Seputar Maskot-Maskot Asian Games (Bagian I)
Maskot jadi pelengkap wajib Asian Games sejak 1982. Dihadirkan masing-masing penyelenggara sebagai ikon jati diri negeri.
SEPEKAN lagi Jakarta dan Palembang akan menggelar pesta olahraga berlabel “Energy of Asia”, Asian Games XVIII. Spanduk-spanduknya sudah terpajang di hampir semua sudut ibukota. Beragam produk souvenir pun sudah dipasarkan, utamanya yang melekatkan figur maskot: Bhin Bhin, Atung dan Kaka.
Meski Asian Games sudah mencapai edisi ke-18, ketiga maskot itu merupakan maskot ke-10. Menilik catatan sejarahnya, maskot pertama baru hadir pada Asian Games IX 1982 di New Delhi, India. Sejak itu, maskot jadi pelengkap wajib tiap gelaran Asian Games. Berikut ulasannya:
Asian Games 1982: Appu
Butuh delapan Asian Games sebelum akhirnya maskot pertama dimunculkan. Maskotnya berupa gajah Asia (Elephas Maximus) balita yang dinamai Appu. Menurut Mithlesh K. Singh Sisodia dalam “India and the Asian Games: From Infancy to Maturity” yang tertuang di Sport, Nationalism and Orientalism: The Asian Games, maskot Appu bagi masyarakat India ibarat simbol keberuntungan dan kekuatan dalam mitos dan cerita rakyat di India.
Namun, maskot Appu tiada desainernya lantaran merupakan satu-satunya maskot yang diadaptasi dari hewan sungguhan. Namun karena terjadi sengketa antara pihak Sirkus Apollo yang melatih Appu dengan Panitia Pelaksana Asian Games 1982, Appu batal dihadirkan pada upacara pembukaan di Stadion Jawaharlal Nehru, New Delhi, 19 November 1982. Figur Appu sekadar dimunculkan dalam bentuk balon udara raksasa dan rangkaian bunga yang dibentuk gajah.
Asian Games 1986: Hodori
Maskotnya berupa anak harimau Amur (Panthera Tigris Tigris) atau harimau Siberia nan lucu yang mengenakan topi Sangmo, topi tradisional penghias seni tari dan musik Pungmul (budaya petani Korea). Di topinya, menjuntai pita berbentuk huruf “S”, inisial kota penyelenggara, Seoul. Harimau yang sangat dekat dengan legenda dan cerita-cerita rakyat itu hasil karya Yang Seung-choon dari Departemen Desain Industri Universitas Nasional Seoul yang dipilih sejak 1984.
Nama Hodori berasal dari ejaan bahasa Korea: Ho kependekan kata Horangi yang berarti harimau dan Dori berarti anak kecil atau bocah. Selain untuk maskot Asian Games 1986 Seoul, Korea Selatan, Hodori juga jadi maskot Olimpiade 1988 di kota yang sama.
Sebagaimana Appu, sempat ada sengketa terkait figur Hodori. “Hodori sangat mirip dengan Tony the Tiger, karakter yang dihakciptakan Kellogg’s, perusahaan sereal Amerika Serikat. Kellogg’s sempat meminta Panitia Olimpiade Seoul mengganti maskot, atau mereka akan dituntut secara hukum,” ungkap James F. Larson dan Park Heung-soo dalam Global Television and the Politics of the Seoul Olympics.
Kellogg’s menganggap Hodori jiplakan Tony the Tiger yang sudah jadi ikon produk-produk Kellog’s sejak 1952. Kellogg’s khawatir Hodori akan jadi sumber uang yang hanya menguntungkan Panitia Olimpiade Seoul, terutama jika Hodori digunakan pabrikan sereal rival Kellogg’s.
“Sengketa itu diselesaikan delegasi senior SLOOC yang bertemu perwakilan senior urusan hukum Kellogg’s di Chicago (Amerika). Keputusannya, SLOOC berjanji takkan menjual hak komersial Hodori ke pesaing-pesaing sereal Kellogg’s tanpa persetujuan Kellogg’s,” ujar Larson dan Park.
Hodori dalam 86 jenis merchandise, mulai dari penghapus pensil seharga USD12 hingga peralatan teh berbanderol USD480, booming sejak 1985. Tak hanya di dalam negeri, produk-produk Hodori juga diekspor ke Jepang, Eropa, dan Amerika.
Asian Games 1990: Pan Pan
Selain hewan mitos naga, panda selalu jadi fauna yang intim dengan kebudayaan China. Untuk perhelatan Asian Games 1990 Beijing, Tiongkok menghadirkan ikon panda raksasa (Ailuropoda Melanoleuca) sebagai maskot utama dan dinamai Pan Pan. Karakter Pan Pan digambarkan sebagai panda periang yang sedang berlari dengan memegang sekeping medali di tangan kiri dan acungan jempol di tangan kanannya.
Maskot ini terinspirasi dari salahsatu panda raksasa betina langka bernama Basi. Ia hidup sampai usia 37 tahun atau 100 tahun kalau dibandingkan usia manusia. Basi tutup usia di Fuzhou, 13 September 2017. Jasadnya diawetkan untuk di-display di Basi Museum, Fuzhou.
Dihadirkannya Pan Pan tak lepas dari makna politis, setahun sebelum Asian Games terjadi demonstrasi mahasiswa di Tiananmen Square yang berujung pada Pembantaian Tiananmen, 3-4 Juni 1989. “Pan Pan menjadi upaya utama pemerintah menciptakan citra Beijing yang stabil dan normal. Nama Pan Pan sendiri bisa diartikan harapan atau menantikan kerinduan– yang menjadi ekspersi dari optimism pemerintah terkait masa depan negara,” ungkap James A. R. Miles dalam The Legacy of Tiananmen: China in Disarray.
Asian Games 1994: Poppo dan Cuccu
Hiroshima, kota pertama yang mengalami kehancuran akibat bom atom, mengangkat tema perdamaian dan harmoni untuk Asian Games 1994. Maka, maskot Asian Games ke-12 itu berupa dua merpati jantan dan betina yang dinamai Poppo dan Cuccu.
Poppo dan Cuccu mirip karakter Donald dan Daisy Duck milik Walt Disney. Beruntung, tak pernah ada komplain dari pihak Disney. Nama Poppo dan Cuccu sendiri asal katanya dari tiruan suara merpati menurut lidah dan pendengaran orang Jepang.
“Senyum Poppo dan Cuccu yang mengenakan kaus biru dan pink menghiasi setiap sudut Hiroshima. Dari reklame di atap mobil taksi hingga body belakang bus-bus yang beroperasi,” tulis The Strait Times, 2 Oktober 1994.
Baca juga:
Nasib Nelangsa Maskot Pertama
Menyorot Tradisi Maskot
Permainan Kabaddi dalam Lorong Zaman
Tambahkan komentar
Belum ada komentar