Angkernya Sirkuit Nürburgring
Sirkuit di Pegunungan Eifel berjuluk “Neraka Hijau” yang sudah melahap 69 nyawa pembalap. Sejarah Nürburgring diselimuti mitos.
MENDIANG Niki Lauda (1949-2019), juara dunia Formula One (F1) tiga kali (1975, 1977, 1984), dikenal karena dua hal sepanjang kariernya memiloti jet darat (F1) sejak 1971 hingga 1985. Pertama, persaingan kontroversialnya dengan James Hunt. Kedua, kecelakaan hebat yang dialaminya saat mengikuti Grand Prix (GP) Jerman di Sirkuit Nürburgring, 1 Agustus 1976.
F1 musim 1976 jadi puncak rivalitas sengitnya dengan Hunt. Di musim itu pula tragedi yang nyaris membuatnya almarhum di usia muda terjadi.
Sirkuit Nürburgring sejatinya bukan arena yang asing baginya. Lauda punya beberapa rekor gemilang di sirkuit angker itu.
“Pertamakali saya ke Ring (Nürburgring, red.) tahun 1969 saat masih 20 tahun mengendarai mobil Formula Vee. Sejak awal 1970-an saya mulai sering balapan di Ring. Pada 1973 di ajang Touring Class, pernah mencatatkan waktu 8 menit 17,4 detik mengendarai BWM. Musim 1975 di mana saya meraih gelar pertama, untuk pertamakali saya mencatatkan waktu di bawah tujuh menit,” kata Lauda dalam otobiografinya, To Hell and Back: An Autobiography.
Di Nürburgring Lauda pernah menorehkan catatan waktu 6 menit 58,6 detik. Rekor waktu tercepat itu bertahan selama bertahun-tahun.
Namun seiring pengalamannya di Nürburgring, Lauda paham betapa berbahayanya Nürburgring. Sudah banyak pembalap tewas di sirkuit tersebut. Maka ketika cuaca buruk terus menaungi langit Nürburgring sejak sesi latihan hingga menjelang race GP Jerman 1976 dimulai, Lauda cemas dan mengambil inisiatif.
“Saat rapat pembalap, saya mengusulkan agar kami memboikot Ring. Namun usulan saya kalah suara dan saya harus terima. Media langsung menyerang saya. Dikatakan saya pengecut dan mestinya berhenti saja dari Formula 1. Yang saya ingat jelang balapan hanyalah mengganti ban dari ban basah ke ban slick,” imbuhnya.
Suka atau tidak, Lauda tetap mengikuti race. Saat itulah mobil Ferrari 312T2-nya tergelincir dan menghantam pagar pembatas diiringi nyala api yang menyelimuti mobilnya. Namun hari itu Lauda masih dinaungi keberuntungan. Nyawanya masih utuh meski dirinya mengalami luka bakar serius dan infeksi di paru-paru.
“Setelah keluar rumahsakit saya ditunjukkan sejumlah fotonya. Ada beberapa pembalap: Guy Edwards, Brett Lunger, Harald Ertl berusaha menyelamatkan saya. Tetapi penyelamat sejati saya adalah Arturo Merzario yang nekat menerobos api tanpa memedulikan dirinya untuk bisa melepaskan sabuk pengaman saya,” lanjut Lauda.
Pasca-kecelakaan itu, Nürburgring sementara tak digunakan untuk F1. Sejak pertamakali dibuka pada 1927 hingga saat ini, Nürburgring sudah memakan korban 69 pembalap dari beraneka ajang. Enam di antaranya pembalap di pentas Formula (F3, F2, dan F1). Nürburgring jadi sirkuit Formula paling angker kedua setelah Indianapolis Speedway di Amerika Serikat yang memakan tujuh nyawa pembalap Formula.
Kuburan Pembalap di Pegunungan Eifel
Nürburgring (berarti Lingkar Nürburg) mengambil nama dari Nürburg, satu dari empat kota kecil di Distrik Eifel, Rhineland, Jerman di samping Quiddelbach, Herschbroich, dan Breidscheid. Berada di bukit tertinggi kedua Pegunungan Eifel, Nürburg merupakan kota benteng terkenal semasa Kaisar Nero berkuasa di Romawi (54-68 SM). Latar belakang itu dipercaya sebagai akar mitos yang menyelimuti sirkuitnya.
Menurut Sam S. Collins dalam Autodrome: The Lost Race Circuits of Europe, gagasan pembangunan sirkuit Nürburgring baru hadir jauh setelah balap mobil dan motor populer di Jerman sejak 1907.
“Adalah Dr. Otto Creuz, seorang anggota dewan distrik Eifel, datang dengan gagasan menghadirkan (sirkuit) Nürburgring dan mengajukannya secara resmi pada April 1925. Ia didukung ADAC (Allgemeiner Deutscher Automobil-Club), asosiasi otomotif pemerintah Jerman, dan juga Walikota Cologne Konrad Adenauer yang berperan membujuk pemerintah mendukung ide itu,” tulis Collins.
Baca juga: Sirkuit Jalanan Lintas Zaman
Pemerintah Kekaisaran Jerman lantas memberi lampu hijau dan menyokong pendanaan proyek pembangunan senilai 8,1 juta Reichsmarks (setara 27 juta euro sekarang) itu. Selama dua tahun pembangunan trek di sepanjang jalur Pegunungan Eifel yang melewati empat kota kecil di atas, proyek itu menyedot sekitar tiga ribu pekerja.
Begitu rampung dua tahun berselang, Sirkuit Nürburgring punya dua trek. Pertama, Südschleife atau Lingkar Selatan dengan trek aspal sepanjang 7,7 kilometer, dan kedua, Nordschleife atau Lingkar Utara yang treknya kombinasi aspal dan beton sepanjang 22,8 kilometer.
“Nordschleife mulanya digunakan untuk balapan internasional dan Südschleife didesain untuk balapan level klub lokal dan sesi uji coba. Kedua trek biasanya baru dikombinasikan menjadi 28,2 kilometer (17,5 mil) jika menggelar balapan kelas berat Gasamstrecke,” imbuh Collins.
Ajang Eifelrennen (18-19 Juni 1927) di sektor Nordschleife yang menghadirkan balap motor kelas 350 cc dan mobil 5000 cc menjadi momen inagurasi Sirkuit Nürburgring yang berkapasitas 80 ribu penonton. Rudolf Caracciola sang putra daerah mencatatkan namanya jadi pembalap mobil pertama yang menjuarai Eifelrennen di Nürburgring. Sementara Toni Ulmen asal Inggris juara di ajang balap motor.
“Ketika datang ke Nürburgring yang baru dibuka pada 1927, mata kami terbelalak. Kami tak pernah melihat sirkuit seperti Nürburgring. Sirkuit dengan trek di tengah-tengah Pegunungan Eifel, jalur melingkar yang nyaris 180 derajat terbentang lebih dari 22 kilometer. Ditambah rute miring yang memaksa mesin bergetar dan terasa sampai ke paru-paru, namun di sisi lain punya panorama indah saat melewati lembah-lembah dan pedesaan di sekitarnya,” ujar Caracciola, dikutip George Bishop dalam The Concise Dictionary of Motorsport.
Baca juga: Lintasan Sejarah Ajang 24 Hours Le Mans
Namun sejak masa awal itu juga, sambung Collins, para pembalap mulai memendam rasa takut di Nürburgring. Trek Norsdschleife dengan 160 belokan maupun di Trek Südschleife dengan 27 belokan sama-sama menakutkan.
“Beberapa pembalap mengklaim dihantui oleh arwah-arwah dari abad pertengahan yang disebutkan, kerap muncul dari pepohonan di samping trek dan memaksa mobil keluar jalur dengan kecepatan tinggi,” singkap Collins.
Korban tewas pertama bahkan terjadi setahun setelah Nürburgring diresmikan. Tepatnya pada ajang Große Preis der Sportwagen, 15 Juli 1928. Pembalap Bugatti Type 35B asal Cekoslovakia Čeněk Junek jadi pembalap nahas pertama yang nyawanya melayang di Nürburgring.
“Čeněk Junek meninggal di depan mata istrinya, Elisabeth, yang juga pembalap. Ia tewas di tempat setelah kecelakaan fatal. Meski tengah berada di puncak kariernya, Elisabeth memutuskan pensiun dari dunia balap setelah merasa kehilangan dan ia menjual semua mobil Bugatti milik Elisabeth dan suaminya,” tulis Jean François Bouzanquet dalam Fast Ladies: Female Racing Drivers 1888 to 1970.
Semenjak itu pula hampir setiap tahun ada saja pembalap mobil dan motor yang malang dan meregang nyawa di Nürburgring, terutama di Südschleife. Maka sejak 1930-an hingga masa vakum di Perang Dunia II, kebanyakan ajang balap internasional lebih sering digelar di Trek Nordschleife. Sebelum perang, Nürburgring tercatat sudah memakan korban delapan jiwa pembalap.
Nürburgring terbengkalai sepanjang Perang Dunia II (1939-1945). Pada Maret 1945, pasukan Amerika masuk dari Mullenbach dan menjadikan Nürburgring markas serta tempat parkir tank-tank Amerika.
“Ditambah sejak 1939 terbengkalai, treknya rusak parah akibat tank-tank sejak areanya dijadikan markas Sekutu. Namun dengan bantuan pemerintah Prancis, Trek Südschleife dibangun kembali pada awal 1947. Ada beberapa perubahan; permukaan baru dan jalurnya sedikit dilebarkan di beberapa belokan. Ajang inagurasi Südschleife baru dihelat lewat balapan motor pada Agustus (1947), sementara Nordschleife baru ikut direnovasi pada 1949,” sambung Collins.
Kendati dua treknya sudah direnovasi, keangkeran Nürburgring yang sudah bertambah kapasitas menjadi 150 ribu penonton tak berkurang. Pada ajang German F3 Championship yang digelar di Trek Nordschleife (20 Agustus 1950), pembalap tuan rumah Günther Schlüter yang mengendarai mobil Scampolo 501 jadi pembalap mobil Formula nahas pertama pascaperang. Korban tewas kedua di ajang mobil Formula di Nürburgring tercatat atas nama pembalap asal Argentina Onofre Marimón. Pembalap F1 itu tewas di atas mobil Maserati 250F pada sesi latihan F1 GP Jerman, 31 Juli 1954.
The New York Times, 1 Agustus 1954, menggambarkan kronologi kejadian itu. Bermula dari saat Marimón ingin mempercepat catatan waktu. Kala melewati tikungan Breidscheid, mobilnya lepas kendali saat berusaha berbelok di tikungan dengan jalur menurun yang berbahaya itu. Ia langsung tewas di tempat, tepat di ujung turunan.
Sampai insiden yang menimpa Niki Lauda pada 1976, sudah empat pembalap F1 yang menyusul Marimón ke alam baka dari Trek Nordschleife Nürburgring. Peter Collins (Inggris/Ferrari) mengalaminya pada 3 Agustus 1958, lalu Carel Godin de Beaufort (Belanda/Porsche) pada 1 Agustus 1964, John Taylor (Inggris/Brabham) pada 7 Agustus 1966, dan Gerhard Mitter (Jerman/BWM) pada 1 Agustus 1969.
Baca juga: Gas Pol Balapan F1 di Tengah Pandemi Virus
Padahal, dua tahun sebelum meninggalnya Mitter, Nürburgring sudah mengubah beberapa sektor treknya. Antara lain, penambahan chicane (kelokan ganda) sebelum garis start/finis agar para pembalap mengurangi kecepatan baik saat melewati garis finis maupun ketika hendak ke jalur masuk pit lane.
“Meski begitu tetap saja pembalap Jackie Stewart masih menjulukinya ‘Green Hell’ (neraka hijau) sepanjang balapan F1 digelar di Nordschleife. Julukan yang merujuk kenyataan bahwa trek itu masih sangat serius dan membahayakan. Hingga sekarang masih jadi sirkuit paling menantang nyali di dunia,” tulis Alex Christou dalam One Careful Owner.
Maka menjelang GP Jerman 1970, para pembalap menyerukan pemboikotan Nürburgring. Boikot itu menyeruak pasca-kecelakaan fatal Piers Courage (Inggris/Williams) di Sirkuit Zandvoort saat GP Belanda. Upaya boikot makin intens pada rapat para pembalap di GP Prancis yang jadi ajang sebelum GP Jerman. Jika Nürburgring tak mengalami perubahan signifikan, kata para pembalap, mereka enggan mengaspal di trek yang lebih angker dan berbahaya dari Zandvoort itu.
Otoritas pengelola Nürburgring mengaku tak sanggup merenovasi dalam waktu begitu singkat. Alhasil, GP Jerman “diungsikan” dari Nürburgring ke Sirkuit Hockenheimring.
Berbeda dari usaha boikot pada 1970 itu yang berhasil, enam tahun berselang upaya serupa gagal di GP Jerman. Cuaca buruk terus menaungi langit Nürburgring sejak sesi latihan, kualifikasi, hingga menjelang race. Lauda yang masih menganggap Nürburgring sama angkernya kendati sudah dilakukan perubahan pada 1971, lantas mengusulkan pembatalan atau setidaknya penundaan GP di Nürburgring hingga cuaca cerah.
“Pada 1976 saya mengusulkan para pembalap menggelar rapat dan saya mengajukan boikot pada sirkuit ini. Tentu saja semua orang mulai mengatakan saya pengecut. Tapi masalahnya simpel: Nürburgring adalah bahaya yang mesti dihindari,” ujar Lauda dikutip Maurice Hamilton dalam Niki Lauda: The Biography.
Baca juga: Menukil Memori Sirkuit Sentul
Selain membutuhkan kondisi fisik dan mental yang prima, baginya membalap di Nürburgring butuhkan mobil berkondisi prima. Jika tidak, kecelakaan sudah menanti.
“Pada sirkuit modern lain, jika ada kerusakan pada mobil, persentasenya 70:30 antara saya baik-baik saja atau saya akan mati. Di sini (Nürburgring), jika ada kerusakan di mobil, 100 persen akan mati,” lanjut Lauda.
Sial, upaya Lauda gagal. Dari voting yang dilakoni 28 pembalap, pendukung boikot Lauda kalah satu suara. Horor Nürburgring lantas menimpa Lauda sebagaimana diuraikan di awal.
Momen itu juga jadi momen terakhir Nürburgring menghelat GP Jerman. Posisinya di F1 GP Jerman digantikan Hockenheimring. Nürburgring setelah itu hanya menghelat F1 GP Eropa, dimulai pada 1985.
Gelaran F1 GP Eropa tak diadakan di Trek Nordschleife, namun di trek anyar GP-Strecke yang lebih pendek (5,1 kilometer). Nürburgring menggelar GP Eropa sejak 1985 hingga 2014. Setelah vakum selama tujuh tahun, Nürburgring hadir lagi di kalender F1 sebagai tuan rumah GP Eifel.
Sementara, Südschleife maupun Nordschleife digunakan untuk ajang-ajang lain. Hingga kini, total ada 69 pembalap yang meregang nyawa di Nürburgring. Wolf Silvester jadi nama terakhir yang tewas di Trek Norsdschleife. Pembalap Jerman dari tim Opel Astra itu tewas dalam ajang VLN Endurance Championship, 22 Juni 2013.
Baca juga: Stirling Moss, Raja Balap tanpa Mahkota
Tambahkan komentar
Belum ada komentar