top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Kala Ibu Bersatu

Untuk melawan rezim Soeharto, para perempuan aktivis mendirikan Suara Ibu Peduli. Kata “ibu” dan isu "susu" dijadikan kamuflase.

Oleh :
28 Apr 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Gadis Arivia (memegang bunga), Julia Suryakusuma (berbaju merah) bersama rekan-rekan Suara Ibu Peduli kala berdemo di Bundaran Hotel Indonesia, 23 Februari 1998. Sumber: Berita Buana, No. 146. Repro: Iwan Kurniawan.

SEMENTARA para anggota Suara Ibu Peduli (SIP) lain berdiri di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Karlina (Leksono) Supelli dan dua rekannya membagikan bunga kepada prajurit-prajurit ABRI yang berjaga. Aksi pada 23 Februari 1998 itu merupakan aksi protes terhadap tingginya harga kebutuhan pokok, terutama susu.


SIP memprotes pemerintah yang tak memperhatikan rakyat kecil. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, desak SIP, mestinya jadi perhatian utama pemerintah.


“Dulu itu yang menginisiasi perempuan kelas menengah, bikin Suara Ibu Peduli untuk demo di Bundaran HI. Waktu itu ada teman-teman dari Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Karlina Leksono, Gadis Arivia, dan saya,” kata Julia Suryakusuma, juru bicara aksi, kepada Historia.


Bermula dari Latihan Aerobik


Ide untuk melakukan demonstrasi dimulai sejak November 1997. Menurut Gadis Arivia dalam makalah “Politik Representasi Suara Ibu Peduli”, ide awal muncul ketika dia berdiskusi dengan Nur Iman Subono, Karlina, dan seorang rekan asal Korea Eun Sook.


Untuk merealisasikan ide itu, mereka mengundang rekan-rekan aktivis perempuan ke Kantor Yayasan Jurnal Perempuan, Gedung BOR Megaria, 13 Februari 1998. Sekira 15 perempuan ikut dalam pertemuan itu. Antara lain, Myra Diarsi, Julia Suryakusuma, Tati Krisnawaty, Salma Safitri, Umi Lasminah, dan Robin Bush, mahasiswa asal Amerika Serikat. Mereka menggunakan kode aerobik untuk menghindari endusan aparat keamanan; kode terus digunakan setiap mereka akan mengadakan pertemuan.


Pertemuan pertama itu membahas tentang keinginan berdemonstrasi untuk melawan rezim Orde Baru, menjatuhkan Soeharto. Untuk mengelabui penguasa, yang cenderung simpatik kepada kegiatan ibu-ibu seperti Dharma Wanita, mereka menggunakan istilah ibu.


Segala hal menyangkut rencana demonstrasi mendapat pembahasan detil dalam rapat “aerobik” itu. Meski SIP tak punya masalah dengan kenaikan harga susu bayi, menurut Gadis, isu susu bayi dipilih untuk menarik simpati publik karena masalah itu dirasakan semua orang. Susu bayi merupakan kamuflase terbaik karna berkaitan langsung dengan perempuan sebagai ibu. Bundaran HI dipilih karena merupakan tempat strategis di mana para kelas pekerja lalu-lalang.


“Puncaknya, perempuan bisa bersuara meski harus dengan cara-cara politis, seperti turunkan harga susu. Jadi seolah-olah itu ibu-ibu yang demo, mencerminkan ibuisme juga. Jadi strategi demonya begitu,” kata Mariana Amiruddin, komisioner Komnas Perempuan, pada Historia.


Meski sempat ada kemungkinan siaga satu, tembak di tempat, para perempuan tak gentar. Demonstrasi tetap berjalan. Para perempuan melakukan orasi dan membagikan bunga kepada prajurit ABRI dan orang-orang yang lewat selama aksi damai itu.


Aksi itu terjadi beberapa bulan sebelum demonstrasi mahasiswa pecah. “Ada penyelewengan sejarah kalau dikatakan bahwa reformasi dimulai oleh mahasiswa. Sebetulnya, yang pertama demo itu SIP. Demo mahasiswa kan baru Mei 1998,” kata Julia.


Meski aksi berlangsung hanya 30 menit, aparat tak tinggal diam. Karlina Supelli, Gadis Arivia, dan Wilasih asal Salatiga langsung diangkut ke truk aparat usai aksi. Aparat, yang mencurigai mereka ditunggangi kaum oposisi, menanyakan ada-tidaknya keterlibatan ideologi komunis dalam aksi tersebut.  


Setelah ditahan selama 23 jam, ketiga aktivis itu dimejahijaukan meski kasusnya kemudian berhenti akibat Reformasi. Toh, represi penguasa tak menciutkan nyali mereka. Aksi mahasiswa yang muncul kemudian, mereka dukung. SIP kembali menggunakan kamuflase ibu “peduli” untuk mendukung aksi mahasiswa dari 19 Mei hingga 23 Mei.


“Para perempuan yang ikut dalam SIP mendukung aksi demo mahasiswa dengan membagikan nasi bungkus. Melakukan taktik dengan menunjukkan peran sebagai ibu,” kata Mariana.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Kisah Prajurit Doyan Kawin

Kisah Prajurit Doyan Kawin

Poligami dipraktikkan oknum tentara sejak dulu. Ada yang dapat hukuman karenanya.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (2)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (2)

Johan Kepler Panggabean merupakan pengusaha nasional sekaligus sahabat Presiden Sukarno. Perusahaannya agen tunggal mobil VW dari Jerman berakhir menyusul pergantian kekuasaan.
Aksi Berani Wolter 'Bote' Monginsidi

Aksi Berani Wolter 'Bote' Monginsidi

Pada 1945, Bote yang mulai dipanggil dengan Wolter pergi ke Makassar melanjutkan pendidikannya. Di sana ia ustru ditugasi menyerbu gedung-gedung yang diduduki Belanda dan menangkapi para perwira Belanda.
Buku “Sejarah Indonesia”, Highlight Akar Peradaban hingga Menjadi Indonesia

Buku “Sejarah Indonesia”, Highlight Akar Peradaban hingga Menjadi Indonesia

Buku “Sejarah Indonesia” diluncurkan dalam rangka 80 tahun HUT RI sekaligus menetapkan Hari Sejarah.
Pecah Kongsi Perkawinan S.K. Trimurti dan Sayuti Melik

Pecah Kongsi Perkawinan S.K. Trimurti dan Sayuti Melik

S.K. Trimurti dan Sayuti Melik menikah dengan satu ikrar: berjuang bersama. Politik membuat pasangan ini keluar masuk-penjara. Namun, biduk rumah tangga mereka kandas menjelang masa senja.
bottom of page