Awal Mula Kemunculan Permainan Scrabble
Scrabble diciptakan seorang arsitek yang kena PHK karena Depresi Besar melanda Amerika Serikat. Permainan ini mendapatkan momentumnya setelah Perang Dunia II.
PERTUMBUHAN ekonomi Amerika Serikat yang begitu pesat di sepanjang tahun 1920-an mendorong banyak orang mengalihkan tabungan ke saham. Kala itu, harga saham meningkat lebih dari empat kali lipat dari titik terendah pada 1921 hingga puncaknya pada Agustus 1929. Tak hanya orang-orang dari kalangan atas, para pekerja biasa dari golongan kelas menengah juga meramaikan pasar saham yang berpusat di New York Exchange, Wall Street, New York City.
Namun, kemakmuran yang dirasakan orang-orang Amerika di dekade 1920-an berujung pada krisis ekonomi yang dikenal dengan The Great Depression atau Depresi Besar. Disebut sebagai krisis ekonomi terburuk dalam sejarah modern, Depresi Besar melanda Amerika dari tahun 1929 hingga awal Perang Dunia II pada 1939. Gelombang PHK terjadi di mana-mana. Salah satu yang terdampak PHK adalah Alfred Mosher Butts, pekerja di sebuah firma arsitektur di New York City.
Sebelum dirumahkan, Butts bekerja sebagai juru gambar yang merancang rumah-rumah di pinggiran kota untuk kantor arsitek di New York. Guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, pria berkacamata itu melakukan berbagai pekerjaan serabutan, seperti menulis artikel di majalah, menulis naskah drama, melukis, hingga bekerja paruh waktu sebagai ahli statistik. Meski begitu, penghasilannya masih sangat terbatas. Ia pun berpikir untuk menciptakan permainan yang dapat menghasilkan uang tambahan.
Baca juga:
“Butts adalah orang yang sangat teliti, seseorang yang lebih suka menyelidiki bukti untuk mendapatkan jawaban daripada mengandalkan daya cipta imajinasinya sendiri. Dengan demikian, untuk mewujudkan idenya, ia mulai mempelajari permainan-permainan yang telah lebih dahulu dipasarkan,” tulis Tristan Donovan dalam It’s All a Game: A Short History of Board Games.
Dari hasil pengamatannya, Butts membagi permainan menjadi tiga kategori, yakni permainan strategi seperti catur, dam, atau backgammon; permainan angka termasuk di dalamnya bingo dan dadu; dan permainan kata seperti teka-teki silang dan anagram. Mulanya, ia tertarik menjual catur yang merupakan permainan kegemarannya, tetapi biaya produksinya cukup tinggi sehingga terlalu mahal untuk dijual ke masyarakat. Di sisi lain, ia tidak begitu menyukai permainan dadu karena memiliki peluang yang acak. Dengan demikian, Butts menyimpulkan bahwa permainan yang akan diproduksinya harus memiliki perpaduan antara keberuntungan dan keterampilan.
Ketertarikannya diarahkan kepada permainan anagram, di mana para pemain mengambil huruf secara acak untuk menyusun kata-kata. Akan tetapi, pria kelahiran Poughkeepsie, New York, 13 April 1899 itu masih belum menemukan cara yang tepat untuk memainkan permainan yang akan dibuatnya. Ia lalu mendapat inspirasi dari cerita pendek The Gold-Bug karya Edgar Allen Poe yang terbit pada 1843. Dalam kisah tersebut, seorang karakter mencoba menguraikan pesan rahasia yang ditulis dalam kode berdasarkan frekuensi kemunculan setiap huruf alfabet dalam bahasa Inggris.
“Terinspirasi oleh kode Poe, Butts memutuskan untuk membuat campuran susunan huruf dalam permainannya sesuai dengan seberapa sering huruf-huruf tersebut digunakan dalam bahasa Inggris,” tulis Donovan.
Tak ingin membuang waktu, Butts mulai membaca berbagai artikel koran untuk mencari tahu seberapa sering setiap huruf muncul dalam kata-kata dengan panjang yang berbeda. Ia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk meneliti setiap halaman New York Herald Tribune, Saturday Evening Post, New York Times, dan masih banyak lagi. Setelah menyelesaikan surveinya, Butts menghitungi frekuensi setiap huruf dan membiarkan hasilnya menentukan berapa banyak dari 100 petak dalam permainannya yang harus mewakili setiap huruf afabet.
Butts menyebut permainan katanya dengan nama Lexiko. Menurut Tim Walsh dalam Timeless Toys: Classic Toys and the Playmakers Who Created Them, tujuan permainan ini untuk mencetak poin terbanyak dengan menyusun kata yang terdiri dari sembilan atau sepuluh huruf yang digambar dari kayu (tiles). Tidak ada papan yang disediakan dalam permainan tersebut. Sepanjang tahun 1934 hingga 1938, Butts membuat set Lexiko secara manual dan menjualnya kepada teman dan kenalan. Ia juga mencoba menawarkan permainan ciptaannya ke sejumlah penerbit tetapi selalu ditolak.
Baca juga:
Butts berhasil menjual 80 set Lexico di masa-masa awal munculnya permainan itu. Kendati cukup menarik perhatian orang, hasil penjualan Lexico tak cukup menguntungkan, bahkan biaya pembuatannya jauh lebih besar. Berpikir permainannya membutuhkan sesuatu yang lebih menarik, Butts mulai melakukan eksperimen. “Ia mengubah Lexico sehingga kata-kata dapat disusun dengan gaya teka-teki silang di atas papan. Kreasi barunya itu kemudian dinamai Criss-Cross Words,” tulis Walsh.
Butts memberikan nilai tertentu pada setiap huruf berdasarkan kemunculannya dalam bahasa sehari-hari. Dengan demikian, semakin umum huruf tersebut, semakin kecil nilainya dalam Criss-Cross Words. Dengan cerdik ia menambahkan dua tiles kosong, yang dapat menjadi huruf apa pun yang diinginkan pemain. Ia juga mengurangi jumlah tiles dari sembilan menjadi tujuh. Penilaian permainan ini didasarkan pada poin yang ditandai pada setiap tiles, dengan tambahan kotak khusus pada papan permainan yang akan menggandakan atau melipatgandakan skor kata maupun huruf jika pemain meletakkan tiles di atasnya pada gilirannya.
Pada 1938, setelah selesai menyempurnakan permainannya, Butts kembali ke kantor arsitek lamanya. Keadaan ini membuatnya harus membagi waktu. Di waktu luang, ia memasarkan permainannya dari mulut ke mulut. Namun, hasilnya belum maksimal. Oleh karena itu, setelah Perang Dunia II berakhir, Butts menjual permainannya kepada James Brunot, seorang pekerja yang hendak memulai bisnis dan pernah memainkan Criss-Cross Word sebelum perang.
Selain mengganti nama permainan itu menjadi Scrabble, Brunot juga mengubah papan dan peraturan permainan tersebut. Ia menambahkan bonus lima puluh poin untuk pemain yang meletakkan tujuh tiles sekaligus. Brunot memiliki harapan yang besar pada Scrabble. Pada 1949, ia berhasil menjual sekitar 2.400 set dan meningkatkan penjualan hingga hampir 5.000 set tahun 1951. Meski begitu, Brunot masih merugi.
Baca juga:
Brunot sempat berpikir untuk menyerah, tetapi keberuntungan mengubah hidupnya ketika datang pesanan 2.500 set Scrabble. “Ada rumor yang mengatakan bahwa Jack Straus, pemimpin Macy’s, telah memainkan Scrabble saat berlibur dan ketika kembali ke New York, ia memerintahkan toko-tokonya untuk menyediakan permainan tersebut,” tulis Donovan.
Begitu Macy’s mulai menjual permainan Scrabble, tak butuh waktu lama hingga toko-toko lain mengikutinya. Produksi Scrabbel melonjak hingga lebih dari 3,8 juta set setiap tahunnya. Pada 1972, produsen game Selchow & Righter membeli hak jual Scrabble untuk wilayah Amerika Utara dengan harga lebih dari US$1 juta. Brunot juga menjual hak jual permainan Scrabble kepada Spear’s Games di London. Butts sebagai pencipta permainan merangkai kata ini juga mendapat keuntungan dari kesepakatan tersebut.
Setelah puluhan tahun berlalu sejak Scrabble diciptakan Butts pada 1930-an, permainan itu tak hanya populer di Amerika Serikat maupun Inggris. Permainan Scrabble juga telah dipasarkan ke berbagai negara dan tersedia dalam lebih dari tiga puluh bahasa. Besarnya minat publik terhadap Scrabble juga turut melahirkan kejuaraan dan kamus khusus permainan ini.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar