top of page

Sejarah Indonesia

Cerita Di Balik Gedung Mabes Polri

Cerita di Balik Gedung Mabes Polri

Sempat dianggap "gila" karena mendahului tentara, Soekanto jalan terus dengan gagasannya membangun gedung markas besar kepolisian.

9 Juli 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Gedung Markas Besar Polri di Jl. Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. (polri.go.id).

TAK banyak yang tahu bangunan Markas Besar (Mabes) Polri merupakan salah satu aset sejarah bangsa yang ada di kawasan Jakarta Selatan. Siapa saja yang melintasi Jalan Trunojoyo tentu akan melihat bangunan tersebut. Lokasi persis Mabes Polri terletak di Jalan Trunojoyo No. 3. Dibangun pada masa kepemimpinan Kapolri pertama, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.


“(Gedung) itu dibangun tahun 1950-an. Pernah dikatakan gila lho sama yang lain,” kata Ambar Wulan sejarawan yang mengkaji kepolisian kepada Historia. “Soekanto berpikir membuat Mabes yang bisa menampung ribuan polisi. Tentara saja itu belum punya. Ya di Trunojoyo itu.


Memasuki tahun 1950, tugas kepolisian kian meningkat. Soekanto yang menjabat Kepala Kepolisian Nasional (KKN) merasa jawatan kepolisian yang dipimpinnya perlugedung sendiri. Sebab sebelumnya, markas kepolisian masih menyatu dengan Kementerian Dalam Negeri di Jalan Vetaran. Pemerintah akhirnya memberikan lahan seluas 40 ha di Kebayoran Baru yang kini menjadi Mabes Polri.


Pembangunannya ditandai dengan penanaman pohon beringin yang dilakukan Soekanto pada 17 Maret 1952. Harian Abadi, 6 Juli 1953, menyebut Soekanto dengan penuh perhatian melaksanakan pengawasan terhadap proyek tersebut. Kendati sempat dikritik Menteri Pekerjaan Umum Ir. Laoh karena dianggap berlebihan, aksi Soekanto didukung Presiden Sukarno.


Pembangunan gedung berlantai tiga itu rampung pada 1955. Peresmian dihelat di Lapangan Banteng, Jakarta, bersamaan perayaan ulang tahun DKN (Djawatan Kepolisian Nasional) pada 1 Juli 1955. Pada acara itu secara simbolis Presiden Sukarno menyerahkan pataka Kepolisian RI kepada Soekanto.


Ketika baru berdiri, Mabes Polri terbilang bangunan mewah pada zamannya. Mabes Polri menjadi gedung perkantoran pertama yang menggunakan konstruksi besi di Indonesia.

“Di zamannya Pak Soekanto, Mabes selalu bersih. Lantai mengkilat,” kenang mendiang Awaloedin Djamin mantan Kapolri periode 1978—82 dua tahun silam kepada Historia.


Tatkala DKN memiliki gedung sendiri, Soekanto memerintahkan memasang tulisan “Departemen Kepolisian Negara” di atas pintu masuk. Sekali waktu, sebagaimana terkisah dalam Ensiklopedi Kapolri: R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo melintas di Jalan Trunojoyo dan melihat tulisan itu. Keesokan harinya, Soekanto dipanggil dan diperintahkan segera mengganti tulisan menjadi “Djawatan Kepolisian Negara”. Harapan Soekanto menjadikan kepolisian sebagai kementerian tersendiri kandas.


Harapan itu baru terwujud setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Status DKN diubah menjadi Departemen Kepolisian. Soekanto selaku kepala DKN diangkat menjadi menteri muda kepolisian.


Namun kegembiraan Soekanto tak berlangsung lama. Sukarno membentuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang terdiri dari angkatan perang dan angkatan kepolisian. Soekanto yang keberatan dengan alasan untuk menjaga profesionalisme kepolisian pun diberhentikan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page