Pangkas Rambut Ko Tang Bertahan dari Tekanan Zaman
Cerita tentang salah satu pangkas rambut tertua di Jakarta. Gang sempit tidak menghalangi mereka untuk terus bertahan di masa kini.
DI sebuah gang sempit di kawasan Glodok, Jakarta Barat, ada sebuah tempat yang tak biasa di mana pemiliknya bisa memegang kepala siapapun, termasuk pejabat hingga presiden. Ya, tak mungkin ia tak memegang kepala sebab profesinya adalah pemangkas rambut.
Namanya Pangkas Rambut Ko Tang –berasal dari bahasa Tiongkok, artinya kelas atas. Lokasinya di Gang Gloria, Glodok. Berdiri sejak 1936, Ko Tang menjadi salah satu pangkas rambut tertua di Jakarta.
Para pemangkas rambut di sana bekerja turun-temurun. Semula ada sembilan orang, kini hanya menyisakan Pi Cis (58), Apauw (59), dan A Ciu (68).Pi Cis dan Apauw sudah lebih dari 15 tahun bekerja di Ko Tang, sedangkan A Ciu baru bergabung sekitar satu tahun lalu.
Baca juga: Gaya Rambut Sapu
Kendati sudah beroperasi lebih dari delapan dekade, dan di tengah gempuran barbershop modern, Ko Tang tetap bertahan. Ko Tang tak pernah sepi. Setiap pelanggan seringkali tertidur lelap saat rambutnya dipangkas di sini.
Pi Cis, generasi ketiga pemangkas rambut Ko Tang, mengatakan ia tak punya resep khusus dalam mencukur. “Riset saya tentang model-model rambut baru paling sering jalan-jalan ke mall saja, lihat-lihat anak muda, atau sekadar duduk di sini. Terus lihat keluar, orang-orang yang lalu-lalang di depan, dan memperhatikan rambutnya.”
Baca juga: Kutu Subversif dalam Rambut Gondrong
Salah satu ciri khas Ko Tang yang tetap dipertahankan sampai sekarang adalah layanan membersihkan telinga bagi para pelanggannya. “Coba kamu lihat, jarang sekali pangkas rambut yang bisa membersihkan telinga. Mungkin hanya di sini,” kata A Pauw.
Bukan hanya Pi Cis dan Apauw yang puluhan tahun bekerja di sana. Para pencuci rambut hingga kasir juga sudah bekerja lebih dari 10 tahun.
Baca juga: Ibu Tien dan Rambut Gondrong
Rasa kekeluargaan begitu kental di Ko Tang. Keceriaan dan kebersamaan membuat mereka betah. Hingga muncul rasa saling memiliki.
Peralatan Ko Tang kian menua. Gunting, pisau cukur, sisir, dan bangku pelanggan mulai berkarat. Entah bagaimana nasib Ko Tang nantinya.
Baca juga: Gaya Rambut Nabi Muhammad
“Jujur saja, saya belum tahu bagaimana nasib Ko Tang 5 atau 10 tahun lagi,” ujar Pi Cis. “Anak-anak saya juga tidak ada yang berminat menjadi tukang cukur. Regenerasi memang sulit terwujud. Apalagi kami juga sudah tua.”
Namun Pi Cis bertekad tidak akan menyerah pada zaman. Ko Tang tak akan sekadar jadi kenangan.
“Kami terus mencari solusi agar Ko Tang ini tetap bertahan. Karena bagi kami, Ko Tang sudah memberikan segalanya. Untuk itulah sekuat tenaga kami akan menjaganya,” sambung Pi Cis lirih.
Baca juga: Nyanyi Sunyi Rambut Kribo
Beberapa pelanggan datang. Mereka seumuran Pi Cis, A Pauw, dan A Ciu. Tugas memangkas rambut sudah menanti.
“Sekarang anak-anak muda sudah lebih memilih pangkas rambut yang lebih modern, lebih masa kini. Jarang yang pada mau ke sini. Padahal saya juga bisa motong rambut gaya anak zaman sekarang,” ujar Pi Cis.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar