- Darma Ismayanto
- 6 Mar 2012
- 4 menit membaca
Diperbarui: 3 hari yang lalu
KETELANJANGAN di masa Tokugawa, atau dikenal juga sebagai era Keshogunan Edo (1603-1868), adalah hal lumrah. Di pemandian umum, lelaki dan perempuan bisa melihat alat kelamin masing-masing dengan jelas. Tak heran jika seni shunga menjadi populer. Dengan tampilan model berpakaian lengkap, ia terasa lebih estetis dan menggoda alih-alih erotis.
Shunga merupakan karya seni lukis bergaya ukiyo-e yang menggunakan metode printing kuno, dengan papan kayu sebagai plat cetakan. Biasanya menampilkan adegan percintaan lelaki dan perempuan, perempuan dan perempuan, lelaki dewasa dengan lelaki dewasa, atau lelaki dewasa dengan pemuda. Shunga merupakan istilah Jepang yang merujuk pada “gambar erotis”. Secara harfiah shunga berarti “gambar musim semi” sementara “musim semi” sendiri dalam bahasa Jepang merupakan eufemisme dari seks.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












