan Filmkontingenstelle, yang berada di bawah pengawasan Reichsministerium für Volksaufklärung und Propaganda. “Tidak puas dengan menyelidiki asal-usul ras orang-orang yang bekerja di dunia seni, biro ini juga memiliki perhatian yang besar terhadap ‘sikap’ dan pergaulan mereka,” tulis Welch. RMVP atau Kementerian Negara bidang Penerangan dan Propaganda Reich di bawah Joseph Goebbels.
Biro tersebut menerima kiriman banyak surat dari pembaca yang bertanya tentang asal-usul ras para aktor kenamaan Jerman. Salah satu pertanyaan yang paling banyak diajukan adalah tentang hubungan aktor Hans Albers dengan aktris berdarah Yahudi bernama Hansi Burg.
Albers, yang lahir di Hamburg, 22 September 1892, dikenal sebagai legenda perfilman Jerman dengan lebih dari seratus film bisu. Ia juga membintangi film talkie (bicara) Jerman pertama pada 1929, Die Nacht gehört uns (The Night Belongs to Us). Selain itu, beberapa film yang dibintanginya antara lain Flüchtinge (1933), Der Mann, der Sherlock Holmes war (1937), dan Die Gelbe Flagge (The Yellow Flag) (1937).
Baca juga:
Akting dan pesona Albers tak hanya dicintai masyarakat biasa, ia juga populer di kalangan petinggi Nazi. Goebbels bahkan terpesona dengan Albers. Ia memandang pria bermata biru dan berambut pirang itu sebagai representasi sempurna secara fisiologis dari budaya Jerman.
Oleh karena itu, menurut Michael Munn dalam Hitler and the Nazi Cult of Celebrity, setelah Hitler berkuasa, Albers menjadi salah satu bintang film yang diundang ke pelantikan Goebbels sebagai pemimpin Reichskulturkammer (Dewan Budaya Reich). Namun, Albers tidak hadir dan menolak bergabung dengan Reich Film Chamber (Dewan Film Reich) yang wajib bagi para aktor Jerman.
Bagi sejumlah pihak, sikap kurang bersahabat Albers berkaitan dengan perbedaan pandangannya dengan rezim Nazi. Namun, ada pula yang memandang Albers bersikap seperti itu karena desakan agar ia mengakhiri hubungannya dengan Hansi Burg. Keduanya bertemu dan jatuh cinta pada 1925, tetapi tidak menggembar-gemborkan hubungan mereka ke publik untuk menghindari munculnya skandal. Terlebih setelah Hitler berkuasa, Nazi semakin memusuhi orang-orang Yahudi. Saat tampil di hadapan publik, keduanya lebih terlihat seperti teman dan kolega.
Lambat laun Gestapo mengetahui hubungan Albers dengan Hansi. “Di Jerman Nazi, hanya ada sedikit rahasia seperti itu, dan sudah menjadi rahasia umum dalam bisnis film bahwa keduanya adalah sepasang kekasih; seseorang telah membocorkan hal tersebut,” sebut Munn. Meski telah terbongkar, baik Albers maupun Hansi tidak ditahan. Kemungkinan besar Goebbels ikut andil dalam hal ini karena ia membutuhkan Albers sebagai pion untuk propaganda.
Pada Oktober 1935, Alber menulis surat kepada Goebbels bahwa “dalam memenuhi tugas saya terhadap [pemerintah]... Saya telah mengakhiri hubungan pribadi saya” dengan Hansi Burg, dan memohon agar ia diberi “perlindungan yang diberikan negara kepada para senimannya”. Ia menutup suratnya dengan “Heil Hitler!” Goebbels sangat senang dengan surat itu.
Namun, ternyata Albers telah mengatur rencana untuk menyelamatkan kekasihnya dari cengkeraman Nazi. Ia mengungsikan Hansi ke Norwegia dengan bantuan seorang kawan. Albers memberi mereka uang dan bertemu dengan Hansi kapanpun dia bisa. Meski berhasil menyelamatkan Hansi, Albers gagal mengevakuasi ayahnya, Eugen Burg, yang juga aktor terkenal Jerman.
Baca juga:
“Nazi menangkap Eugen ketika ia berusaha melarikan diri dari Reich dan pada Januari 1943 ia dikirim ke Theresienstadt. Terlepas dari intervensi Albers, Eugen yang sudah hampir buta, meninggal di kamp konsentrasi pada November 1944,” tulis Michael H. Kater dalam Culture in Nazi Germany.
Setelah tinggal selama beberapa waktu di Norwegia, Hansi pergi ke Swiss, sementara Albers terus berkarya sebagai aktor di Jerman. Namun, tanpa Hansi, ia sering merasa kesepian dan depresi karena kehilangan beberapa teman yang menjadi korban Nazi. Albers mengasingkan diri ke sebuah perkebunan di sekitar Danau Starnberg, sedangkan Hansi melarikan diri ke Inggris pada 1938. Albers menghibur diri dengan alkohol, dan sering berbicara sembrono, terutama bila di bawah pengaruh alkohol.
Lama tak bertemu dengan Hansi, Albers dikabarkan menjalin hubungan dengan Lída Baarová. “Pada April 1945 Lída Baarová, aktris Ceko yang tinggal dan bekerja di Praha sejak ia melarikan diri ke sana setelah perselingkuhannya dengan Joseph Goebbels, memutuskan untuk kembali ke Jerman untuk tinggal bersama kekasihnya saat ini, Hans Albers, di rumahnya di tepi Danau Starnberg. Namun, ia tidak pernah tiba di sana karena ia lebih dahulu ditangkap oleh polisi militer Amerika dan dipenjara di Munich,” sebut Munn.
Albers telah menantikan kedatangan Lída, tetapi tidak pernah muncul. Ia pun hidup dalam masa depan yang tidak menentu. Sang aktor dilarang bekerja, seperti kebanyakan orang yang pernah bekerja di bawah Nazi dan dianggap simpatisan Nazi. Pada 1946, mantan kekasihnya, Hansi Burg kembali ke Jerman dan keduanya kembali bersatu.
Pada 1947, Albers diizinkan kembali bekerja dan terus menjadi bintang papan atas Jerman hingga tahun 1950-an. Albers dan Hansi tetap bersama sampai kematiannya pada 1960.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar