top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Manusia Jawa, Bukti Teori Evolusi Darwin

Di Jawa, Dubois membuktikan teori evolusi Darwin. Phitecanthropus erectus diklaim sebagai mata rantai evolusi yang hilang.

18 Jun 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Fosil Phitecanthropus erectus yang ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, dekat lembah sungai Bengawan Solo, pada 1891. (Peter Maas/Wikimedia Commons).

KALA Charles Darwin (1809-1882) memperkenalkan On theOrigin of Species (1859), dia menjelaskan teori seleksi alam. Di buku keduanya, The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex (1871), dia menyebut manusia berevolusi dari kera. Namun teori ini bercela karena belum ada penemuan fosil makhluk “setengah kera, setengah manusia” sebagai bentuk transisi dari skema evolusi yang bisa menjadi bukti sahih. Ada mata rantai yang hilang (missing link).


Darwin menarik banyak pengikut di Eropa. Salah satunya Marie Eugene Francois Thomas Dubois, yang lahir di Eijsden, Limburg, Belanda pada 28 Januari 1858. Dia mulai mengenal teori Darwin melalui studi medisnya di Universitas Amsterdam. Berasumsi asal-usul manusia terletak di daerah tropis, pada 1887 dia bergabung dengan militer agar ditempatkan di Hindia Belanda.


“Dubois mendasarkan argumennya dari Darwin yang dalam Descent of Man menyatakan nenek moyang manusia tinggal di daerah tropis, karena manusia (modern) telah kehilangan bulu-bulu di sekujur tubuh selama proses perkembangannya,” tulis Bert Theunissen dalam Eugene Dubois and the Ape-man from Java.


Darwin menunjuk Afrika tropis di mana terdapat habitat gorila dan simpanse. Tapi Alfred Russell Wallace (1823-1913), pemikir teori evolusi lainnya, menyebut asal-usul manusia lebih dekat kepada siamang dan orang utan yang habitat alaminya di Asia Tenggara. Dubois menyepakati Wallace.


Penelitian pertamanya dilakukan pada 1888. Dibantu pemerintah kolonial Belanda, dia menelusuri gua-gua di Padang, Sumatera. Perhatiannya lalu teralihkan ke Jawa kala muncul laporan temuan fosil Homo wajakensis (Manusia Wajak) oleh insinyur petambangan Belanda, B.D. van Rietschoten, di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur pada 1889.


Dubois dan tim ekskavasinya memusatkan risetnya di Trinil, dekat lembah sungai Bengawan Solo. Hasilnya pada 1891, dia menemukan fosil tengkorak manusia berupa gigi, tulang paha, dan tempurung kepala. Dia meyakini fosil itu sebagai missing link yang dicari. Dia namakan fosil itu Pithecanthropus erectus (Manusia Jawa). Usianya 700.000 sampai 1.000.000 tahun, menjadi temuan fosil tertua di dunia saat itu.


Pada 1894, Dubois menerbitkan temuannya, lalu pulang ke Belanda untuk meyakinkan publik Barat.


“Dia percaya Pithecantropus adalah missing link, bukan kera atau manusia, tapi di tengah-tengahnya. Komunitas sains Eropa tidak bisa menghargai pencapaiannya ini, dan dia menjadi frustrasi,” tulis Amir Aczel dalam The Jesuit and the Skull. “Dubois lalu menyembunyikan temuannya itu di bawah lantai rumahnya di Belanda, dan menolak untuk menunjukkannya pada siapa pun.”


Baru pada 1923, Dubois memperlihatkan kembali Phitecanthropus erectus ke publik. Tahun-tahun setelahnya, dia habiskan untuk mempertahankan hipotesis “manusia kera” setelah fosil-fosil serupa kembali ditemukan: Sinanthropus pekinensis (Manusia Peking) di Cina pada 1927-1929 dan temuan G.H.R. von Koeningswald (1902-1982) di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada 1931-1941.


Sampai akhir hayatnya pada 16 Desember 1940, Dubois bersikukuh Phitecanthropus erectus berada dalam klasifikasi sendiri. Nantinya, semua temuan tersebut disatukan sebagai Homo erectus (manusia yang berjalan tegak).


Pun begitu, sebagaimana dikatakan von Koenigswald, Phitecanthropus erectus adalah fosil “paling terkenal, didiskusikan, dan digunjingkan.” Semua berkat Dubois, yang petualangannya menyingkap evolusi manusia dapat dibaca secara komprehensif dalam The Man who Found the Missing Link: Eugene Dubois and His Lifelong Quest to Prove Darwin Right karya Pat Shinman.


“Dubois adalah pionir penelitian asal-usul manusia, utamanya karena dia adalah orang pertama yang melaksanakan riset sungguh-sungguh untuk mencari fosil nenek moyang manusia,” tulis Carl C. Swisher III, Garniss H. Curtis, dan Roger Lewin dalam Java Man: How Two Geologist Changed Our Understanding of Human Evolution.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Soebandrio, the Diplomat Who Fought for West Irian

Soebandrio, the Diplomat Who Fought for West Irian

He was Sukarno's confidant in the fight for West Irian. He traveled the world to “fight” in the diplomatic arena, but that journey almost ended tragically.
Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja

Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja

Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja bersekutu melawan Belanda. Keduanya telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Wanita Perkasa Pembela Jelata

Wanita Perkasa Pembela Jelata

S.K. Trimurti pejuang perempuan yang komplet, disegani kawan maupun lawan. Dia seorang pendidik, wartawan, pengarang, politisi, dan menteri perburuhan pertama.
Pengusaha Hiburan Malam Naik Haji

Pengusaha Hiburan Malam Naik Haji

Pengusaha hiburan malam yang mengorbitkan banyak penyanyi beken ini mengalami kejadian aneh saat menunaikan ibadah haji.
Biarkan Batin Melayang

Biarkan Batin Melayang

Zaman berubah. Kekuasaan berganti. Namun, S.K. Trimurti mampu melewatinya tanpa membuatnya tersingkir dari sejarah.
bottom of page