Sepakbola Gajah dalam Piala AFF
Timnas Indonesia terlibat sepakbola gajah melawan Thailand. Ketua umum PSSI mundur karena malu.
Piala AFF pertama kali digelar tahun 1996. Nama kejuaraannya Piala Tiger atau Tiger Cup, diambil dari sponsor utama, Tiger Beer, merek bir dari Singapura produksi Heineken. Turnamen antarnegara Asia Tenggara itu digelar 12 tahun setelah AFF berdiri pada 1984.
Ironisnya, turnamen perdana Piala Tiger di Singapura dinodai skandal suap pengaturan skor. Skandal kembali terjadi dalam Piala Tiger ketiga tahun 1998. Tragisnya melibatkan timnas Indonesia yang hingga kini belum pernah menjadi juara, hanya lima kali menjadi runner-up.
Baca juga: Piala AFF Perdana yang Ternoda
Retno Kustiati dan Fenty Effendy dalam biografi Agum Gumelar: Jenderal Bersenjata Nurani mengungkapkan insiden sepakbola gajah terjadi pada 31 Agustus 1998, tatkala timnas Indonesia meladeni timnas Thailand, juara Piala Tiger pertama, di partai terakhir Grup A. Dalam laga yang berjalan alot dengan kondisi lapangan Thống Nhất Stadium yang buruk, Indonesia sengaja kalah 2-3 dari Thailand.
Mursyid Effendi, bek timnas Indonesia, melakukan gol bunuh diri sehingga membuat Indonesia kalah 2-3. Sebenarnya, sejak awal kedua tim tidak menunjukkan sportivitas berolahraga. Baik Indonesia maupun Thailand sama-sama tidak mau menang karena menghindari bertemu tuan rumah Vietnam di semifinal.
“Thailand memang tidak sportif tapi Indonesia lebih tidak sportif lagi dengan gol bunuh diri itu,” tulis Retno dan Fenty.
Baca juga: Kenapa Sepakbola Indonesia Kalah Melulu?
Di semifinal, Indonesia dikalahkan Singapura (1-2) yang keluar sebagai juara setelah mengalahkan Vietnam (1-0). Sedangkan Indonesia menempati posisi ketiga setelah mengalahkan Thailand melalui adu penalti (5-4).
Skandal itu membuat FIFA menjatuhkan sanksi: Mursyid dilarang bertanding seumur hidup, dan masing-masing federasi Indonesia dan Thailand didenda 40 ribu dolar.
Baca juga: Sepakbola Gajah demi Bumi Cendrawasih
Insiden sepakbola gajah menjadi tamparan keras buat Ketua Umum PSSI Azwar Anas.
“Ya, Azwar Anas sangat terpukul, dan sebagai pemimpin, sebagai ketua umum PSSI yang bertanggung jawab, dia mengundurkan diri secara ksatria,” tulis Abrar Yusra dalam biografi Azwar Anas: Teladan dari Ranah Minang.
Baca juga: Utak-Atik Skor Bola di Belakang Layar
Keputusan Azwar mengundurkan diri telah bulat setelah Agum Gumelar berkenan menggantikannya. “Tolonglah, Gum. Bapak sudah capek,” kata Azwar kepada Agum. Keputusan mundur Azwar diumumkan pada akhir Agustus 1998.
Azwar mengungkapkan alasannya mundur, “Orang-orang angkatan saya masih bekerja menurut nilai-nilai. Kami tidak bekerja dengan target utama mencari uang, meskipun uang itu perlu. Kehormatan atau martabat adalah yang nomor satu. Kami tidak sanggup menahan rasa malu, apalagi malu sebagai bangsa! Meskipun demikian, saya tidaklah heran jika ada yang berpendapat bahwa sikap saya terhadap kasus-kasus sepakbola gajah berlebih-lebihan.”
Baca juga: Sigap Menangkal Babi-Babi Suap dalam Sepakbola
Agum baru resmi diangkat jadi pejabat ketua umum pada Sidang Paripurna PSSI pada 30 Oktober 1998. Azwar mengaku percaya pada Agum yang berjanji membenahi PSSI dari sisi organisasi maupun sumber daya manusia.
“Dia bukan orang baru di PSSI. Saya kenal betul dengannya ketika kami sama-sama menjadi pengurus PSSI pada tahun 1991 hingga 1995,” kata Azwar.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar