Pameran Repatriasi Berlangsung Hari Ini
Benda bersejarah saksi bisu peradaban bangsa kini kembali. Setelah lama diperjuangkan proses pemulangannya, publik akhirnya dapat menyaksikannya secara langsung.
Empat arca bercorak Hindu peninggalan Kerajaan Singhasari berjejer setengah melingkar di pelataran ruang pameran Galeri Nasional. Salah satunya adalah Arca Ganesha. Ia berwujud manusia berkepala gajah dengan empat lengan. Masing-masing tangannya memegang kapak, tasbih, dan sepasang mangkuk berisi ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Hindu, Ganesha dipercaya sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penyingkir rintangan.
Arca Ganesha hanyalah satu dari ratusan artefak dan benda bersejarah hasil repatriasi dari negeri Belanda. Ia merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang sempat “hilang” akibat praktik kolonialisme di masa silam. Kini, masyarakat umum dapat menyaksikannya dalam pameran bertajuk “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara”.
“Proses repatriasi ini tidak hanya sekedar pemindahan benda secara fisik, dari museum di Belanda ke museum di Indonesia. Lebih dari itu, hal ini merupakan bagian dari upaya membangun kerjasama penelitian antara peneliti kedua negara sekaligus penanaman dasar bagi kolaborasi produksi pengetahuan dan perluasan wawasan budaya serta sejarah antara kedua negara,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid Setiadi dalam siaran pers yang berlangsung kemarin (27/11) di Galeri Nasional, Jakarta Pusat.
Baca juga: Perjalanan Arca Candi Singhasari Kembali ke Indonesia
Galeri Nasional Indonesia menjadi tuan rumah pameran benda-benda repatriasi yang berlangsung mulai hari ini, 28 November hingga 10 Desember 2023. Terdapat 152 benda dan artefak bersejarah yang akan ditampilkan dalam pameran. Mulai dari hasil proses repatriasi sebelumnya dan telah menjadi masterpiece Museum Nasional, seperti Koleksi Pangeran Diponegoro dan Arca Prajnaparamita, hingga yang baru tiba tahun ini di Indonesia. Ia terdiri dari Koleksi Arca Singhasari, Koleksi Keris Klungkung, dan Koleksi Pusaka Kerajaan Lombok. Menurut fungsinya, koleksi tersebut dibagi atas tiga kategori: perhiasan, alat perang, dan alat-alat perkakas sehari-hari maupun upacara.
Sejarawan Bonnie Triyana, kurator pameran merangkap anggota tim repatriasi, menyatakan pameran ini bukan sekedar menampilkan benda-benda mati atau artefak kuno. Menurutnya repatriasi benda-benda bersejarah itu bukanlah final, melainkan pintu masuk penelitian lanjutan. Ia diharapkan memicu lahirnya banyaknya riset untuk menelaah lebih jauh pengetahuan apa yang ada di balik setiap benda.
“Bagaimana perjalanan benda itu dari kawasan Nusantara dan berabad-abad mudah4d di luar negeri, konteks sejarah dan budaya pada masanya, serta maknanya hari ini untuk generasi kita dan mendatang,” terang Bonnie.
Baca juga: Melongok Harta Karun Lombok
Sementara itu, Ahmad Mahendra selaku pelaksana tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya menjelaskan bahwa pameran ini adalah wujud keseriusan Museum dan Cagar Budaya dalam mempersiapkan pengelolaan benda-benda bersejarah hasil repatriasi. “Benda-benda bersejarah ini adalah milik bangsa Indonesia, maka dari itu kami berharap melalui pameran ini, publik bisa menengok warisan budaya yang akhirnya kembali ke tanah air, dan mendapat wawasan baru dari benda-benda tersebut,” jelas Mahendra.
Program pameran “Repatriasi” merupakan kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Museum Nasional Indonesia yang berada di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya (MCB) bersama Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda, dan Historia.id. Pameran Repatriasi akan memberikan kesempatan bagi publik untuk mengakses koleksi artefak dan benda bersejarah yang telah kembali di tanah air.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar