Pemimpin Ideal ala Sunda
Masyarakat Sunda Kuno punya versinya sendiri soal pemimpin ideal.
Tersebutlah pada zaman dulu kala hidup seorang raja bernama Prebu Niskala Wastu Kancana. Dia telah memerintah selama 104 tahun. Pemerintahannya dinilai sangat baik. Saking baiknya dia disamakan dengan Sang Hyang Indra, raja para dewa.
Karena kebajikan sang prabu, para rama yang memimpin desa-desa dapat dengan tentram mengurus bahan pangan. Para resi dapat pula tentram melaksanakan tugasnya sebagai pendeta. Kerajaannya aman sejahtera
Kisah itu muncul dalam Carita Parahyangan.
Menurut arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar dalam Siliwangi, Sejarah, dan Budaya Sunda Kuna, tokoh raja atau prebu, rama, dan resi sering muncul di berbagai kitab Sunda Kuno. Mereka selalu disebutkan sebagai tiga orang pemimpin yang menjaga rakyat dari kekeliruan.
Tak cuma seorang raja, berdasarkan Fragmen Carita Parahyangan, masyarakat Sunda Kuno mempunyai tiga pemimpin yang menjadi panutan, yaitu resi (kaum agamawan), rama (pemimpin daerah), dan raja atau prebu.
Baca juga: Pemimpin Ideal ala Jawa
Tugas utama raja adalah melaksanakan pemerintahan. Resi menyejahterakan alam. Sementara rama sebagai pembimbing kehidupan.
“Wibawa dimiliki oleh sang prebu, ucapan dimiliki oleh rama, dan tekad miliknya sang resi,” tulis bagian lain dalam kitab itu.
Sebagaimana kitab itu, Agus menjelaskan, raja harus memelihara kewibawaannya. Jika tidak, kekuasaannya akan pudar. Dia pun akan jatuh dari takhtanya.
“Senantiasa raja harus menjaga martabatnya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai raja,” jelasnya.
Sementara petuah dan contoh kehidupan yang baik harus selalu disampaikan oleh rama. Pasalnya dia yang hidup paling dekat dengan masyarakat. Dia juga yang harus membimbing warganya.
Resi punya tugas memberi contoh tentang tekad dan niat yang baik dalam kehidupan. Seperti tekad mereka dalam menjalankan ibadah agama dan tekad untuk dapat bersatu dengan Sang Hyang.
“Dalam kitab Sang Hyang Siksa Kanda ng Karesian, tiga pemimpin itu bagai tiga tantu di bumi. Ia disebut peneguh dunia,” jelas Agus.
Di luar itu, hingga kini tak ada kitab khusus dari era Sunda Kuno yang menyimpan dan menguraikan bagaimana perilaku pemimpin yang baik. Ajaran atau perilaku yang harus ditampilkan raja banyak disebut dalam berbagai kitab yang berbeda.
Baca juga: Karakter Pemimpin Muslim Ideal
Soal kepemimpinan, dalam kebudayaan Jawa Kuno dan Bali, ada yang dikenal dengan ajaran astabrata. Ajaran ini disampaikan oleh Raja Rama kepada Wibisana, adik Rahwana, dalam Kitab Ramayana. Isinya, delapan perilaku atau sikap yang sebaiknya dimiliki seorang raja. Sifat-sifat dewa menjadi contohnya.
“Dikenal luas dalam kebudayaan Jawa Kuno dan Bali, namun tak dikenal dalam lingkup kebudayaan Sunda Kuno,” ujar Agus.
Beberapa kitab yang menyebutkan soal kepemimpinan seorang raja misalnya, Sang Hyang Siksa Kanda ng Karesian. Kitab ini menurut Agus berasal dari Priangan Timur. Ia selesai digubah pada 1518. Isinya adalah soal pendidikan, pengetahuan umum, kebudayaan, dan kesehatan.
Di dalamnya disebutkan pula kalau raja yang baik punya lima tugas utama. Raja bertugas membuat kesejahteraan di seluruh wilayah kerajaan. Ia harus menjaga kemuliaan dan kewibawaan. Raja pun mesti menjadikan dirinya sebagai yang utama. Ia selaiknya memiliki sifat melindungi dan menyayangi rakyatnya. Terakhir, ia punya tugas membangun keagungan.
Lalu dalam Carita Parahyangan yang disusun pada pertengahan abad ke-16, terdapat enam butir tugas raja yang diambil dari sumber aslinya, kitab India Kuno Bhradaranyaka-Upanishad.
Baca juga: Kriteria Pemimpin Ideal Menurut Konghucu
Isinya, raja harus menjaga martabat kebangsawanan. Ia harus memiliki jiwa kehidupan luhur. Ia juga harus melindungi kehidupan, melindungi yang lemah dan terluka. Ia harus bersifat bagai mentari yang memberikan anugerah. Namun ia juga mesti bagai matahari yang panasnya menghancurkan. Terakhir, ia harus mampu melindungi kaum pertapa.
“Penyusun Carita Parahyangan mengagungkan Sanjaya sebagai tokoh penting peletak dasar pemerintahan Kerajaan Galuh hingga Sunda,” jelas Agus.
Sesuai kebiasaan Sunda Kuno yang mengenal tiga bentuk pemimpin, maka ketiganya sama-sama harus ditaati. Mereka punya tugas masing-masing. Jika satu di antaranya tak bekerja dengan baik kerajaan akan kacau balau.
Bahkan, Kitab Sang Hyang Siksa Kanda ng Karesian menyatakan ketiga tokoh itu bagai Tri Murti. Wisnu ibarat prabu, Brahma ibarat rama, dan Iswara ibarat resi.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar