top of page

Sejarah Indonesia

Tiga Faktor Yang Membuat Sriwijaya Jadi Kerajaan Kuat

Tiga Faktor yang Membuat Sriwijaya Jadi Kerajaan Kuat

Untuk menancapkan kekuasaannya, Sriwijaya mengeluarkan enam prasasti kutukan.

25 Maret 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Prasasti Baturaja yang baru saja ditemukan tahun lalu. (Dok Kemendikbud).

Kerajaan Sriwijaya berkuasa dari tahun 683 M sampai kira-kira tahun 1183 M. Ia pernah menjadi kerajaan yang kuat karena letak geografis, sumber daya alam, dan jejaring perdagangan.


Ninie Susanti, arkeolog Universitas Indonesia, menguraikan ketiga faktor tersebut. Pertama,letak pantai timur Sumatra sangat strategis ditambah angin musim yang bertiup secara teratur menjadikannya jalur perdagangan penting sejak awal abad Masehi. Jalur ini menghubungkan Samudra Hindia, Laut Cina Selatan, dan Samudra Pasifik.


“Sriwijaya menguasai sisi Selat Malaka yang merupakan lalu lintas strategis jalur perdagangan masa lalu,” kata Ninie dalam acara International Forum on Spice Route (IFSR) di Museum Nasional, Jakarta.


Kedua,hasil alam berupa rempah, kayu cendana, kapur barus, kemenyan, besi, timah, emas telah disebut di dalam kitab-kitab sastra dari India sebagai komoditas yang dicari dalam perdagangan. “Sriwijaya mengeluarkan sekira 100-an prasasti dari timah, pasti karena hasil timahnya yang melimpah,” kata Ninie. 


Ketiga, Sriwijaya menjalin perdagangan dengan pedagang dari India dan Arab, kemudian Tiongkok. Waktu itu India dan Tiongkok merupakan bagian dari kekuatan dunia. Berdasarkan kronik Tiongkok, hubungannya dengan Sriwijaya baru mulai terjadi pada abad ke-5 M. 


“Tiga dasar yang kuat itu merupakan awal dari proses perkembangan kesadaran yang mendorong munculnya Sriwijaya yang kuat sebagaimana disebut di dalam prasasti-prasastinya dari abad ke-7 M,” kata Ninie.


Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan.
Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan.

Prasasti Kutukan


Kekuatan Sriwijaya juga terlihat dari kerajaan-kerajaan yang mengakui kedaulatannya, yaitu Kedah, Ligor, Semenanjung Melayu, Kota Kapur, Jambi, Lamoung, dan Baturaja. 


“Kedatuan dari kata datu atau orang yang dituakan. Dalam prasastinya tidak pernah menyebutnya sebagai kerajaan,” kata Ninie. 


Mandala-mandala yang di bawahinya itu memiliki kepentingan yang sama. Kepentingan utamanya, yaitu berdagang, menjadi konsesus bersama di antara masyarakat sipil yang ada di wilayah Kedatuan Sriwijaya.


Menurut Ninie, tokoh intelektual pembentukan pemerintahan maritim adalah para datu (pemimpin mandala, red.) yang mempunyai konsensus bersama dengan Sriwijaya. Ini muncul dalam Prasasti Karangberahi, Kotakapur 1 dan 2, Ligor, Baturaja, Palas Pasemah, Boom Baru. 


Di samping itu, untuk menancapkan hegemoninya, Sriwijaya mengeluarkan enam prasasti kutukan. Isinya adalah ancaman bagi mereka yang berani melawan raja. Pun ada lebih dari 25 prasasti Jayasiddhayatra, yang memuat perjalanan suci menaklukkan daerah-daerah sekitar. 

“Ini sebagai bukti bagaimana ia diakui,” kata Ninie. 


Sriwijaya juga menunjukkan kebesarannya dengan mendirikan bangunan untuk agama Buddha di Ligor, Thailand Selatan pada 775 M. Ia juga mendirikan asrama di perguruan Nalanda, India. Asramanya, yang dibangun atas perintah Balaputradewa menjadi salah satu yang terpenting dan masih bisa disaksikan hingga kini.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page