Ragam Kuliner Favorit Stalin
Kamerad Stalin doyan hidangan Georgia dan Siberia. Salah satu koki langganannya tak lain adalah kakek Presiden Putin.
HUBUNGAN Rusia dan Inggris memanas Juni hingga akhir Juli ini. Rusia bahkan mengancam akan membinasakan militer Inggris di Laut Hitam.
Kemarahan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Inggris disebabkan oleh aksi provokatif kapal perang Inggris pada akhir Juni. Kala itu Putin langsung memberi peringatan yang dipertegasnya lagi kala menghadiri parade Hari Angkatan Laut di Saint Petersburg pada 25 Juli lalu.
“Kami mampu mendeteksi musuh di dalam laut, di permukaan, dan di udara dan jika diperlukan, akan melancarkan serangan yang tak terhindarkan,” kata Putin, dikutip Reuters, Senin (26/7/2021).
Pertikaian kedua negeri berkekuatan nuklir itu bukan hal baru. Di Perang Dunia II, pemimpin tertinggi Uni Soviet (pendahulu Rusia) Joseph Stalin pernah bertikai dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Winston Churchill. Keduanya berselisih hebat tentang nasib para tawanan perang Jerman dan jalannya kelanjutan perang.
Stalin mendesak Sekutu segera membuka front baru di barat, tepatnya di pantai Prancis, demi meringankan pertempuran pasukannya di front timur. Operation Torch, pendaratan pasukan Sekutu di Afrika Utara (8-16 November 1942), yang dilancarkan dianggap Stalin belum meringankan bebannya. Sementara, Churchill bersikeras menentang rencana Stalin mengeksekusi puluhan ribu perwira Jerman. Demi stabilitas Eropa di masa depan, Churchill juga menginginkan Eropa Timur tak begitu saja dikuasai Uni Soviet.
Pertikaian itu mendorong Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt memediasi. “The Big Three” (ketiga pemimpin Sekutu) itu pun bertemu di meja makan dalam Konferensi Tehran, 28 November-1 Desember 1943.
Diungkapkan Robert Gellately dalam Stalin’s Curse: Battling for Communism in War and Cold War, perselisihan itu terjadi di permulaan makan malam pada hari ketiga konferensi di gedung Monumen Eynoddowleh, Tehran, dalam pembicaraan tentang tawanan Jerman. Stalin mengatakan ingin mengeksekusi 50 ribu perwira Jerman yang tertawan agar tak bisa melanjutkan perang.
“Roosevelt menganggap Stalin hanya bergurau dan menambahi lelucon: ‘mungkin cukup 49 ribu saja.’ Tetapi Churcill yang marah mengatakan: ‘itu akan menjadi eksekusi berdarah dingin. Penjahat perang mestinya lebih dulu diadili menurut Deklarasi Moskow (30 Oktober 1943) yang juga Anda (Stalin) tandatangani.’ Stalin keluar dari ruang makan tapi Stalin membawanya kembali dengan mengatakan ia hanya bercanda. Rupanya Stalin sedang mengecek ombak,” tulis Gellately.
Ketegangan mulai sedikit reda saat jamuan makan dimulai. Jika di sarapan atau makan siang ketiganya punya koki-koki pribadi yang menyiapkan sajian, dalam gala dinner menu-menunya disiapkan oleh tim koki asal Inggris.
Baca juga: Kuliner Kesukaan Der Führer
Sebagaimana dituliskan Struan Stevenson dan Tony Singh dalam The Course of History: Ten Meals That Changed the World, menu makan malam itu terdiri dari tiga bagian. Untuk entrée-nya berupa Ash-e-Jow (sup jelai Persia) dan salmon rebus dengan kaviar beluga dilengkapi opsi minuman sampanye, koktail “Bloody Mary”, dan wiski.
“Lalu diikuti (hidangan utama) kalkun panggang dengan kentang dan sayuran rebus, serta minumannya anggur Persia Shiraz. Pencuci mulutnya sudah disiapkan chef senior Inggris, yakni soufflé keju, dan ‘Persian Lantern Ice’. Hidangan mewah ini berupa batu es yang berbentuk seperti menara dan di atasnya dihiasi gula halus dan es krim Persia,” ungkap Stevenson dan Singh.
Stalin menolak membicarakan politik atau militer selagi bersantap. Seiring berjalannya makan malam, hubungan Stalin dan Churchill kembali mencair akrab. Walau pada awalnya Stalin sempat kebingungan menggunakan bermacam alat makan mewah itu, momen itu membuktikan Stalin mampu menyesuaikan diri dengan kuliner internasional.
Selera Lokal Buatan Kakek Putin
Meski bisa beradaptasi dengan selera internasional, Stalin sejatinya lebih menyukai hidangan-hidangan lokal. Di masa kecil dan mudanya, sosok bernama lahir Ioseb Besarionis dze Jugashvili itu sangat menggemari kuliner lokal tempat kelahirannya, Georgia, baik yang dimasak ibunya, Ekaterine Giorgis ‘Keke’ Geladze, maupun makanan di asrama atau seminari Gereja Ortodoks Gori.
Makanan-makanan lokal Georgia yang disukai Stalin di antaranya da-chire (manisan buah kering), sulguni (acar keju), dan chanakhi (daging domba dewasa yang disemur dengan tomat, terong, kentang, dan bawang putih). Jika tak menemukan restoran yang sesuai seleranya, Stalin kadang memasak sendiri chanakhi versinya.
“Stalin sosok yang inovatif (di dapur). Dia bisa mencampurkan dua sup dan remah-remah roti menjadi sebuah hidangan yang rustic. Dia juga menciptakan hidangan bernama ‘Aragvi’ yang diambil dari nama sungai di Georgia. Hidangan itu terdiri dari daging domba muda, terong, tomat, kentang, dan lada hitam yang dicampurkan dalam saus pedas,” ungkap Anastas Mikoyan, mantan menteri perdagangan Soviet, dalam The Book of Tasty and Healthy Food.
Baca juga: Stalin: Masa Muda Kamerad Koba
Setelah chanakhi atau aragvi, makanan favorit Stalin adalah stroganina. Hidangan khas Siberia ini mirip carpaccio di Italia atau sashimi di Jepang, sama-sama menyajikan ikan mentah. Kuliner itu mulai jadi favorit Stalin semenjak ia diasingkan ke Siberia pada 1903. Ketika sudah jadi pemimpin tertinggi Uni Soviet, Stalin selalu meminta dikirimkan bahan baku ikannya dari Siberia.
Stroganina adalah makanan yang lazim disantap masyarakat yang mendiami kawasan Arktik Siberia pada musim dingin, seperti Eskimo, Komi, dan Yakut. Hidangan sederhana itu hanya terdiri dari ikan nelma (sejenis bandeng) atau ikan muksun (sejenis salmon) yang berhabitat di perairan utara. Sebelum dijadikan hidangan, daging ikan nelma atau muksun dibekukan terlebih dulu lalu di-fillet dan ditaburi garam serta merica sebelum disuguhkan mentah-mentah.
“Di meja makan Stalin biasanya terdapat ikan bandeng (sungai) Danube, dan favoritnya stroganina selalu juga disajikan di antara zakuski (aneka makanan pembuka). Tidak lupa sup tradisional ukha (kaldu ikan) dan shchi (sup kol),” ungkap Anya von Bremzen dalam Mastering the Art of Soviet Cooking.
Baca juga: Aneka Kuliner Favorit Diktator Korea Utara
Menu-menu untuk makan siang dan santap malam itu mulai jadi tanggungjawab Spiridon Ivanovich Putin –yang merupakan kakek Presiden Putin dari garis ayah– setelah Stalin menggantikan Vladimir Lenin. Spiridon pernah bertugas sebagai kru kapal selam dan NKVD (Polisi Rahasia Soviet).
“Spiridon sudah belajar memasak sejak usia 15 tahun dan kemudian mencuat jadi chef terkenal di Hotel Astoria di St. Petersburg. Pernah suatu ketika ia melayani Grigory Rasputin. Rasputin begitu terkesan dengan hasil masakannya dan karena punya kemiripan nama, Rasputin memberinya uang tip berupa sekeping rubel emas,” singkap Allen Lynch dalam Vladimir Putin and Russian Statecraft.
Pasca-Revolusi 1917, Spiridon diminta Lenin jadi koki pribadi di dacha (rumah peristirahatan) milik Lenin. Meski kemudian rezim berganti, Spiridon tetap dipercaya jadi koki di markas besar Partai Komunis dan kemudian di dacha-nya Stalin.
“Skill kuliner Spiridon membuat elite komunis baru terkesan. Stalin yang juga mengaguminya akhirnya memintanya untuk pindah jadi koki di dacha-nya di Illichovsky yang lazimnya jadi rumah untuk menjamu para pejabat Partai Komunis. Sebagai koki kepala, ia diberikan flat dengan dua kamar dan istrinya, Olga, selalu membantu menyiapkan bahan-bahan sayur dan buahnya,” tulis Chris Hutchins dan Alexander Korobko dalam Putin.
Baca juga: Hidangan Favorit Napoléon
Racun dalam Anggur?
Sebagai pemimpin tertinggi, tentu Stalin punya banyak musuh baik di luar maupun di dalam negeri. Maka itu Stalin selalu berhati-hati soal potensi racun dalam makanannya. Oleh karenanya, ia membuat beberapa aturan protokoler untuk sebagai upaya preventif.
Pertama, ketika sedang menjamu tamu, ia selalu memerintahkan staf pelayan menghidangkan entrée, makanan utama, dan pencuci mulut sekaligus di atas meja. Tujuannya agar mencegah adanya penyusup yang mencemari satu atau beberapa makanan dalam tiga tahap suguhan itu dari dapur.
Kedua, jika sedang menjamu tamu, Stalin tak pernah mau makan duluan. Ia akan meminta tamu-tamunya untuk lebih dulu menyantapnya. Bila tiada satupun yang bermasalah, barulah Stalin ikut makan.
Baca juga: Kisah Coca-Cola di Bawah Panji Nazi
Ketiga, jika sedang santap sendirian, dia akan memerintahkan pengawal kepercayaannya untuk mencicipi setiap makanannya terlebih dahulu. Untuk tugas ini selalu dipercayakan Stalin pada Jenderal Alexander Egnatashvili. Disebutkan Roman Brackman dalam The Secret File of Joseph Stalin: A Hidden Life, Alexander adalah putra dari Yakobi ‘Koba’ Egnatashvili, pendeta yang memberkati perkawinan ibu dan ayah Stalin.
“Stalin yang mempromosikan Alexander Yakovlevich Egnatashvili ke Kepolisian Rahasia (NKVD) Georgia dan kemudian ditransfer ke Moskow, di mana ia menjadi jenderal di kesatuan pengawal pribadi Stalin. Dia juga dikenal dengan panggilan ‘rabbit’ (si kelinci) karena tanggungjawab utamanya adalah mencicipi semua makanan yang akan disuguhkan untuk ‘saudaranya’, untuk memastikan tidak mengandung racun,” tulis Brackman.
Kendati begitu, potensi peracunan tetap lolos juga karena kuat dugaan kemudian Stalin meninggal pada 5 Maret 1953 karena diracun. Bukan melalui makanan, melainkan lewat anggur.
Selain hobi menenggak bir dan vodka, Stalin dikenal menggemari minuman anggur. Selain anggur-anggur dari berbagai negara Eropa, Stalin doyan anggur lokal Georgia. Untuk anggur merah ia doyan khvanchkara dan kindzmarauli. Untuk anggur putih, favoritnya adalah chkhaveri.
Baca juga: Penyulingan Anggur Tertua
Namun, lewat minuman anggurlah Stalin kemungkinan terbunuh dengan diracun. Dua calon suksesor Stalin, yakni Nikita Khrushchev dan Lavrenty Beria, jadi terduganya lantaran keduanya paling sering ikut makan malam dengan Stalin di hari-hari terakhirnya.
“Konspirasinya mengarah pada Khrushchev yang punya orang dalam untuk meracuni hidangan Stalin agar bisa menggantikan posisinya. Tokoh lain yang juga terduga dan sering ikut makan malam adalah Lavrentiy Beria, sang kepala NKVD. Ketika Stalin tewas, Beria berseteru dengannya (Khrushchev),” ungkap James Egan dalam 3000 Facts about Historic Figures.
Beberapa hari sebelum tewas, Stalin dilaporkan sering muntah darah akibat pendarahan pada organ pencernaannya. Anehnya, laporan resmi yang keluar kemudian menyatakan Stalin meninggal karena stroke dan pendarahan otak. Pendarahan organ pencernaan yang dideritanya sama sekali tidak disebut.
Dua bulan setelah tewasnya Stalin, muncul pengakuan dari mulut Beria. Dengan bangga ia mengatakannya pada Khrushchev bahwa dialah pelakunya. Dalam memoarnya, Khrushchev Remembers, Beria mengatakan dialah yang meracuninya sehingga menyelamatkan Anda semua.
“Diduga Beria menggunakan obat baru, warfarin, sebuah cairan yang tak berwarna dan rasanya hambar yang dicampurkan pada anggurnya (Stalin) di malam 28 Februari. Butuh waktu 5-10 hari untuk racunnya bisa membunuh. Menurut pemeriksaan catatan medis yang dilakukan pakar kesehatan Amerika pada 2003, gejala-gejalanya sangat cocok disebabkan oleh keracunan warfarin,” ujar Paul Simpson dalam That’s What They Want You to Think: Conspiracies Real, Possible, and Paranoid.
Baca juga: Kematian Stalin dalam Banyolan
Tambahkan komentar
Belum ada komentar