Demi Gaji Tinggi, Orang Prancis Jadi Tentara KNIL
Orang Eropa yang jadi tentara di Hindia Belanda kecewa. Iming-iming gaji besar ternyata tipuan belaka.
REKRUTMEN anggota Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) menarik minat orang Eropa, terutama dari Prancis. Mereka bersedia dikirim ke Hindia Belanda karena tergiur iming-iming gaji yang tinggi.
Jean Roecher, mantan atase militer Prancis di Jakarta, mengungkapkan, sebelum akhirnya KNIL resmi terbentuk tahun 1830, Belanda memerlukan banyak orang untuk bertempur di Hindia Belanda. Mereka pun merekrut dan mendatangkan orang asing ke Hindia Belanda.
“Khususnya untuk perang di Aceh butuh banyak serdadu. Di Nusantara sudah banyak yang meninggal karena pertempuran dan penyakit,” kata Roecher dalam bedah bukunya yang ditulis bersama Iwan Santosa, KNIL: Perang Kolonial di Nusantara Dalam Catatan Prancis, di Gramedia Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (2/6).
Roecher berkisah, di antara yang turut bergabung dalam KNIL adalah mereka yang berasal dari Belgia, Swiss, Jerman, dan Prancis. Saat itu mereka diiming-imingi gaji yang sangat besar, yaitu 300 gulden. “Artinya ini merupakan satu tahun gaji seorang buruh,” lanjut Roecher.
Berdasarkan penelitiannya, cukup banyak orang Prancis yang ikut serta. Kala itu periode kerusuhan di Prancis sehingga banyak orang ingin keluar dari negara itu dan mencari sumber penghidupan.
Sayangnya, iming-iming itu ternyata tak menjadi kenyataan ketika orang-orang Prancis tiba di Jawa. Gaji yang diberikan rupanya jauh lebih kecil. Ditambah lagi segala macam penyakit tropis yang mengancam orang-orang asing itu. “Mereka sangat kecewa. Bisa dibilang ada penipuan,” ucap Roecher.
Namun, lanjut Rocher, hal itu tidak membuat para pendatang lari pulang kembali ke negara asalnya. Jika tercatat ada yang melakukan desersi, itu hanya sedikit sekali. Pasalnya, Eropa terlalu jauh untuk mereka kembali.
Alasan lainnya, rupanya ada kebanggaan tersendiri menjadi prajurit KNIL. Menurut Rocher, orang bumiputera menaruh hormat kepada mereka karena membawa senjata. “Senjatanya tidak jelek. Waktu perang Aceh mereka punya senapan modern. Meski mereka sebenarnya miskin,” tuturnya.
Tentara KNIL yang didatangkan dari Eropa itu pun akhirnya banyak yang menetap. Mereka bahkan menikah dengan perempuan bumiputera. Bagi yang pensiun ada juga yang pulang ke negeri asalnya.
“Mereka juga punya pesangon. Lebih dari lumayan. Karena hanya tentara KNIL yang dikasih pesangon. Di Eropa tidak ada (tentara yang mendapat pesangon),” terangnya lagi.
[pages]
Tambahkan komentar
Belum ada komentar