Pertempuran Amerika dan Iran di Lautan
Balas dendam Amerika terhadap Iran setelah frigatnya terkena ranjau laut Iran. Pertempuran laut besar pertama Amerika setelah Perang Dunia.
PEMBUNUHAN Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS) pada 3 Januari 2020 menaikkan tensi hubungan kedua negara yang sudah buruk sejak lama. Pembunuhan itu memicu serangan balasan dari Iran pada 8 Januari 2020 dengan menyerang pangkalan militer AS di Irak. Meski tak menimbulkan korban jiwa, tulis bbc.com 11 Februari 2020, serangan balasan itu mengakibatkan sejumlah serdadu AS menderita Traumatic Brain Injuries (TBI).
Saling serang antara militer AS dan Iran juga pernah terjadi di tengah kecamuk Perang Iran-Irak (1980-1988). Saling serang itu berlangsung dalam sebuah pertempuran laut yang oleh AS diberi nama Operasi Praying Mantis (OPM).
OPM dipicu oleh serangan Iran terhadap frigat AS USS Samuel B. Roberts (FFG-58) pada 14 April 1988 di 55 mil lepas pantai Qatar. Saat itu frigat tersebut sedang menjalankan Operasi Earnest Will –operasi pengawalan kapal tanker Kuwait yang menggunakan bendera Amerika di Teluk Persia. Di tengah pelayaran, frigat itu menabrak sebuah ranjau laut M-08 yang ditebar Iran. Selain melukai 10 awak Samuel B. Roberts, ledakan ranjau itu mengakibatkan kebakaran hebat, melubangi sisi kiri kapal di bawah ruang mesin seluas lebih dari empat meter persegi, mematahkan lunas, dan hampir membelah Samuel B. Roberts jadi dua. Banjir hebat yang menyusul kemudian hampir menenggelamkan frigat itu.
“Menanggapi peranjauan Samuel B. Roberts, pemerintahan Reagan memerintahkan Jenderal Crist untuk merencanakan dan melakukan serangan balasan,” tulis Michael A. Palmer dalam Guardians of the Gulf: A History of America’s Expanding Role in the Persian Gulf, 1883-1992.
Jenderal George B. Crist, komandan Central Command (CENTCOM) AS yang berpangkalan di Florida, lalu menugaskan Laksamana Muda Anthony A. Less, komandan Joint Task Force Middle East/Middle East Force, untuk merancang konsep operasi pembalasan yang diminta. Dari beberapa opsi yang diusulkan, akhirnya ditetapkan operasi pembalasan berupa tindakan militer terhadap pasukan Iran di Teluk Persia, penghancuran dua anjungan minyak lepas pantai (AMLP) Iran (anjungan Sassan dan anjungan Sirri), dan penenggelamkan frigat Iran Sabalan sebagai kompensasi atas kerusakan parah Samuel B. Roberts.
CENTCOM membentuk tiga Surface Action Group (SAG): SAG Bravo, SAG Charlie, dan SAG Delta, sebagai pelaksana OPM. Masing-masing grup terdiri dari tiga kapal, mayoritas kapal perusak (destroyer) dan frigat. SAG Bravo bertugas menghancurkan anjungan Sassan, SAG Charlie menghancurkan Sirri, dan SAG Delta bertugas menenggelamkan Sabalan.
Ketiga grup mendapat dukungan dari pesawat-pesawat tempur F-14 Tomcat, pesawat serbu A-6 Intruder, pesawat patroli tempur elektronik EA-6B Prowler, dan pesawat elektronik E-2C Hawkeye yang semuanya diterbangkan dari kapal induk USS Enterprise. Kapal induk itu standby di titik 120 mil dari Selat Hormuz, Iran.
Pukul 07.55 waktu setempat pada Hari-H, 18 April 1988, SAG Bravo mengeluarkan peringatan kepada orang-orang di anjungan Sassan agar mengevakuasi diri. Peringatan yang menandai dibukanya OPM itu membuat panik orang-orang di anjungan. Sambil meminta perpanjangan waktu kepada pasukan AS, mereka meminta perintah tindakan lanjutan kepada komando Iran di daratan.
Sementara AS memulai serangan terhadap dua anjungan minyak Iran, Iran membalas dengan mengerahkan beberapa kapal cepat Boghammer untuk menyerang kapal-kapal tanker dan kargo sipil yang melintasi Teluk Persia. Selain kapal AS Willi Tide, yang menjadi korban dalam serangan itu adalah kapal Panama Scan Bay. Pesawat-pesawat A-6 Intruder di kapal induk Enterprise langsung dikerahkan ke lokasi. “Sesaat kemudian, satu seksi pesawat A-6 Intruder dari kapal induk Enterprise muncul di atas kepala, menenggelamkan satu kapal perang musuh dengan rudal, dan merusak dua lainnya,” tulis Robert W. Love dalam History of the US Navy: 1942-1991.
Baca juga: Saat Pesawat Sipil Dihantam Misil
Di anjungan Sassan dan Sirri, SAG Bravo dan SAG Charlie tak kesulitan melumpuhkan sasaran meski mendapat perlawanan dari garnisun penjaga dan pekerja yang menolak dievakuasi. Tembakan dari kapal-kapal di kedua grup tempur AS itu melumpuhkan persenjataan anjungan dan menghancurkan dua anjungan itu. Korban Iran banyak berjatuhan di anjungan Sirri karena meledaknya tangki gas yang terkena berondongan senapan mesin kapal-kapal AS.
Iran mengerahkan dua pesawat tempur F-4 Phantom dan kapal rudal Joshan untuk menanggapi serangan itu dan bertemu SAG Charlie lepas pukul 13.00. Sementara dua pesawat tempur Iran itu kembali ke pangkalan akibat salah satunya rusak parah terhajar rudal Standard yang ditembakkan USS Wainwright, kapal Joshan melawan dengan gigih. Sebuah rudal Harpoon ditembakkannya ke arah Wainwright, namun gagal mengenai sasaran karena dikelabui oleh sekam (flare) yang dilepaskan Wainwright.
Hampir bersamaan dengan balasan Wainwright yang melepaskan rudal Harpoon-nya, USS Simpson menembakkan beberapa rudal anti-kapalnya. Dua di antaranya langsung menghantam Joshan. Empat rudal AS membuat Joshan terbakar hebat dan tenggelam tak lama kemudian.
Sementara kapal-kapal dari SAG Bravo dan SAG Charlie menyerang dua anjungan, SAG Delta terus mencari frigat Sabalan. Dua titik di radar yang sempat mencurigakan pasukan AS dalam pencarian, namun ternyata merupakan kapal patroli AL UEA dan destroyer Seovermenny AL Soviet yang mendekat untuk memfoto peristiwa.
SAG Delta akhirnya melanjutkan pertempuran siang itu setelah bertemu frigat Iran Sahand yang dikirim dari Bandar Abbas. USS Joseph Strauss kebagian tugas meladeni frigat Iran itu. Duel dibuka dengan penembakan rudal-rudal Sea Killer oleh Sahand, yang semua gagal mengenai lawan. Strauss membalas dengan melepaskan sebuah rudal Harpoon yang berhasil menghantam Sahand. Kebakaran frigat Iran itu makin parah setelah sepasang rudal air-to-surface dan empat rudal berpemandu laser Skipper yang dilepaskan pesawat-pesawat Intruder menghantamnya.
“Di Joseph Strauss, para kru merasakan getaran ketika magasin-magasin Sahand terbakar dan meledak. Menjelang sore, Sahand telah menghilang di bawah permukaan Teluk Persia,” tulis Palmer.
Kapal Iran paling dinanti AS, Sabalan, akhirnya muncul siang itu juga. Tiga rudal surface-to-air langsung dilepaskannya ke arah beberapa pesawat Intruder dari Skuadron VA-95 yang mengintainya. Namun tak satu pun dari tiga rudal Iran berhasil menyentuh Intruder yang terus bermanuver. Sebaliknya, sebuah bom berpemandu laser Mk-82 yang dijatuhkan sebuah Intruder langsung mengenai bagian tengah Sabalan.
Baca juga: Nasib Tragis Kapal Inggris
Beberapa saat kemudian, SAG menerima informasi perintah penghentian serangan yang dikeluarkan Menhan Frank Carlucci. Pesawat-pesawat dan kapal-kapal perang AS pun tak melanjutkan serangan terhadap Sabalan yang sudah terbakar hebat. Perintah Carlucci juga membuat pasukan AS tak membalas ketika Iran kemudian menembakkan rudal-rudal Silkworm ke USS Gary meski tak satupun rudal itu mengenai sasaran.
Berakhirnya OPM membuat AS memperluas keterlibatan politik-militernya di Teluk Persia. “Pada 29 April 1988, AS memperluas cakupan perlindungan angkatan lautnya ke semua pelayaran netral yang bersahabat di Teluk Persia di luar zona ekslusif,” tulis Jack Lewis dalam Worst Plane Crashes in History. Mulai saat itu, militer Amerika tidak lagi mentolerir serangan terhadap pelayaran komersial yang melintasi perairan internasional Teluk Persia.
“Operasi Praying Mantis adalah keberhasilan nyata bagi Amerika Serikat. Dua anjungan minyak/gas lepas pantai, satu fregat, kapal serang cepat, dan beberapa kapal Boghammers berhasil ditenggelamkan. Sabalan rusak parah,” tulis Palmer.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar