top of page

Sejarah Indonesia

Kemenangan Tentara Sukarno Di Hari Lebaran

Kemenangan “Tentara Sukarno” di Hari Lebaran

Kolonel Ahmad Yani sukses memimpin penumpasan PRRI di Sumatra Barat. Tidak lama setelah operasi berhasil digelar, hari raya Lebaran pun tiba.

16 Juni 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kolonel Ahmad Yani memimpin briefing pada 12 April 1958 selama Operasi 17 Agustus untuk menumpas PRRI. (Wikimedia Commons).

FEBRUARI 1958, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dimaklumatkan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beberapa saat usai pengumuman itu, Presiden Sukarno segera memanggil Kolonel Ahmad Yani ke Istana Negara. Sebuah tugas militer penting dilontarkan: operasi militer menumpas PRRI, sekaligus meminta Yani untuk memimpin pendaratan pasukan TNI di Padang.


Perintah itu langsung direspons secara positif. Yani mengatakan kepada Presiden Sukarno, “…bagi saya hanya ada dua alternatif, pertama: terkubur di dasar lautan dan kedua, mendarat di Padang,” demikian seperti dituturkan Kolonel Suhardiman kepada istri Yani, Yayu Rulia Sutowiryo dikemudian hari dalam Ahmad Yani: Sebuah Kenang-kenangan.


Yani menyanggupi lantas membentuk staf komando operasi gabungan dengan sandi “17 Agustus”. Operasi itu melibatkan tiga matra sekaligus: Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Sebagai pendamping, Yani dibantu oleh Letkol John Lie dari AL dan Letkol Wiriadinata dari AU.


Hari pendaratan ditetapkan 17 April 1958. Selama sejam sejak pukul 05.00 dini hari, penembakan dilancarkan oleh kapal-kapal perang TNI AL ke titik pendaratan. Dua puluh lima menit kemudian pesawat “Red Flight” TNI AU melakukan penembakan disusul dengan pemboman oleh pesawat “Blue Flight” di tempat yang sama. Serangan udara ini terutama ditujukan ke lapangan terbang Tabing. Sejurus kemudian pasukan dari KKO mengawali pendaratan di pantai Padang. Siang hari, seluruh pasukan gabungan berhasil memasuki Padang. Operasi ini hanya memakan satu korban di pihak TNI yang berasal dari Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU.


Operasi pendudukan berlangsung selama satu setengah bulan; lebih cepat dari yang diperkirakan yakni tiga bulan. Kota-kota penting seperti Padang, Solok, Payakumbuh, dan Bukit Tinggi berhasil dikuasai TNI. Pada masa awal pendudukan, suasana kota terasa mencekam dan lengang karena banyaknya penduduk yang mengungsi. Di Padang misalnya, banyak masyarakat yang mengatakan, “tentara Sukarno datang,” tulis Yayu.


Namun, lambat laun situasi keamanan mulai terkendali. Pada 24 Mei 1958, sebanyak 500 prajurit PRRI menyerahkan diri. Secara militer, perlawanan PRRI telah dipatahkan.


Menurut catatan Abdul Haris Nasuiton yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI AD sebenarnya PRRI tak lama lagi akan mendapat pesawat-pesawat Bomber-26 dari Amerika. Itu berarti lebih mampu dari B-25 yang dimiliki TNI AU. AU memperhitungkan, dengan B-26 mereka akan dapat membom Medan, Pekanbaru, dan Palembang.


“Jika timing mereka lebih tepat dan menyesuaikan proklamasinya dengan itu, maka peta militernya akan lain jadinya. Syukurlah, tidak terlambat kami mendarat!” ungkap Nasution dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4: Masa Pancaroba Kedua.


Tidak lama setelah operasi berhasil digelar, hari raya lebaran pun tiba. Salah seorang staf dari pusat kerohanian (Pusroh) memberikan masukan agar Yani dan para komandan batalion mengikuti shalat Id di lapangan bersama rakyat.


“Orang Padang menyegani seseorang yang sembahyang,” kata staf itu sebagaimana dikutip Nasution.


Namun, Yani menampik. “Orang tahu bahwa saya jarang sembahyang. Kalau saya sembahyang, bukanlah untuk dipuji orang, tapi adalah karena Tuhan,” ungkapnya.


Menurut Nasution, jawaban Yani tersebut merupakan cermin kejujuran pribadi sang perwira. “Sahutan Yani adalah karakteristiknya,” tulis Nasution.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page