top of page

Sejarah Indonesia

Ternyata Patung Di Mabes Polri Bukan Berwajah Gajah Mada

Ternyata Patung di Mabes Polri Bukan Berwajah Gajah Mada

Pematung sudah menyelesaikan badan Gajah Mada, masalahnya mereka tidak tahu pasti bagaimana bentuk wajahnya.

27 Desember 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Patung Gajah Mada (kiri), lambang Kepolisian Republik Indonesia, dan Moehammad Jasin (kanan), Bapak Brimob Indonesia..

Diperbarui: 29 Mei

DI Markas Besar Polri berdiri monumen Gajah Mada. Ternyata, patung itu hanya badan yang Gajah Mada, sedangkan wajahnya adalah Moehammad Jasin yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional tahun 2015.


Ceritanya bermula ketika Kepala Kepolisian Negara R.S. Soekanto menugaskan Komisaris Besar R. Umargatab, kepala Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), untuk mencari pematung untuk membuat monumen patung Gajah Mada. Monumen ini akan ditempatkan di halaman depan Mabes Polri. Patung ini harus selesai dan diresmikan pada hari ulang tahun (HUT) Polri, 1 Juli 1962.


Pematung Catur Prasetya dibantu 30 orang pekerja berhasil menyelesaikan badan patung sebulan sebelum HUT Bhayangkara. Namun, kepalanya belum rampung karena, baik Umargatab maupun pematung tidak tahu pasti wajah Gajah Mada. Sedangkan upacara peresmian tinggal sepekan lagi.


“Sebagai penanggung jawab, dan supaya tidak ditegur oleh Kepala Kepolisian Negara R.S. Soekanto, tanpa menjelaskan tujuannya, Pak Umar meminta foto saya. Saya kira, foto saya itu akan digunakan untuk dokumentasi PAM. Ternyata tidak begitu,” kata Moehammad Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang. Saat itu, Jasin menjabat panglima korps Mobiele Brigade Indonesia (Mobrig, kini Brimob). Jasin dijuluki Bapak Brimob Indonesia.


Umargatab menyerahkan foto Jasin kepada pematung dengan permintaan jangan sekali-kali membocorkannya kepada Soekanto. Maka, jadilah patung Gajah Mada setinggi 17 meter dengan tatakan patung 8 meter berdiri di halaman Mabes Polri, yang wajahnya konon mirip wajah panglima korps Mobrig. “Wajah Pak Jasin mirip dengan wajah Gajah Mada,” kata Umargatab.


“Setelah segalanya selesai,” ujar Jasin, “Pak Umargatab meminta maaf kepada saya karena terpaksa ‘mencuri’ wajah saya untuk menyelesaikan patung tersebut. Beliau juga minta dengan sangat agar saya merahasiakan hal ini. Setelah patung selesai, saya hanya bisa berharap rahasia ini tidak terbuka.”


Pada saat peresmian pada 1 Juli 1962, Jasin dan Umargatab saling curi pandang, khawatir Soekanto gusar setelah melihat hasilnya. Syukurlah, Soekanto tidak masalah dengan patungnya bahkan selesai upacara dia menyampaikan selamat dan terimakasih kepada Umargatab dan pematung.


“Rahasia ini kami pegang seteguh-teguhnya dan baru dibuka setelah Pak Soekanto pensiun,” kata Jasin. “Ternyata beliau tidak marah, bahkan tertawa terbahak-bahak.”


Bila memoar Jasin menyebut inisiatif pembangunan patung Gajah Mada adalah R.S. Soekanto. Sedangkan sumber lain, Ensiklopedi Jakarta, menyebut pemerakarsanya adalah Kepala Kepolisian Negara, R. Soekarno Djojonegoro, pengganti Soekanto. Dan peresmiannya oleh Presiden Sukarno pada 1 Juli 1962.


Wajah Gajah Mada memang diselimuti kontroversi. Banyak kisah beredar menyebutkan wajah mahapatih kerajaan Majapahit itu mirip dengan wajah sejarawan Mohammad Yamin, sang penulis kisah Gajah Mada. Kisah wajah Gajah Mada ini bermula dari penemuan pecahan gerabah berwajah seorang pria yang diperkirakan terkemuka di zamannya.


Para arkeolog berdebat tentang siapa pemilik wajah tersebut. Yamin datang dengan penafsiran kalau wajah itu adalah milik Gajah Mada. Belakangan arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada: Biografi Politik, berpendapat arca Brajanata dan arca Bima sebagai dua perkembangan dari penggambaran Gajah Mada.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page