Aidit dan Njoto Mengarak Jenazah Stalin
Ditolak di Belanda, kedua pemimpin muda PKI ini diterima di Cekoslowakia dan Uni Soviet. Sewaktu di Moskow, turut menyongsong jenazah Kamerad Stalin.
D.N Aidit dan Njoto belum genap berusia 30 tahun sewaktu keduanya mengambil alih pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI). Bersama Lukman, mereka kerap dijuluki triumvirat atau tiga serangkai pimpinan PKI. Putusan pengangkat mereka tertuang dalam Sidang Pleno Central Comite (CC) PKI 1953. Aidit diangkat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKI, Lukman Wakil Sekjen I, dan Njoto Wakil Sekjen II. Dari ketiganya, Njotolah yang paling muda. Usianya baru 28 tahun saat itu.
Dengan kedudukan mereka dalam partai, Aidit, Lukman, dan Njoto terhubung dengan partai komunis sedunia. Ketika Partai Komunis Belanda menghelat kongres, Aidit dan Njoto diundang sebagai perwakilan PKI. Keduanya pun menyiapkan keberangkatan ke Belanda. Mulai dari persiapan diri hingga visa yang diperoleh dari Komisaris Agung Belanda di Jakarta. Semua sudah beres.
Insiden terjadi sewaktu Aidit dan Njoto mendarat di Bandara Schipol, Den Haag. Mereka ditolak masuk oleh pemerintah Belanda. Mareka digolongkan sebagai ongeweste figuren atau orang yang tidak inginkan. Meski kawan-kawan dari Partai Komunis Belanda banyak yang menjemput, Aidit dan Njoto tidak diperkenankan berlama-lama di Schipol. Petugas bandara meminta mereka Kembali ke Jakarta.
Baca juga: D.N. Aidit, Petinggi PKI yang Menutup Diri
Tapi, Aidit dan Njoto tak patah arang. Sudah jauh-jauh terbang ke Belanda, mereka enggan balik ke Jakarta. Menurut Minggu Pagi, No. 20, 15 Agustus 1954, Aidit dan Njoto diundang oleh pimpinan Partai Komunis Cekoslawakia dan Partai Komunis Uni Soviet. Enam bulan (November 1952-Mei 1953) lamanya mereka di kedua negara itu.
Di Moskow, Aidit dan Njoto menyaksikan peristiwa sangat penting dalam sejarah partai komunis. Saat itu bertepatan dengan wafatnya Sekjen Partai Komunis Uni Soviet Joseph Stalin pada 5 Maret 1953. Aidit dan Njoto turut menghadiri pemakaman Stalin, menyatakan belasungkawa mewakili PKI.
“Njoto sama Aidit ikut prosesi pemakamannya Stalin mewakili PKI. Mereka ikut arak-arakan mengantar jenazahnya Stalin,” terang Fadrik Azis Firdausi penulis biografi Njoto: Biografi Pemikiran 1951—1965 kepada Historia.id.
Baca juga: Kematian Stalin dalam Banyolan
Selain Aidit dan Njoto, perwakilan partai-partai komunis dari beberapa negara juga turut menghadiri prosesi pemakaman Stalin. Dalam salah satu terbitannya yang memberitakan peristiwa wafatnya Stalin, Harian Rakjat –surat kabar yang berafiliasi dengan PKI– menggambarkan suasana Moskow yang berkabung. Tidak luput dimuat profil dan pencapaian Stalin dalam memimpin Uni Soviet dan Partai Komunis semasa hidupnya. Pemberitaan itu tentu tak lepas dari peran Njoto, sebab ia merangkap sebagai pemimpin redaksi Harian Rakjat
Dalam sejarah partai komunis, Stalin termasuk tokoh penting di samping Lenin. Dia terlibat dalam Revolusi Bolshevik pada 1917 yang menumbangkan Kekaisaran Rusia dan pembentukan Uni Soviet. Sejak menjadi sekjen Partai Komunis Uni Soviet, Stalin berperan dalam menyebarluaskan paham Marxisme-Leninisme ke seluruh dunia lewat pembentukan organisasi Komunis Internasional (Komintern). Pengaruh Komintern sampai pula ke Indonesia yang saat itu masih dalam bentuk negara koloni Hindia Belanda. Salah satu tokoh komintern dari Indonesia adalah Semaun, yang kelak membidani berdirinya Perserikatan Komunis Hindia, cikal bakal PKI.
Meski kerap menjalankan kekuasaan secara totaliter dan kejam, toh Stalin begitu dihormati orang-orang partai komunis. Tidak terkecuali oleh Aidit dan Njoto dari PKI. Bagi keduanya, suatu kehormatan besar dapat mengantarkan jenazah Stalin ke makamnya di persemayaman Mausoleum Lenin.
“Suatu kebahagiaan didalam saat-saat kesedihan. Njoto dan Aidit menganggap saat-saat itu sebagai saat-saat yang paling berbahagia selama hidupnya. Mungkin tidak ada suatu peristiwa lain lagi di masa yang akan datang yang senikmat dan sebahagia itu,” ulas Minggu Pagi.
Baca juga: Yang Muda Yang Berkuasa
Tidak lama setelah Stalin, Sekjen Partai Komunis Cekoslawakia Klement Gottwald jugat wafat pada 14 Maret 1953. Aidit dan Njoto, seturut Minggu Pagi, dikabarkan turut menghadiri pemakaman Gottwald. Sekembalinya mereka ke Indonesia, PKI menggelar Kongres Nasional ke-V. Aidit, Lukman, dan Njoto, dikukuhkan sebagai pimpinan CC PKI.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar