top of page

Sejarah Indonesia

Akhir Tragis Sultan Ternate Di Tangan Portugis

Akhir Tragis Sultan Ternate di Tangan Portugis

Sultan Ternate dibunuh orang Portugis karena menentang monopoli dan kristenisasi.

27 Februari 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Diorama pembunuhan Sultan Ternate Khairun Jamil di Benteng Kastela, Ternate.

HARI ini, 28 Februari 1570, 448 tahun lalu Sultan Ternate Khairun Jamil dibunuh orang Portugis. Pembunuhannya terjadi menyusul perpecahan yang terjadi dalam tubuh kerajaan akibat campur tangan Portugis.


Khairun Jamil, yang lahir pada 1522, naik takhta menggantikan kakak tirinya, Tabariji. Khairun jadi sultan ketika usianya masih 13 tahun. “Karena belum cukup umur, sebagai Mangkubumi (wali), ditunjuk Samarau, mantan Salahakan (gubernur) Kerajaan Ternate di Ambon,” tulis M. Adnan Amal dalam Tahun-Tahun yang Menentukan.


Begitu meraih kembali takhtanya, yang sebelumnya direbut Tabariji lewat persekongkolan dengan Portugis, Khairun langsung membuat dua tindakan penting.


Pertama, dia mendeklarasikan pembatalan akta hibah yang dibuat Tabariji di Goa, yang menyerahkan Ambon, Buru, dan Seram serta pulau-pulau sekitarnya kepada Jordao de Freitas.


Kedua, dia membatalkan testamen Tabariji –sultan yang berhasil menduduki takhta setelah masuk Kristen atas bujukan Freitas– yang menyatakan Ternate sebagai Kerajaan Kristen di bawah Portugis.


“Pembatalan akta hibah dan testamen tersebut mendatangkan kelegaan bagi para sultan Maluku lainnya. Tetapi akibat tindakan ini, orang-orang Portugis memberi label kepada Khairun sebagai ‘seorang yang paling fanatik kepada Islam’,” tulis Adnan Amal di buku lain, Kepulauan Rempah-Rempah.


Khairun juga menentang monopoli perdagangan rempah-rempah oleh Portugis di Maluku. Portugis yang merasa dirinya tidak kuat, mengingat bantuan dari Goa dan Malaka sudah berkurang, dalam menghadapi Ternate menjalankan taktik perdamaian.


Pergolakan mulai terjadi ketika kristenisasi yang dilakukan Portugis makin merajalela. “Kemajuan evangelisasi yang begitu pesat dan klaim Misi bahwa sekitar 35.000 orang telah beralih agama hingga 1553 di Moro, telah menimbulkan kekhawatiran Khairun,” lanjut Adnan.


Tahun itu juga Khairun mengundang sultan-sultan di Maluku untuk membahas kristenisasi. “Dengan suara bulat para sultan memutuskan menyetop laju evangelisasi dan mengenyahkan orang-orang Portugis dari Moro dan Maluku.”


Khairun juga tak terima terhadap upaya Portugis menghasut kerajaan-kerajaan kecil di Ternate untuk berontak pada kesultanannya. Meski pemberontakan-pemberontakan benar muncul setelah hasutan itu, Ternate dengan mudah mampu memadamkannya.


Ternate menggalang kerja sama kerajaan-kerajaan di Maluku untuk bersatu mengusir Portugis. Upaya tersebut berhasil hingga membuat Ternate mampu mengepung benteng Portugis yang tersisa di Ternate pada 1558.


Terdesaknya Portugis membuat Gubernur Portugis di Ternate Lopez de Mesquita mengajukan permohonan perdamaian kepada Khairun. Pada 27 Februari 1570, Mesquita bahkan sampai bersumpah menggunakan Injil bahwa benar-benar ingin berdamai. Sang sultan, yang toleran dan bertiktikad baik, mengabulkan permohonan Mesquita meski para pengawal dan bobato mencegahnya karena mendapat firasat buruk.


Mesquita kemudian mengundang Khairun ke basisnya di Benteng Gamlamo (kini Benteng Kastela) pada 28 Februari 1570 malam. Ada udang di balik batu, ternyata ada maksud jahat di balik undangan perdamaian Mesquita. Saat Khairun datang dengan para pengawalnya, Portugis memberi syarat bahwa hanya sang sultan yang boleh masuk.


“Ketika menuju ruang audiensi gubernur, seorang tentara Portugis, Sersan Antonio Pimental menghampiri Khairun. Pimental mencabut keris di pinggangnya dan melakukan tusukan berkali-kali ke tubuh Khairun,” tulis Adnan.


Sultan Khairun yang diserang mendadak, seketika roboh dan tewas di tempat. Jenazahnya dimutilasi dan dipertontonkan kepada publik. Tubuhnya yang sudah tercincang, digarami dan ditenggelamkan di dasar laut bak makanan ikan.


Di tanggal itu pula, putra sulung Khairun, Baabullah Datu Syah, naik takhta. Dia langsung mengobarkan perang melawan Portugis. Selama lima tahun berperang, Baabullah akhirnya berhasil mengusir Portugis dari Ternate.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page