- Hendri F. Isnaeni
- 1 Mar 2012
- 3 menit membaca
Diperbarui: 35false58 GMT+0000 (Coordinated Universal Time)
KITA mengenal Polemik Kebudayaan pada 1930-an. Namun, dalam sejarah, dialog kebudayaan dengan beragam bentuk dan intensitas sudah terjadi jauh sebelumnya. Menurut sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Abdullah, Nusantara terlibat dalam dinamika kebudayaan “internasional” sejak masa-masa awal abad Masehi.
Intensitas hubungan bersifat “internasional” terjadi pada masa Sriwijaya. Sumber Tiongkok menyatakan Sriwijaya pada abad ke-7 menjadi pusat pengetahuan Buddhisme, selain Nalanda di India. Menjelang tampilnya Majapahit, Buddhisme kian tergeser oleh Hinduisme. “Kebudayaan yang kekurangan dewa telah digantikan oleh kebudayaan yang dihuni oleh dewa-dewa yang mewakili segala cabang kehidupan,” kata Taufik Abdullah dalam seminar bertema “Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan” di Universitas Paramadina, 28 Februari lalu.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











