Ekspansi Raja Cola sampai Sriwijaya
Penguasa Kerajaan Cola ini menaklukkan berbagai wilayah hingga Kerajaan Sriwijaya. Dia membawa Cola ke puncak kejayaan.
DI bawah kendali Rajendracola I, Kerajaan Cola mungkin menjadi kerajaan Hindu paling mengagumkan di India. Dia melanjutkan pencapaian ayahnya, Rajaraja I, yang menundukkan beberapa wilayah di anak benua itu.
Arkeolog senior Puslit Arkenas, Bambang Budi Utomo mengatakan, secara umum Kerajaan India biasanya hanya berkuasa di Asia Selatan. Pengaruhnya yang menyebar ke berbagai wilayah, misalnya seni arca.
“Dia tidak berkuasa di luar Asia Selatan. Pengaruhnya ke mana-mana, misalnya di pantai barat Malaysia ada komunitas Tamil, di Sumatra juga ada, kemudian prasasti Tamil ditemukan juga di Lobu Tua,” jelas Bambang ketika ditemui di kantornya.
Awalnya, sekira abad ke-1 sampai abad ke-4, Cola hanya menguasai wilayah Tamil Nadu. Wilayah ini kini menjadi salah satu negara bagian di India selatan. Lokasi tepatnya di kota Thanjavur dan Tiruchirapalli.
Menurut A. Meenakshisundararajan dalam “Rajendra Chola’s Naval Expedition and the Chola Trade with Southeast and East Asia” yang terbit dalam Nagapattinam to Suvarnadwipa, dinasti Tamil baru berkembang menjadi kekuatan besar di India Selatan pada abad ke-9. Perkembangannya semakin pesat, khususnya sejak tahun 985, sewaktu Rajaraja I mulai memerintah.
Rajaraja memulai ekspansinya dari wilayah inti di delta Sungai Kaveri. Dia kemudian menduduki wilayah pesisir India. Dari sana, dia membawa pasukannya masuk ke pusat India seperti Orisa.
Rajaraja kemudian menaklukkan Kerala (Cheras) di India Selatan dan wilayah timur Kerajaan Chalukya di India Tengah. Kemudian dia menaklukkan Sri Lanka (Ceylon) dengan mengalahkan Kerajaan Padyas di India Selatan. Penaklukkannya juga sampai Kepulauan Maladewa sebagai pusat perdagangan penting di Samudra Hindia.
“Sejak itu, Rajaraja melemahkan semua kerajaan di India Selatan,” tulis Meenakshisundararajan.
Pemerintahannya belum benar-benar berakhir ketika putranya, Rajendracola I ditahbiskan sebagai pewaris takhta. Ada bukti keduanya memerintah berdampingan antara 27 Maret hingga 7 Juli 1012.
Rajendracola baru memerintah secara mandiri pada 1014 setelah kematian ayahnya. Dia mewarisi wilayah kerajaan yang luas terdiri dari wilayah Tamil Nadu, Andhra Pradesh di India Selatan, Kerala bagian selatan, dan sebagian Karnataka di India Selatan, Sri Lanka dan Maladewa, serta kemungkinan kepulauan lain di Samudera Hindia.
Tak puas dengan warisan itu, Rajendracola melebarkan lagi kekuasaannya dengan menduduki Pulau Andaman dan Nikobar di Teluk Bengal, Lakshadweep, kepualauan di perairan dekat wilayah Kerala; mengalahkan Raja Mahipala dari Dinasti Pala yang kekuasaannya meliputi India Timur. Ekspedisinya dilanjutkan ke Bihar dan Bengal di wilayah India Timur, dekat Nepal dan Bangladesh sekarang.
Pencapaian Rajendracola yang paling diingat adalah invasinya ke Semenanjung Malaka dan Sumatera melalui armada lautnya. Raja Sriwijaya Sangramavijayottunggavarman ditawan dan harta kekayaannya dirampas. Kemenangan ini dicatat dalam Prasasti Tanjore (1030). Para ahli memprediksi keberhasilan ini dalam sekali penyerangan yang singkat.
“Untuk menandai kemenangannya itu, dia membangun ibukota baru bernama Gangaikonda Cholapuram,” tulis Meenakshisundararajan.
Rajendracola meneruskan tradisi ayahnya yang menjaga hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara lewat perdagangan. Sejak menguasai Sri Lanka perubahan besar terjadi, terutama karena wilayah itu punya kaitan dengan Barus di Sumatera.
Claude Guillot dkk. dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu mengatakan, satu sisi Cola ingin menjalani hubungan dengan benua timur, Cina, Kamboja, dan lainnya. Di sisi lain, di bawah dinasti itu, pemerintah menjalankan hubungan erat dengan perkumpulan pedagang, khususnya dengan Ayyavole yang ada di Lobu Tua, Barus.
“Dengan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Cola memungkinkan para pedagang Tamil, yang merupakan anggota perkumpulan yang didukung pemerintah, berhasil menguasai jaringan perdagangan yang lama, seperti jaringan perdagangan kamper yang menuju Barus,” jelasnya.
Menurut Kenneth R. Hall dalam Trade and Statecraft in the Ages of Colas, karier Rajendracola yang gemilang itu bisa dianggap sebagai upaya heroik, namun bisa pula dipandang untuk meniru dan mengungguli prestasi sang ayah. Pasalnya, para sejarawan belum ada yang mampu membuktikan bahwa ekspedisi ke Sriwijaya dan Bengal adalah ekspedisi yang lebih dari sekadar serangan singkat. Meski banyak kemungkinan alasan yang diajukan para ahli soal serangan Cola ke negeri yang jauh, tetap saja soal ini belum jelas.
Khususnya di Sriwijaya, menurut Bambang, orang-orang Tamil itu hanya menyerang tanpa menduduki.
Terlebih lagi, riwayat ekspedisi Rajendracola sebagai penakluk besar hanya diawetkan lewat prasasti yang ditemukan di wilayah Cola sendiri. Sementara catatan mengesankan tentangnya tak ditemukan di lokasi penaklukannya yang paling jauh, seperti Bengal dan Sriwijaya. Meskipun begitu, tetap saja, apa yang dilakukan Rajendracola dan ayahnya belum pernah dilakukan sebelumnya oleh raja-raja di India. Khususnya dalam hal memajukan kekuatan maritim ke negeri yang jauh.
Baca juga:
Tambahkan komentar
Belum ada komentar