Elegi Cinta Pierre Tendean dan Rukmini
Jalinan kasih perwira pertama itu kandas karena dia gugur saat menjalankan tugas.
DARI balik pintu kamar, si kecil Ade Irma dan Yanti (kakaknya) mengintip. Sementara di dalam kamar yang remang temaram, seorang lelaki tampan tengah tekun membaca sepucuk surat. Ade dan Yanti merasa geli menyaksikan betapa seriusnya lelaki muda tersebut. Tetiba muncul ide mereka untuk menggodanya. Yanti lalu menghidupkan lampu kamar.
“Kok Oom Pierre bisa baca surat dalam gelap?” ujar Yanti
Ade menyahut, “Oom Pierre berdoa,yah?”
“Enggak, Oom Pierre lagi baca surat,” jawab Pierre
“Dari Medan, pasti,” celetuk Yanti.
Pierre sadar sedang diusili oleh anak bosnya itu. Hubungan mereka memang akrab, laiknya paman dan keponakan. “Sekarang tutup mulut dulu ya, sampai Oom selesai baca surat,” bujuk Pierre. Kakak beradik itu pun baru mau pergi seraya tertawa girang setelah masing-masing diberi coklat oleh Pierre.
Kisah diatas tersua dalam film Pengkhianatan G30S/PKI besutan sutradara Arifin. C. Noer (1984). Ade dan Yanti merupakan putri dari Jenderal Abdul Haris Nasution, Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Sementara Letnan Satu Pierre Tendean adalah ajudan Nasution. Lewat adegan membaca surat dari sang kekasih itulah sosok Pierre diperkenalkan dalam film. Dalam iringan suara biola Idris Sardi, adegan itu seolah menabalkan citra diri Pierre Tendean sebagai pria romantis yang tengah dilanda rindu.
Piere Jatuh Hati
Seturut dengan kehidupan nyata. Sewaktu berdinas mengajudani Nasution, Pierre memang sedang menjalin asmara dengan seorang wanita asal Medan keturunan Jawa. Nurindah Rukmini Chamim, demikian nama lengkap si gadis pujaan hati. Mimin adalah panggilan sayang Pierre kepada Rukmini. Sementara Rukmini memanggil Pierre dengan sebutan “Mas Pierre”.
Menurut biografi resmi Pierre Tendean Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Pierre dan Rukmini bertemu di Medan pada 1963. Saat itu, Pierre baru menamatkan pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) dan bertugas dalam satuan Batalion Zeni Tempur 1 Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Sementara Rukmini, masih duduk di bangku SMA. Mereka terpaut beda usia lumayan jauh. Pierre lebih tua delapan tahun dari Rukmini. Perkenalan keduanya hasil comblangan dua sejawat Pierre, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.
Rukmini merupakan putri sulung dari Raden Chamim Rijo Siswopranoto, seorang pengusaha terkemuka di Sumatra Utara. Parasnya ayu, umumnya gadis-gadis Yogyakarta. Keluarganya penganut Islam yang taat. Keluarga besar Rukmini termasuk dalam Barisan Muhammadiyah Kota Medan dan Yogyakarta.
Semula Pierre sempat menolak dicomblangi dengan alasan ingin fokus di batalion. Namun, melihat sosok Rukmini yang sederhana nan lembut, hati Pierre langsung jatuh. Pierre lantas menjajaki hubungan tersebut.
Lokasi asrama Pierre terletak di Sei Sikambing yang menjadi markas Kodam Bukit Barisan. Sementara kediaman Rukmini di Jalan Sekip 4B, tidak jauh dari asrama Kodam. Walhasil, Pierre jadi rajin bertandang ke rumah Rukmini. Singkat cerita, cinta pun bersemi.
Pierre tidak lama berdinas di Medan. Pertengahan 1963, Pierre pindah ke Bogor karena harus mengikuti pendidikan intelijen yang dipersiapkan dalam Operasi Dwikora. Namun, hubungan cinta dengan Rukimini terus berlanjut. Mereka pun menjalin pacaran jarak jauh dengan saling berkirim surat.
Tahun demi tahun berlalu. Pierre menjalani bermacam penugasan. Mulai dari misi intelijen sebagai mata-mata ke Malaya hingga akhirnya menjadi ajudan Jenderal Nasution pada 1965. Masa cuti dinas selalu dipakai Pierre untuk berkunjung ke Medan. Apalagi maksud hati kalau bukan untuk menemui Rukmini. Kendati berbeda keyakinan, Pierre mantap membawa hubungannya dengan Rukmini ke jenjang yang lebih serius.
Pada 31 Juli 1965, Pierre mendampingi Nasution dalam tugas peninjauan di Medan. Kesempatan itu dimanfaatkan Pierre bertemu dengan Rukmini di sela-sela waktu. Pertemuan itu sekaligus digunakan membicarakan rencana pernikahan mereka yang sedianya akan dilangsungkan pada bulan Desember. Nahas, itu menjadi pertemuan terakhir kedua sejoli itu.
Baca juga: Kisah Pierre Si Ajudan Tampan
Pada subuh 1 Oktober 1965, Pierre diciduk oleh sepasukan Tjakrabirawa yang hendak meringkus Jenderal Nasution. Pasukan penculik kemudian membawa Pierre ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Di sana dia disiksa lalu dibunuh.
Kepergian Piere tentu saja membuat sedih hati Rukmini. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Rukmini untuk memulihkan perasaannya. Baru pada 1972, Rukmini menemukan jodohnya kembali. Bukan tentara, melainkan seorang karyawan bank
“Mereka dikaruniai 3 anak serta 5 cucu dan hidup berbahagia sampai akhir hayat sang suami di tahun 2014,” tulis tim penulis buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi suntingan Abie Besman
Tersimpan dalam Kenangan
Rukmini sendiri enggan membahas lebih dalam soal kisah hubungan cintanya dengan Pierre. Menurut Noviriny Drivina, salah satu tim penulis biografi resmi Pierre Tendean, Rukmini tertutup bila ditanya soal Pierre. Pada 2018, tim penulis menyambangi Rukmini yang tentu saja sudah sepuh dan tinggal bersama tiga cucunya di Bekasi.
“Dia sama sekali tidak mau cerita,” ujar Novi kepada Historia mengenang perjumpaannya dengan Rukmini,
Rukmini hanya berkenan mengonfirmasi apa yang didapat oleh tim penulis. “Itu privasi saya dan Mas Pierre,” kata Rukmini ditirukan Novi. Mengenai sifat Pierre yang berkesan maupun pertemuan dengan Pierre, Rukmini enggan menjawab.
Hingga meninggalnya pada 27 Juli 2019, Rukmini tetap menyimpan rapat kenangan terhadap sosok Pierre Tendean.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar