Selamatkan Negarakertagama dari Aksi KNIL
Ekspedisi Lombok tentara Belanda tak hanya menghancurkan Kerajaan Lombok. Dalam penjarahan yang mengikutinya, sebuah kitab kuno juga diangkut.
Akhir 1894, tentara kolonial daripada Hindia Belanda alias Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) sedang sibuk di Lombok. Pasukan dari Batalyon ke-2, Batalyon ke-6, Batalyon ke-7, dan Batalyon ke-9, seksi artileri gunung dan satu seksi zeni KNIL di bawah pimpinan Jenderal Mayor Segov –pengganti Jenderal Mayor PPH van Ham selaku wakil panglima Ekspedisi Lombok– berjuang keras karena ditugaskan mengusai Lombok.
Mereka juga ditugaskan mengejar para pelarian dari Bali. Koran Java-bode edisi 21 November 1894 memberitakan, sekitar 400 orang Bali yang melawan Belanda di Lombok itu antara lain dipimpin Brahmana Ida Wayan Jelantik.
Baca juga: Melongok Harta Karun Lombok
Pengejaran orang-orang Bali yang melawan itu tidaklah mudah. Dalam sebuah pergerakannya, pasukan Batalyon ke-6 KNIL yang mengejar mereka harus melewati tumpukan puing dan pohon-pohon tumbang. Pasukan KNIL baru berhasil merebut Kampung Monjok pada 7 November.
Setelah Kampung Monjok, Kampung Sasak Bangkat Culik jadi sasaran. Kampung itu telah dikosongkan penduduk ketika KNIL datang. Batalyon ke-2 di Tamang Raja —antara Cakranegara dengan Mataram– terlibat pertempuran dengan orang-orang Bali dari Cakranegara. Di Ampenan, satu regu bersekoci Angkatan Laut berhasil meringkus seorang kepala kampung bernama Hamzah yang hendak kabur ke laut. Dia dituduh makar kepada Belanda. Pasukan KNIL melakukan pembakaran rumah dalam operasi militer ini.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda tentu gembira terhadap ekspedisi yang berhasil menawan raja Lombok tersebut. Puri Cakranegara hancur jadi puing. Rupanya, banyak bacaan kuno dalam lembaran-lembaran lontar yang ditemukan di dalamnya. Dr. Jan Laurens Andries Brandes, yang ikut dalam ekspedisi pasukan KNIL itu, pun menemukan kesenangannya.
Baca juga: Kelana Opsir KNIL Mencari Manusia Purba
Brandes merupakan ahli bahasa dan sastra tradisional Hindia Timur. Ia murid ahli linguistik Johan Hendrik Caspar Kern. “Ia belajar di Leiden dan dipromosikan pada 3 Juni 1884 menjadi doktor bahasa dan sastra Hindia Timur,” tulis Land en Volk edisi 29 Jun 1905.
Anak pendeta kelahiran Rotterdam, 13 Januari 1857 itu awalnya mendalami teologi. Ia bahkan hampir menjadi master teologi. Namun, menurut Johan HC Kern dalam “Levensbericht van J.L.A. Brandes”, termuat di buku Jaarboek van de Maatschappij der Nederlandse Letterkunde, Brandes kemudian banting stir ketika melihat adanya peluang belajar dan prospek kerja di bidang linguistik dan sejarah. Kebetulan, keduanya merupakan hal yang dia minati. Maka, Brandes pun menseriusi kedua bidang tersebut. Penelitan-penelitian bahasanya kemudian tak jauh dari sejarah dan arkeologi.
“Pada 1885 ia ditunjuk sebagai petugas ilmiah untuk praktik bahasa Hindia. Dia pergi ke Batavia untuk belajar bahasa Jawa, sejarah dan barang antik dan menjadi ketua Oudheidkundige Commissie tot onderzoek van Java an Madoera,” demikian diberitakan Deli Courant, 13 Januari 1932.
Dalam Ekspedisi Lombok KNIL pimpinan Jenderal Mayor Segov, Brandes tiba di Lombok sebelum 15 November 1894. Sementara pasukan KNIL memikirkan dan menjalani pertempuran, dia sibuk menyelamatkan lontar-lontar naskah kuno yang ditemukan, mirip dengan para penyelamat benda seni dalam film The Monuments Men.
Baca juga: Relawan Penyelamat Peradaban
“Tulisan tersebut, yang keberadaannya sama sekali tidak diketahui bahkan di Buleleng di Bali, tak lain berjudul Nāgarakrĕtāgama, yang disusun oleh penyair Budhis Prapanca, dan tujuan utamanya adalah untuk merayakan kemasyhuran Raja Hayam Wuruk dan kemegahan Madjapahit,” tulis Kern.
Apa yang ada di dalam kitab Negarakertagama –kerap dieja sebagai Negarakertagama– melengkapi apa yang ada dalam kitab Pararaton yang ditemukan sebelumnya. Kitab karangan Mpu Prapanca itu telah berpindah jauh dari Jawa Timur, tempatnya digubah Prapanca. Sebelum sampai ke Lombok, kitab ini berada di Bali. Pindahnya kitab ini dari Bali ke Lombok tampaknya karena dibawa oleh orang Bali, yang punya hubungan dengan Lombok. Bali juga terhubung dengan Jawa pra-Islam.
Baca juga: Nama Sebenarnya Penulis Nagarakrtagama
Setelah mendapatkannya, Brandes mendalami apa yang didapatnya di Lombok. Bahkan ketika cuti pulang ke Belanda pada 1897, dia tak hanya bertemu ibunya tapi juga berkutat dengan buku-buku lain di Leiden. Tahun-tahun sibuk itu juga diisinya dengan pembuatan kamus Kawi-Balineesch-Nederlandsch Woordenboek, yang diedit oleh Van der Tuuk.
Ia lalu menerbitkan buku Nāgarakrĕtāgama: Lofdicht van Prapanjtja op Koning Rasadjanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit (1902), tiga tahun sebelum kematiannya. Buku itu dianggap sebagai buku pertama yang mengulas kitab Negarakertagama yang kerap disebut-sebut dalam kajian ilmiah maupun pelajaran sejarah di sekolah-sekolah Indonesia. Sebagai benda pampasan perang Belanda, benda ini pernah berada di Belanda sebelum dikembalikan pada Repatriasi 1972 ke Indonesia dan kini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar