Akhir Kisah Raja Lalim
Kisah seorang raja suka mengganggu wanita. Dia sulit dilawan hingga dimusuhi.
TAK hanya Kostrad yang pernah punya band bernama Dharmaputra, Kerajaan Majapahit pun punya sekelompok orang yang dulunya juga disebut Dharmaputra. Seperti anggota Dharmaputra di Kostrad, Darmaputra di zaman Majapahit juga terdiri dari orang-orang yang bisa diandalkan.
Dharmaputra di zaman Majapahit dijadikan pejabat kerajaan. Mereka terdiri dari tujuh orang. Kitab Pararaton, seperti dicatat Enung Nurhayati dalam Gajah Mada: Sistem Politik dan Kepemimpinan, menyebutkan Dharmaputra terdiri dari Ra Kuti, Ra Pangsa, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Tanca, dan Ra Banyak.
Para anggota Dharmaputra itu hidup di zaman Raja Jayanegara alias Raden Kalagemet, yang memerintah sejak 1309. Jayanegara dikenal dengan gelar panjangnya: Sri Sundarapandyadewadhiswaranamarajabhiseka Wikramottunggadewa. Sebelum menjadi raja, dia pada 1296 sudah menjadi kumararaja, semacam raja muda. Jayanegara naik menggantikan ayahnya, Raden Wijaya.
“Pada masa pemerintahannya ia dirongrong oleh serentetan pemberontakan yang merupakan kelanjutan dari pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di masa pemerintahan ayahnya,” tulis Nugroho Notosusanto dkk. dalam Sejarah Nasional Indonesia II.
Baca juga: Pemberontakan Terhadap Majapahit
Nugroho dkk. tidak menggambarkan bagaimana tidak disukainya Jayanegara. Jayanegara adalah raja jahat dan mesum. Bahkan, dia hendak mengawini Tribuana Tunggadewi, adik tirinya sendiri. Selain itu, Jayanegara disebut raja lemah.
“Jayanegara tidak mengizinkan adanya gagasan nusantara," kata Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit.
Maksud dari gagasan nusantara adalah mempersatukan nusantara. Dalam bukunya, Nugroho dkk. hanya menyebut adanya kelicikan daripada seorang pejabat bernama Mahapati di zaman Jayanegara itu.
Mahapati dengan “politik kantor” ala dirinya telah berhasil menyingkirkan Ranggalawe dan Lembu Sora. Dia kemudian berusaha menyingkirkan pula Nambi. Di antara para pemberontak di zaman Jayanegara itu, ada pula yang pernah menjadi pejabat kerajaan di era Raden Wijaya.
Korban Mahapati tak hanya Nambi, Sora, dan Ranggalawe saja. Semi dan Kuti juga kemudian menjadi korban fitnah Mahapati. Semi memberontak pada 1318 dan setahun berikutnya juga ikut terlibat dalam pemberontakan.
“Setelah terjadi dua peristiwa ini rupa-rupanya raja (Jayanegara) baru sadar akan kekeliruannya untuk mempercayai Mahapati dan insyaflah baginda bahwa Mahapati berhati jahat dan tukang fitnah. Maka ia ditangkap dan dibunuh,” sambung Nugroho dkk..
Namun, pemberontakan Ra Kuti tetap mengganas. Bahkan, ibukota Majapahit sampai diduduki oleh pemberontak yang dipimpin Ra Kuti. Alhasil Raja Jayanegara terpaksa menyingkir ke Badender. Dia dikawal sekelompok Bayangkari yang dipimpin Gajah Mada.
Baca juga: Gajah Mada Memadamkan Pemberontakan Kuti
Pemberontakan Ra Kuti akhirnya berhasil diatasi. Ra Kuti dibunuh dan Raja Jayanegara bisa kembali ke ibukota.
Setelah hilang masalah dengan Ra Kuti yang telah dibunuh, Jayanegara kemudian punya masalah dengan Ra Tanca. Sehari-harinya Ra Tanca merupakan tabib istana. Ra Tanca dituduh telah membunuh Jayanegara, yang meninggal di tahun 1328.
“Ra Tanca mendapat laporan dari istrinya, bahwa Bathara Jayanagara Sri Kertarajasa melakukan perbuatan tidak senonoh,” tulis Otto Sukatno, CR dan Untung Mulyono dalam Pararaton Kitab Para Raja; Menguak Jejak Genealogi Sejarah Wangsa Jawa dari Tarumanegara Hingga Majapahit.
Ra Tanca sempat melaporkan kelakuan Jayanegara itu kepada Gajah Mada. Namun, Gajah Mada tak bisa berbuat apa-apa atas tingkah rajanya itu. Semua berjalan hingga kemudian sang raja meninggal ketika dioperasi bisul di lehernya oleh Ra Tanca.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar