Kencan Ajudan Presiden Sukarno
Maksud hati mengincar gadis Austria, Mayor Bambang Widjanarko malah mendapatkan teman kencan yang tak terduga.
Sudah menjadi rahasia umum jika Presiden Sukarno merupakan pengagum perempuan cantik. Hal itu dikatakan bukan saja oleh kawan-kawan dekatnya, namun juga diakui Bung Karno sendiri.
“Bukan suatu dosa atau tidak sopan kalau seseorang mengagumi perempuan cantik”, ungkapnya seperti dikutip Cindy Adams dalam Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia.
Baca juga:
Kendati demikian, Bung Karno tidak mau menyimpan kebiasaannya itu untuk diri sendiri. Kepada orang-orang terdekatnya, dia pun kerap mendorong untuk mencari pasangan yang cantik dan menarik. Salah satu “korban” Bung Karno adalah ajudannya: Mayor KKo Bambang Widjanarko. Demikian diceritakan oleh Bambang Widjanarko dalam otobiografinya, Sewindu Dekat Bung Karno.
Syahdan, suatu hari di tahun 1963, Bung Karno berserta rombongan (termasuk Bambang Widjanarko) bertolak menuju Wina, Austria. Maksud kunjungan tersebut tidaklah berkaitan dengan soal kenegaran, melainkan untuk menemui seorang profesor yang bisa mengobati penyakit kencing batunya sang presiden.
Setelah beberapa hari berada di Wina, dalam suatu acara sarapan pagi, tetiba Bung Karno menanyakan secara khusus kepada Bambang: apakah selama di Wina dia sudah berkunjung ke klab malam? Ketika dijawab “belum” oleh Bambang, wajah Bung Karno memperlihatkan rasa herannya.
“Mbang, malam ini saya perintahkan kamu pergi ke nightclub. Santailah sepuas hatimu!”
“Baik, Pak!”
“Tapi ada syaratnya, Mbang: pertama kamu harus mencari partner seorang gadis lokal, gadis Austria. Kedua, besok pagi kamu harus menceritakan seluruh pengalamanmu di waktu makan pagi seperti ini,” kata Bung Karno.
Mendengar perintah tersebut, kontan semua anggota rombongan yang lain meledak tawanya. Mereka tahu, sang presiden tengah muncul kebiasaan isengnya.
“Pak, jika Bambang harus ke nightclub nanti malam dan harus menceritakan segala pengalamannya besok pagi, ia harus punya uang cukup…” celetuk Dasaad, sahabat Bung Karno yang dikenal sebagai pengusaha kaya saat itu.
“Baik, sebentar,” jawab Bung Karno. Dia kemudian berdiri dan masuk ke kamar tidur. Begitu keluar, dia langsung memanggil Bambang.
“Sini Mbang, ini untukmu guna ke nightclub nanti malam,” kata Bung Karno. Setelah menerima pemberian itu, Bambang pun mengucapkan terimakasih.
“Mbang, berapa dikasih Bapak?!” seru Dasaad sambil tersenyum.
“Lima puluh dollar, Pak.”
“Wah itu kurang…” ujar Dasaad.
“Betulkah Das?” tanya Bung Karno.
Dasaad kemudian menuturkan bahwa harga-harga di kota Wina memang cukup mahal. Sebagai contoh, harga satu botol champagne saja adalah 50 dollar. Jadi, kata Dasaad, jika Bung Karno memberikan uang hanya 50 dollar itu hanya cukup untuk minum saja.
“Nah, kalau begitu, berilah dia tambahan yang cukup ya, Das,” kata Bung Karno, disambut tawa yang lain. Rupanya Dasaad pun telah menjadi “korban” keisengan Bung Karno.
Baca juga:
Singkat kata, malam itu Bambang berhasil mendapatkan teman kencan seorang gadis bule yang mengaku sebagai warga negara Austria bernama Renata. Bukan main senangnya ajudan Bung Karno itu. Dia membayangkan besok pagi dia dapat bercerita dan yang paling penting adalah bisa memenuhi misi yang dimandatkan Bung Karno.
Sepanjang malam itu, Bambang dan Renata cepat akrab. Dalam bahasa Inggris, mereka lantas berbicara banyak soal kisah hidup mereka masing-masing. Renata berkisah bahwa dirinya dilahirkan di sebuah tempat bernama Clateen.
“Di mana itu?” tanya Bambang.
“Tidak tahu saya, pokoknya sebuah tempat di Timur, tepatnya di Jawa,” jawab Renata.
“Ai, nanti dulu. Kamu bilang tadi di Jawa?”
"Ya, Jawa. Di manakah itu?”
"Oh Tuhan!" Bambang berkata setengah berteriak, "Jadi kamu adalah seorang gadis Belanda yang dilahirkan di Pulau Jawa. Itu termasuk Indonesia, negaraku dan kamu bukan lahir di Clateen tetapi Klaten di Jawa Tengah.”
Ketika kisah kencan semalam itu diceritakan di hadapan Bung Karno dan para koleganya, pecahlah tawa mereka. Bambang melihat Bung Karno bahkan sampai terpingkal-pingkal dan merah wajahnya.
“Mbang… Mbang… Jadi kamu jauh-jauh dari tanah air mencari gadis lokal Austria yang didapat malah noni Belanda dari Klaten…” ujar Bung Karno, masih dalam keadaan tertawa.
Baca juga:
Tambahkan komentar
Belum ada komentar