Nasib Tragis Kapal Inggris
Upaya mencari awak membuat kapal Inggris terpisah dari rombongan. dan bertemu konvoi kapal AL Jerman yang lebih superior. Tak mundur.
BERT “Curly” Harris selalu ingat hari ketika peristiwa yang merenggut nyawa Edwin, kakaknya, dan juga nyaris merenggut nyawanya terjadi. Peristiwa itu terjadi perairan Norwegia, Laut Utara, awal Perang Dunia II.
Bert merupakan personil AL Inggris yang –diterima pada 14 Februari 1938– bertugas sebagai stoker di kapal perusak (destroyer) HMS Glowworm. Di kapal itu pula Edwin berdinas sebagai stoker.
Menyusul pecahnya Perang Dunia (PD) II, Glowworm bersama beberapa destroyer lain ditugaskan mengawal kapal penjelajah berat HMS Renown melancarkan Operasi Wilfred pada 5 April 1940. Operasi penebaran ranjau di perairan Norwegia itu bertujuan untuk menutup jalur distribusi impor bijih besi Jerman dari Swedia. Inggris menggelarnya setelah gagal mendapat izin dari Swedia dan Norwegia untuk menempatkan pasukan di kota-kota utara dua negeri netral itu, terutama kota pelabuhan Narvik, Norwegia.
Dari kota pelabuhan itulah bijih besi, bahan pembuat baja beragam peralatan militer Jerman, Swedia dikirim ke Jerman. Dengan menutup jalur perairan itu, Inggris berharap mematikan industri Jerman. Pasalnya, Swedia jadi satu-satunya pemasok bijih besi ke Jerman setelah terhentinya pasokan bijih besi dari Prancis menyusul pecahnya PD II.
Bijih besi itu bisa dikirim langsung Swedia ke Jerman lewat pelabuhan Lulea hanya pada musim panas. Namun, perairan di pelabuhan itu membeku saat musim dingin sehingga bijih besi untuk Jerman hanya bisa dikirim menggunakan keretaapi ke pelabuhan Narvik untuk kemudian dibawa kapal-kapal Jerman lewat Laut Utara.
Dengan menebar ranjau di laut itu di lepas perairan Norwegia, Inggris berupaya untuk menggiring kapal-kapal pengangkut bijih besi Jerman masuk ke perairan internasional. Di perairan internasional, kapal-kapal AL Inggris bisa menenggelamkan atau menangkap kapal-kapal Jerman.
Baca juga: Celaka di Selat Sunda
Misi itulah yang diemban Glowworm ketika berlayar mendampingi HMS Renown pada 5 April 1940. Pelayaran itu terasa berat lantaran kabut tebal, gelombang tinggi mengguncang-guncang kapal, dan udara sangat dingin. “Begitulah yang terjadi sampai pagi 6 April ketika alarm berbunyi memperingatkan bahwa seorang pelaut tercebur ke laut, dia petugas bagian torpedo,” kata Harris, dimuat hmsglowworm.org.uk.
Setelah mengirimkan sinyal ke Renown dan mendapat balasan, Glowworm putar balik untuk melakukan pencarian. Renown dan kapal-kapal lain tetap melanjutkan perjalanan. “Itu membuat kami sendirian. Kami tak pernah melihat mereka lagi,” kata Harris.
Alih-alih berhasil menemukan awaknya, Glowworm malah terpisah dari konvoinya. Upayanya mencari konvoi sepanjang hari sia-sia. Kesialan itu masih berlanjut hingga keesokan paginya, ketika satu awak lain mengalami nahas terlempar dari dek. Kendati berhasil diangkut kembali ke kapal, awak itu sudah terluka parah. Harris dan beberapa rekannya mengganggap itu sebagai pertanda buruk.
Benar saja, pagi 8 April, Harris yang sedang tidur di ranjang gantungnya dikagetkan oleh bunyi alarm keras. Dia langsung bergegas menuju tempat tugasnya –yang berada di bagian belakang; tempat para stoker memasok peluru atau peledak lain ke kru senjata (gun crew) guna ditembakkan– sebagaimana awak lain menuju tempat tugas masing-masing. Dalam perjalanan, Harris melihat sebuah destroyer di kejauhan dan bertanya-tanya kapal siapa itu.
“Kapten kami, Lt. Cdr. Roope, mengirim sinyal yang menanyakan kebangsaan dan tak mendapat balasan. Momen berikutnya kapal (destroyer, red.) itu menjawab dengan sebuah salvo dari meriam-meriamnya,” kata Harris. “Kesenangan pun dimulai.”
Destroyer itu merupakan Bernd von Arnim (Z11) dan Hans Ludemann (Z18) milik Kriegsmarine (AL Jerman). Destroyer-destroyer itu mengawal kapal penjelajah berat Admiral Hipper dari Grup 2 naval detachment dalam Operasi Weserubung, operasi penyerbuan Denmark dan Norwegia oleh Jerman.
Glowworm langsung membalas dengan kanonnya. “Setelah saling berputar, ia berbalik dan menjauh bersama kami yang mengejarnya,” kata Harris. Destroyer-destroyer meminta bantuan Admiral Hipper. “Beberapa saat kemudian, kami diberi tahu bahwa kami mengejarnya ke posisi skuadron armada kami yang bisa dilihat dari kejauhan. Namun, kami segera mendapati kesalahan karena itu adalah skuadron Jerman yang kami masuki.”
Baca juga: Melindungi Kenangan Kapal Perang
Pukul 9.50, Glowworm bertemu Admiral Hipper yang panjangnya dua kali lipat darinya. Alih-alih kabur, komandan Glowworm Letnan Komander Gerard Broadmead Roope memilh melawan. “Selama kampanye Norwegia, kapal-kapal Inggris berulangkali menunjukkan tekad bunuh diri. Salah satu alasannya adalah, peraturan angkatan laut; yang lain adalah sikap umum para perwira angkatan laut negara-negara yang berperang, yang mengharapkan bertempur dengan gagah melawan musuh dan tenggelam dengan kibaran bendera, dan penghormatan pantas bila terjadi,” tulis buku yang dieditori Holger Afferbach dan Hew Strachan, How Fighting Ends: A History of Surrender.
Meski selamat dari tiga tembakan kanon 8 inci Hipper, Glowworm akhirnya terbakar setelah dihantam kanon keempat Hipper. “Sementara kami terus memasok senjata, rasanya semua kacau. Ia (Hipper) sepertinya memukul kami dengan keras saat kami mengejar,” kenang Harris.
Dalam “lindungan” kabut dan asapnya sendiri, Glowworm menjauh dari Hipper. Upaya itu sia-sia karena persenjataan Hipper telah dipandu radar. Beberapa saat kemudian, beberapa kanon 4,1 inci Hipper kembali menghantam Glowworm. Ruang radio, bridge, kanon 4,7 inci Glowworm langsung hancur. Sementara, kanon 4,7 inci Hipper memporak-porandakan ruang mesin, ruang kapten, dan menara Glowworm.
Di tengah kondisi parah itu, Glowworm menembakkan lima torpedonya. Sayang tak satupun dari lima torpedo itu menyentuh Hipper. Glowworm terus bermanuver untuk menghindari senjata-senjata lawan. Begitu kabut menipis, Roope memerintahkan nahkoda untuk mengarahkan Glowworm menabrak Hipper. “Saya masih di magazine (kompartemen senjata) ketika Glowworm memberi dorongan ekstra ke depan dan ada tabrakan dan bergetar. Lampu padam, kapal berguling dan terombang-ambing,” kata Harris. Glowworm berhasil menabrak Hipper tepat di atas jangkarnya.
Selain kehilangan seorang awak yang terbentur akibat tabrakan, Hipper kehilangan jangkar dan sebuah torpedo depan-kanan. Tabrakan juga membuat lambung depan Hipper bolong sehingga mengalami kebocoran kendati tak parah dan bisa ditangani para awaknya.
Glowworm sendiri terbakar hebat dan terapung-apung di lautan. “Kami baru saja membuat permainan besar terakhir. Kemudian datang perintah untuk meninggalkan kapal,” kata Harris. Evakuasi dimulai. Saat melintasi tempat kakaknya ketika akan menuju dek atas, Harris sempat berhenti dan mencari kakaknya. Tak berhasil. Dia melanjutkan ke dek atas. Suasana amat kacau lantaran para personil Hipper masih menembaki awak Glowworm yang hendak menyelamatkan diri menggunakan senapan mesin maupun pistol.
Sementara Glowworm telah terbalik ke kanan dan mulai tenggelam, Harris ragu apakah akan melompat atau tetap di kapal sebagaimana banyak dipilih stoker lain meski sudah mengenakan pelampung. Selain ombak besar, tumpahan minyak amat tebal dan dinginnya air bisa membekukan. Dia akhirnya melompat ke laut setelah diperintahkan Roope yang berkeliling untuk memastikan evakuasi berjalan baik. “Itu terakhir kali saya melihat Lt.Cdr Roope,” kata Harris.
Harris terombang-ambing oleh ombak. “Saya hanya hanyut, berenang atau tidak tak ada bedanya,” kenangnya. “Lalu tiba-tiba saya melihat kapal Jerman di depan saya. Saya berenang sekuat mungkin, karena saya pikir jika saya tak mencapainya saya akan hilang selamanya.”
Awak Hipper akhirnya ikut menyelamatkan awak Glowworm. “Admiral Hipper menunggu setidaknya satu jam untuk mengambil orang yang selamat,” tulis Henry Buckton dalam Retreat: Dunkirk and the Evacuation of Western Europe. Dari perahu Jerman, Harris dipindahkan ke Hipper. “Saat saya pindah, salah satu dari mereka memberi rokok dan bertanya apakah saya baik-baik. Saya berada di bawah pancaran lampu yang mereka pasang untuk menghangatkanku. Kata-kata pertamaku adalah menanyakan kabar kakakku, tapi tak ada,” kata Harris yang akhirnya merelakan kepergian kakaknya bersama 109 awak Glowworm lain yang tenggelam.
Sebanyak 29 – versi lain menyebut 31– awak Glowworm akhirnya selamat setelah dinaikkan ke Hipper. Sayang Roope tak berhasil diselamatkan. Lukanya terlalu parah sehingga dia tak sanggup menggapai tali yang dilemparkan oleh awak Hipper.
Para awak Glowworm di kapal Hipper akhirnya dibawa ke Jerman dan dijadikan tawanan. Selama pelayaran, mereka diperlakukan dengan baik. “Saya mengatakan mereka adalah pelaut Jerman terbaik yang pernah saya kenal. Mereka menjaga kami sebaik mungkin. Kapten mereka mendatangi kami dan memberitahu bahwa kapten kami adalah orang yang sangat pemberani,” kata Harris.
Kekaguman Hellmuth Heye, komandan Hipper, akan keberanian Roope lalu dilanjutkannya dengan meminta Kementerian Angkatan Laut Inggris agar menganugerahi Roope sebuah penghargaan. Permintaan itu disampaikannya lewat pesan yang dikirim ke palang merah.
“Raja (George VI) dengan senang hati menyetujui pemberian Victoria Cross kepada mendiang Letnan Komander Gerard Broadmead Roope atas keberaniannya,” tulis The London Gazette yang dikutip Buckton.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar