- Hendri F. Isnaeni
- 31 Agu 2019
- 4 menit membaca
PADA suatu malam di awal tahun 1950, Rosihan Anwar, pemimpin redaksi harian Pedoman, bertamu ke rumah seorang Amerika Serikat. Orangnya sudah agak berumur, badannya gempal, kepalanya dicukur licin, murah senyum, dan suka tertawa. Dia tinggal sendirian di rumah besar yang agak ke dalam, di pinggir jalan raya Bogor menuju Jakarta. Dia bolak-balik Bogor-Jakarta karena pekerjaannya sebagai atase di Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












