Tahun Baru Nahas di Stadion Ibrox
Sebanyak 66 nyawa melayang dalam tragedi di Stadion Ibrox 50 tahun silam. Akibat pandemi, peringatan 50 tahunnya bakal digelar secara terbatas.
CUACA di kota Glasgow pada awal tahun 1971 masih dingin menggigit. Namun pada 2 Januari 1971, puluhan ribu suporter yang menyesaki Stadion Ibrox bisa menghangatkan suasana hati John Hodgman, asisten editor Suratkabar Daily Express yang fans berat Glasgow Rangers.
Dua hari sebelumnya, saat pergantian tahun, Ibrox tengah menjadi tempat duel tim sekota bertajuk “Derby Old Firm” antara Rangers vs Glasgow Celtic. Dua klub tersebut acap berseteru berdasarkan agama: Katolik dan Protestan.
“Rangers belum berubah. Sudah menjadi kebanggaan bagi mereka dengan memasuki 1970-an tanpa sekalipun merekrut pemain Katolik dalam 100 tahun. Di sisi lain, Celtic justru dilatih seorang Protestan (Jock Stein, red.),” kata Hodgman (72) mengenang kejadian itu lewat kolomnya di The Guardian, 3 Desember 2020.
Di babak pertama, Hodgman menyaksikan duel itu di sektor fans Celtic untuk keperluan reportasenya. Namun saat laga turun minum, Hodgman beralih ke tribun timur, basis fans Rangers. Ribuan fans Rangers tampak bosan sepanjang babak kedua hingga tiba menit ke-89.
Baca juga: Duka Manchester United di Bencana Munich
Dari tempatnya, Hodgman melihat di sektor seberang fans Celtic bereuforia seiring Jimmy Johnstone melesakkan gol 1-0 buat Celtic. Raut wajah kecewa tampak di antara beberapa fans Rangers yang memilih untuk meninggalkan tribun menuju “Tangga 13” di sisi timur laut stadion lantaran laga sebentar lagi berakhir.
Namun, di menit terakhir tendangan bebas Colin Stein berhasil mengubah skor, 1-1, yang lantas diikuti histeria ribuan penonton yang masih bertahan di tribun. Histeria itu lantas menular kepada ribuan penonton yang sudah bergerak di Tangga 13, tangga keluar yang sempit dan hanya terdiri dari tujuh jalur.
“Para penonton yang seperti saya yang tengah berhimpitan dengan punggung orang lain menuju tangga keluar, tiba-tiba berhenti dan berbalik arah untuk melihat lagi. Saat Stein mencetak gol, suasananya sudah seperti bom yang meledak. Semua tribun basis penonton Rangers bersorak. Skor 1-1 sudah seperti kemenangan buat kami,” imbuhnya.
Lima menit pasca-wasit meniup peluit panjang tanda laga berakhir, bencana dimulai. Hodgman tak bisa mengingat apa yang menyebabkan ribuan orang berdesakan di “Tangga 13” tiba-tiba bertumbangan seperti susunan domino berjatuhan. Hodgman sedikit beruntung. Dia berada di salah satu sisi pagar kayu dan mengamankan dirinya dengan duduk di atas pagar kayu itu.
Hal nahas dialami suporter Rangers Andy Ewan (71). Ia yang saat itu masih berusia 23 tahun ikut tumbang dan terjebak di tengah tumpukan manusia laiknya piramida setinggi enam kaki. Tetapi sebelum kejadian bertambah parah, Ewan berhasil diselamatkan.
“Bagian bawah tubuh saya terjebak dan tak bisa bergerak. Di sekitar saya terdengar banyak teriakan dan tangisan. Seperti saya, mereka kesulitan bernafas. Jika tidak ada seorang polisi yang datang dari bawah dan menarik saya…siapa yang tahu (jika saya masih akan hidup),” ujar Ewan kepada The Herald, Selasa (29/12/2020).
Puluhan fans lain tak seberuntung Hodgman atau Ewan. Sebanyak 66 suporter Rangers meregang nyawa. Sementara 200 lainnya luka-luka. Hari itu jadi bencana terburuk dalam sepakbola di Inggris Raya sebelum Bencana Hillsborough di Sheffield, Inggris terjadi pada 1989.
Dari 66 orang yang tewas mengenaskan, 31 di antaranya masih di bawah umur. Yang termuda, Nigel Patrick Pickup, berusia sembilan tahun. Satu perempuan, Margaret Ferguson, yang berusia 18 tahun turut jadi korban tewas.
Petaka Ibrox Salah Siapa?
Tragedi itu bukan yang pertama terjadi di Ibrox, kandang Rangers sejak 1887. Petaka di Ibrox pertamakali terjadi pada 5 April 1902 kala Skotlandia menjamu Inggris dalam turnamen British Home Championship 1901-1902. Robert Sheils mengungkapkan dalam “The Fatalities at the Ibrox Disaster of 1902” yang dimuat dalam The Sports Historian, 25 orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka dalam tragedi itu.
Tragedi tersebut disebabkan oleh dinding belakang di tribun barat ambruk. Lapisan dindingnya yang terbuat dari material kayu ternyata sudah keropos akibat hujan deras pada malam sebelum pertandingan.
Kejadian serupa tragedi “Tangga 13” tahun 1971 terjadi pula 10 tahun sebelumnya. Hodgman masih ingat tragedi pada 16 September 1961 itu lantaran menjadi salah satu korban. Dua orang tewas dan delapan terluka akibat bencana itu.
Baca juga: Hilang Nyawa Suporter Bola Salah Siapa?
Meski sempat terjatuh dan terhimpit, Hodgman yang saat itu berusia 14 tahun bisa selamat. Dia hanya terluka di bagian rusuk.
“Tidak ada orang yang bisa bergerak. Saya panik. Rasanya seperti berada di dalam air terlalu lama. Paru-paru saya kosong dan berusaha keras mendapatkan udara. Betapapun berusaha bergerak, namun sikut saya terhimpit rusuk saya sendiri. Saya menangis dan mengumpat. Setelah beberapa orang bisa melepaskan diri, saya mendapati celah untuk bergerak dan menjauh dari tumpukan manusia itu,” sambung Hodgman.
Baca juga: Petaka Pasadena
Pada 1969, petaka kembali terjadi di “Tangga 13”. Meski tidak ada korban tewas, sebanyak 13 penonton terluka dalam kejadian ini.
Kendati kejadian pahit sudah beberapakali menghampiri Ibrox, pengelola stadion dan manajemen Rangers belum punya kesadaran untuk mengambil tindakan lebih baik terhadap “Tangga 13”.
Graham Walker dalam “The Ibrox Stadium Disaster of 1971” yang dimuat dalam Soccer and Disaster menguraikan, spekulasi terhadap penyebabnya mengemuka seiring penyelidikan resmi klub, Fatal Accident Inquiry (FAI), dan pemerintah Inggris Raya. Petaka itu intinya terjadi akibat bentrokan arus penonton yang hendak turun dan penonton yang spontan berbalik badan dan naik lagi untuk merayakan gol Colin Stein.
“Dua arus besar penonton itu bertubrukan dan hasilnya kejadian mematikan itu. Colin Stein, 20 tahun berselang mengaku ikut merasa bersalah atas tragedi itu. Teori itu juga didalami FAI dari sejumlah saksi mata. Di sisi lain, beberapa keluarga korban sampai mengajukan Rangers Football Club ke muka pengadilan,” tulis Walker.
Pengajuan itu bertolak dari fakta bahwa klub dan pengelola stadion hingga waktu kejadian sama sekali belum punya pedoman dan standar keamanan untuk penonton di dalam stadion. Mereka abai dan tak memperhatikan keamanan dalam desain “Tangga 13”. Padahal, akses ini jadi salah satu akses keluar-masuk favorit para penonton.
“(Manajemen) Rangers dan pihak kepolisian sudah tahu bahwa ‘Tangga 13’ adalah akses paling populer di stadion. Pasalnya akses ini paling dekat dengan fasilitas transportasi publik. Diperkirakan ada 20 ribu penonton yang menggunakan akses ini di laga ‘Old Firm’ 2 Januari 1971,” tambahnya.
Untuk menyantuni para keluarga korban, manajemen Rangers mendirikan Ibrox Disaster Fund. Dari para dewan direksinya terkumpul sumbangan mencapai 50 ribu poundsterling. Hodgman yang juga mengikuti perkembangan kasusnya, menyatakan bahwa pada akhirnya pihak klub tak ditimpakan kesalahan atas tragedi itu.
Wheatley Report, hasil laporan final investigasi FAI yang keluar pada 1973 dan dipimpin hakim Lord Wheatley, menyimpulkan, kejadian disebabkan oleh satu atau dua orang yang tiba-tiba atau tak sengaja jatuh di tengah kerumunan ribuan suporter yang tengah turun via “Tangga 13” dan menghadirkan efek berantai bak susunan domino. Sosoknya sampai sekarang tak teridentifikasi.
Baca juga: Stigma Kekerasan Suporter Fanatik
Dari pemeriksaan medis jenazah oleh ahli patologi Profesor Giles Forbes, 60 dari korban meninggal setelah mengalami sesak nafas akibat dada mereka terhimpit, dan enam lainnya mati lemas karena kekurangan oksigen.
“Isu keamanan hampir tak tersentuh dari laporan itu. Memang Lord Wheatley menyimpulkan bahwa prosedur keamanan di stadion tidak layak, namun fokus laporan lebih kepada rekomendasi bahwa prosedur itu harus ditingkatkan klub, ketimbang menyalahkan klub karena abai akan prosedur itu. Laporan itu kemudian jadi pegangan yang mendasari lahirnya Undang-Undang Keamanan Arena Olahraga 1975 oleh pemerintah,” sambung Hodgman.
Sejak saat itu, hampir setiap tahun pihak klub bersama warga kota dan segenap warga Skotlandia memperingati tragedi itu. Penyanyi legendaris Matt McGinn bahkan sampai menciptakan lagu “The Ibrox Disaster” di tahun yang sama. Plakat duka lalu dipasang di salah satu sudut stadion. Pada peringatan ke-30 tahun, 2 Januari 2001, pihak klub mempersembahkan monumen peringatan di dekat stadion, antara Tribun Bill Struth dan Tribun Copland Road. Di monumen itu terpahat ke-66 nama korban tewas.
Khusus tahun ini, peringatan ke-50 tahun kejadian, peringatannya akan digelar berbeda mengingat pandemi COVID-19 belum reda. Pada November 2020 pihak klub menyatakan, kali ini momen itu akan diperingati secara terbatas yang, kebetulan, juga sekaligus menghadirkan duel “Old Firm” Rangers vs Celtic di matchday ke-22 Premiership Skotlandia.
“Kami ingin mengundang siapapun yang punya kaitan personal terhadap peringatan (tragedi Ibrox) untuk menghubungi klub. Sangat penting buat kami melibatkan mereka untuk merefleksikan keinginan keluarga yang kehilangan pada hari nahas itu,” demikain pernyataan klub di laman resminya.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar