- Bonnie Triyana
- 12 Apr 2012
- 6 menit membaca
Diperbarui: 6 Mei
DALAM buku kumpulan ceritanya, Keajaiban di Pasar Senen Misbach berkisah tentang Mang Jen, tukang cukur di kampungnya, Rangkasbitung, Banten, yang pensiunan awak kapal Semprong Belao di zaman Ratu Wilhelmina masih berkuasa di Belanda. Mang Jen, kata Misbach, mantan jawara berangasan. Masa mudanya dilewati di atas kapal, juga sebagai tukang cukur di kelas satu. “Taon empatbelas mamang udah pegang gunting,” kata Mang Jen menyombongkan diri.
Mang Jen insaf di masa tuanya. Tak lagi jadi jawara petantang-petenteng nyekek botol. Tapi sisa kejawaraannya masih ada. Paling tidak saat kliennya ngotot bahwa gaya cukuran Mang Jen tak sesuai dengan gaya yang diinginkannya. “Mamang ngarti... ngarti...” bentaknya emosi sambil memegang gunting, namun segera tersadar sambil bilang, “Astagfirullah...”. Walhasil, gaya rambut pun tak keruan. Tapi siapa berani protes sama tukang cukur mantan jawara?
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











