"Say Cheese, Mr. Aidit!"
Pemimpin PKI itu pernah punya pengalaman unik dengan Amerika Serikat yang kerap dikecam dan dimusuhinya.
D.N. Aidit pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dikenal anti Amerika Serikat (AS), negara adikuasa yang berideologi kapitalisme. Ketika Amerika membentuk pakta pertahanan Asia Tenggara (SEATO), Aidit mengecam keras kebijakan itu. SEATO sendiri dibentuk pada 1954 untuk membendung pengaruh komunisme di Asia Tenggara. Beberapa negara tetangga Indonesia seperti Filipina dan Thailand bergabung di dalamnya.
“Dengan dukungan Amerika, negara-negara ini telah membentuk sebuah persekongkolan subversif di antara kekuatan imperialis dan kekuatan reaksioner yang ada di Indonesia untuk merongrong pemerintah Indonesia dan menariknya ke kubu mereka,” kata Aidit dalam pidatonya “Untuk Kemenangan Front Nasional dalam Pemilihan Umum” termuat di Pilihan Tulisan Jilid 1. Seruan itu disampaikan Aidit di hadapan Pertemuan Paripurna Ketiga Komite Sentral PKI, 7 Agustus 1955.
Aidit juga menyerang sikap Presiden Dwight Eisenhower yang mendukung kekuasaan Belanda atas Irian Barat. Dalam sebuah rapat Komite Sentral PKI, Aidit menyerukan segenap kadernya untuk menghadapi kekuatan Blok Barat. Bukan hanya Belanda yang bercokol di Irian Barat, melainkan sebuah kekuatan yang lebih besar dan lebih keji di belakangnya, yakni imperialisme Amerika.
Baca juga: Papua dan Ambisi Presiden Pertama
Meski anti dengan ideologinya, Aidit punya pengalaman unik dengan negeri Paman Sam itu. Dalam lawatan Presiden Sukarno ke markas PBB di New York untuk mengikuti sidang majelis umum, Aidit ikut serta. Selain Aidit, menurut Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Ganis Harsono, beberapa pejabat negara lain menyertai kunjungan Sukarno pada 30 September 1960. Mereka antara lain: Jenderal Abdul Haris Nasution, Menteri Luar Negeri Soebandrio, Ali Sastroamidjojo, dan Sekretaris Jenderal Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Roeslan Abdul Gani.
Menjelang pukul 3 sore, rombongan Presiden Sukarno bersiap memasuki ruang sidang. Kerumunan wartawan dan juru foto segera menghampiri. Mereka menyerbu ke tengah-tengah ruangan sidang tempat delegasi Indonesia duduk.
Hanya ada tiga orang yang menjadi pusat perhatian: Presiden Sukarno, Jenderal Nasution, dan siapa lagi kalau bukan Aidit. Para awak media dari berbagai kantor berita Amerika dengan antusias membidikan lensa kameranya kepada ketiga orang ini.
Baca juga: Jenderal Nasution dan Senjata Uni Soviet
“Tujuh menit lamanya mereka membidik Presiden Sukarno, Jenderal Nasution, dan pemimpin komunis Aidit,” tutur Ganis Harsono dalam memoarnya Cakrawala Politik Era Sukarno.
“Say cheese, Mr. Aidit!” kata seorang wartawan, dan Aidit pun menurut menyunggingkan senyum. Para jurnalis foto tersebut memberikan perhatian istimewa kepada Aidit. Wajar belaka, Aidit adalah orang komunis Indonesia pertama yang diizinkan masuk ke Amerika Serikat.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar