top of page

Sejarah Indonesia

Keris Pangeran Diponegoro Tiba Di Tanah Air

Keris Pangeran Diponegoro Tiba di Tanah Air

Keris yang sempat tak diketahui keberadaannya itu kini telah kembali ke Indonesia. Jadi koleksi Museum Nasional.

5 Maret 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro tiba di Museum Nasional, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020. (Fernando Randy/Historia).

KERIS Pangeran Diponegoro yang ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, resmi diserahkan kepada Museum Nasional Indonesia, Kamis, 5 Maret 2020. Penyerahan keris dilakukan Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja dan diterima langsung oleh Kepala Museum Nasional Indonesia Siswanto.


“Semoga hari ini menjadi berkat bagi kita semua. Karena hari ini merupakan momentum yang bersejarah dengan kembalinya keris Pangeran Diponegoro sejak keluar dari tanah air kita 150 tahun lalu,” ujar Dubes Puja.


Puja tiba di Jakarta pagi tadi menumpang pesawat Garuda Indonesia dari Amsterdam dan membawa serta keris Pangeran Diponegoro tersebut. Menurutnya, inilah keris Kiai Nogo Siluman yang selama ini dicari-cari.


“Riset dokumentasi yang dilakukan menunjukkan ke arah keris ini. Sehingga pakar kita dan juga dari pihak Museum Volkenkunde yakin seyakin-yakinnya bahwa ini adalah keris yang dicari-cari, yaitu keris Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro,” ujar Puja di Museum Nasional.


Keris Kiai Nogo Siluman sempat tak teridentifikasi pasca Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) atau Koleksi Langka Kerajaan dibubarkan. Pencarian kembali keris Kiai Nogo Siluman dimulai tahun 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde. Namun, penelitian Pott kemudian terhenti. Pencarian kembali dilakukan Johanna Leigjfeldt (2017) dan Tom Quist (2019).


Quist dan Leigjfeldt kemudian menemukan tiga keterangan yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi keris Kiai Nogo Siluman. Keterangan pertama berasal dari surat Sentot Prawirodirjo, mantan perwira perang Diponegoro. Yang kedua keterangan Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris tersebut. Ketiga, surat dari pelukis Raden Saleh yang mendeskripsikan bentuk keris itu.


Sejarawan UGM Sri Margana memeriksa keris Kiai Nogo Siluman di Museum Volkenkunde, Leiden, 24 Februari 2020. Disaksikan oleh Direktur Nationaal Museum van Wereldculturen Stijn Schoonderwoerd, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja. (Bonnie Triyana/Historia).
Sejarawan UGM Sri Margana memeriksa keris Kiai Nogo Siluman di Museum Volkenkunde, Leiden, 24 Februari 2020. Disaksikan oleh Direktur Nationaal Museum van Wereldculturen Stijn Schoonderwoerd, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja. (Bonnie Triyana/Historia).

Bukti-bukti tersebut telah dikonfirmasi oleh Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada Sri Margana yang tergabung dalam tim ahli dari Indonesia. Pada 24 Februari lalu, Margana datang ke Belanda untuk memastikan keaslian keris tersebut.


Keris Nogo Siluman berbahan dasar besi berwarna hitam dengan ukiran berwarna emas. Terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang di sekujur bilah keris. Tubuh naga ini dulunya dilapisi emas namun sekarang hanya beberapa jejak emas yang tersisa.


Sementara itu, ada satu lagi wujud naga yang membuat keris ini dinamai Kiai Nogo Siluman. Ukiran naga itu tersembunyi di bagian bawah bilah keris yang berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa terlihat dari posisi tertentu.


Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menyebut rencananya keris tersebut akan dipamerkan saat pertemuan Raja Belanda Willem-Alexander dengan Presiden Joko Widodo, 10 Maret mendatang.


Selain itu, keris Nogo Siluman akan dipamerkan secara khusus di Museum Nasional agar publik dapat menyaksikannya. Dalam pameran yang sama juga akan ditampilkan sejumlah  benda pusaka Diponegoro yang telah dikembalikan pada 1978, yakni tombak, pelana kuda dan payung kehormatan, serta tongkat Kyai Cokro yang telah dikembalikan pada 2015.


“Kita memberi kesempatan kepada publik untuk ikut menikmati kebahagiaan ini. Jadi kita sangat berterimakasih sekali dan berharap pihak Museum Nasional menjaga pusaka ini, betul-betul memastikan keamanan seluruh benda berharga ini,” kata Hilmar.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page