top of page

Sejarah Indonesia

Ketika Djamin Gintings Rindu Tanah Air

Ketika Djamin Gintings Rindu Tanah Air

Hari-hari kelabu sang jenderal di negeri orang. Penguasa tak menggubris permohonannya untuk pulang.

30 Oktober 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Djamin Gintings saat dilantik Soeharto menjadi Inspektorat Jenderal AD, 1967. (Repro Dari Titi Bambu ke Bukit Kadir).

DI depan pintu keberangkatan bandara Ottawa, Kanada, Djamin Gintings mengecup istrinya, Likas Tarigan. Jenderal bintang tiga itu menitipkan sepucuk surat kepada Likas untuk disampaikan kepada Presiden Soeharto. Isinya adalah permintaan Djamin supaya dipulangkan ke Indonesia. Dia tak tahan menetap terus di Kanada yang dingin.   


Hari itu, tanggal 10 Oktober 1974, menjadi perjumpaan terakhir Djamin dan Likas. Pada 23 Oktober, ketika Likas masih berada di Jakarta, datang kabar duka dari Kanada: Djamin Gintings meninggal dunia.


 “Ah, andai aku tahu itulah kecup terakhir suamiku untukku,” kenang Likas Tarigas kepada Hilda Unu-Senduk dalam Perempuan Tegar dari Sibolangit.


Dipakai lalu Diabaikan


Lengsernya Presiden Sukarno mengubah konfigurasi dalam jajaran Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Soeharto yang baru naik tampuk kekuasaan mengganti orang-orang yang semula dipilih Yani. Mereka yang jadi korban maupun yang selamat dari peristiwa Gerakan 30 September, semuanya kena copot dari posisi masing-masing.


Peter Dale Scott, mantan diplomat Kanada dan pakar politik University of California, dalam jurnalnya yang terkenal “Amerika Serikat dan Penggulingan Sukarno 1965—1967” menyebutkan dari enam perwira staf umum yang diangkat Yani, tiga di antaranya terbunuh: Soeprapto, S. Parman, dan Pandjaitan. Dari tiga orang yang selamat, dua orang disingkirkan Soeharto dalam delapan bulan: Moersjid dan Pranoto.   


“Anggota terakhir dari stafnya Yani, Djamin Gintings telah digunakan oleh Soeharto selama menegakkan Orde Baru dan kemudian diabaikan oleh Soeharto,” tulis Scott dalam “The United States and the Overthrow of Sukarno, 1965-1967" yang diterbitkan Journal Pasific Affairs.



Posisi Djamin sebagai Asisten II digantikan oleh Soemitro yang semula menjabat panglima Mulawarman di Kalimantan. Djamin sempat menjadi Inspektur Jenderal AD, namun tak lama. Dia kemudian diparkirkan di luar SUAD dan mengisi hari-hari dengan beternak ayam ras.


Memasuki 1970, pemerintah menugaskan Djamin untuk memenangkan pemilu. Untuk itu, Djamin memangku jabatan ketua Sektretariat Bersama Golkar Pusat. Jelang pemilu 1971, Djamin sampai turun ke tanah kelahirannya di Tanah Karo untuk kampanye.


“Mulai dari Kuta Bangun, Sarinembah, dan mengadakan rapat raksasa di stadion Kabanjahe dengan pengunjung kurang dari 45. 000 orang,” tulis Robert Parangin-angin dalam Djamin Gintings: Maha Putra RI.


Hasilnya, Golkar menang mutlak di Sumatera Utara yang mengantarkan Soeharto jadi presiden lewat pemilu perdananya. Djamin Gintings naik pangkat jadi letnan jenderal. Dia juga terpilih menjadi anggota DPR dan duduk dalam Komisi II merangkap ketua Diskusi Luar Negeri. Servis Djamin dirasa telah cukup. Masa pengasingan pun dimulai.


Keluar dari Orbit 


Pada 22 Maret 1972, Presiden Soeharto melantik Djamin Gintings sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh untuk negeri Kanada. Suatu jabatan non militer. Dalam lubuk hatinya, Djamin tak menerima penempatan tugas baru ke negeri yang dekat dengan Kutub Utara itu.


“Enggan suamiku menerima jabatan ini, tetapi sebagai abdi negara ia mematuhinya. Kepedihan hatinya dan rasa kecewanya yang menggunung dapat kurasakan,” tutur Likas.


Menurut Likas, Djamin mendapat kesan bahwa dirinya disingkirkan. Pekerjaan diplomat bukanlah bidang Djamin yang lama bercimpung sebagai tentara lapangan. Dalam kejenuhannya, Djamin mengatakan bawa dia merasa terbuang. Kesehatannya berangsur-angsur menurun ditambah iklim Kanada yang kurang bersahabat.   


Tiga tahun masa tugas di Kanada beringsut kelabu. Agar bisa kembali ke Indonesia, Djamin mengutus istrinya ke Jakarta menemui Soeharto. Tiba di Cendana, Likas diterima Ibu Tien Soeharto. Kepada Tien, Likas menceritakan kesehatan Djamin yang terganggu dan mengharapkan Presiden Soeharto memanggilnya pulang ke Indonesia.



“Rasanya tak sanggup suami saya melewati musim dingin di Kanada, Bu,” kata Likas kepada Tien seraya menyerahkan surat Djamin agar dibaca oleh Soeharto. Tien berjanji untuk menyampaikannya.


Tiga hari berselang, surat sampai di tangan Soeharto. Presiden mengatakan telah memproses isi surat Djamin dan meminta Likas menghubungi Menteri Sekretaris Negara Soedharmono. Di kantor Mensekneg, tubuh Likas bergetar lemas. Soedharmono memperlihatkan disposisi presiden terhadap surat Djamin. Isinya: “Tunggu saja kunjungan saya bulan Juli 1975 di Kanada.” Itu artinya, permintaan Djamin ditolak atau setidaknya masih harus menunggu hingga tahun depan.      


Apa rupanya persinggungan serius yang terjadi antara Djamin dan Soeharto?  “Tak perlu persinggungan,” kata sesepuh TNI AD Letjen (Purn.) Sayidiman Suryohadiprodjo kepada Historia.


Menurut Sayidiman yang mantan Wakil KASAD ini, Djamin bukanlah bagian dari grup jenderal Soeharto. Dia menjelaskan, banyak perwira tinggi AD yang awalnya dipakai Soeharto bukan karena mereka cocok dengan Soeharto tapi karena ketidaksetujuannya yang tegas terhadap Nasakom dan PKI. Setelah masalah itu selesai, orang-orang seperti Djamin pun menjauh dari Soeharto.


“Kalau Pak Harto merasa tak cocok dan orangnya juga tidak usaha untuk dekat Pak Harto, ya harus dijauhkan kalau ia pejabat penting,” kata Sayidiman. Djamin termasuk perwira yang enggan merapat ke kubu Soeharto.


“Saya suka dia dan sedih ketika dapat kabar ia meninggal ketika jadi dubes di Kanada,” kenang Sayidiman.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page