M Bloc dari Gudang Kosong Jadi Tempat Nongkrong
Ruang publik baru yang dibangun di bekas gudang uang milik Peruri. Sebuah upaya agar Blok M tidak kehilangan pesonanya.
Ada banyak tempat nongkrong anak muda di Jakarta. Yang cukup ikonik dan bersejarah adalah kawasan Melawai, Blok M. Kemunculan kawasan ini tak lepas dari perkembangan Kebayoran Baru, wilayah yang tadinya diniatkan sebagai kota satelit Jakarta pada 1950-an. Permukiman di Kebayoran Baru terbagi atas beberapa blok, dari A sampai S. Termasuk di dalamnya Blok M.
Kemudian Kebayoran Baru justru menjadi bagian dari Jakarta. Blok M pun berubah. Tak lagi hanya permukiman, tapi juga pertokoan dan bisnis. Bahkan konsep rumah toko (ruko) muncul kali pertama di Blok M pada 1970-an.
Baca juga: Kenangan yang Tertinggal di Tanamur
Memasuki 1980-an, Blok M berkembang jadi kawasan hiburan. Ada berbagai tempat makan, pusat perbelanjaan, dan diskotek di sini. Tak heran kawasan ini selalu ramai tiap hari, kala siang atau malam. Orang Jepang menghabiskan malam di tempat ini untuk mencari hiburan. Maka Blok M pun berjuluk “Little Tokyo”.
Film Catatan Si Boy menjadi salah satu film laris pada era 1980-an. Syutingnya di daerah Melawai, Blok M. Boy adalah seorang anak muda kaya raya, tampan, tanggap zaman, dan rajin ibadah. Film itu turut mengangkat citra Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda.
Namun seiring waktu, pamor Blok M sebagai tempat nongkrong anak muda mulai meredup. Jakarta punya tempat nongkrong lain. Tempat-tempat itu menawarkan berbagai konsep baru dan kreatif yang menyaingi Blok M.
Hingga datanglah gagasan dari Perusahaan Umum Percetakan Uang Negara (Peruri) untuk membangun ruang kreatif baru di bekas lahan perumahan karyawannya di Blok M. Sekaligus upaya menghidupkan kembali kawasan Blok M sebagai tempat nongkrong generasi milenial. Kebetulan pula Blok M mulai berdenyut lagi seiring selesainya pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT).
Baca juga: MRT Sebuah Keajaiban di Jakarta!
Peruri menggandeng Ruang Riang Milenial (RRM), perusahaan jasa kreatif yang digawangi oleh Handoko Hendroprayono, Jacob Gatot Sura, Lance Mengong, Mario Sugianto, Wendi Putranto, dan Glen Fredly. Mereka menamai proyek di atas lahan seluas 7.000 meter persegi tersebut dengan M Bloc.
Proyek M Bloc memungkinkan generasi milenial menyewa gerai–gerai untuk usaha mereka yang tergolong unik dan beragam. Mulai Union Well yang berfokus pada baju, otomotif, dan pangkas rambut; Demajors untuk berjualan rilisan fisik dari musisi lokal seluruh Indonesia; Tokyo Skipjack, Rumah Lestari, dan Padang Tugo yang menawarkan makanan; sampai Connectoon bagi para penggila kartun.
Tapi proyek utama di M Bloc adalah pertunjukan musik di ruang terbuka yang mampu menampung 350 hingga 500 penonton. Pertunjukannya akan digelar tiap hari. Dengan pertunjukan ini M Bloc diharapkan menjadi ruang berbagai genre musik di tanah air. Seperti dikutip beritagar.id, Wendi, programme director M Bloc, mengatakan akan menyaring setiap musisi yang ingin tampil di M Bloc agar kualitas musik yang ditampilkan tetap terjaga.
“Kami tidak ingin konser gratis. Tujuannya untuk edukasi ke penggemar bahwa kalian harus membayar kalau ingin mendapatkan hiburan. Ada kualitas, ada harga," tuturnya.
Baca juga: Semarak Konser Musik Rock di Indonesia
Proyek M-Bloc disambut baik. Tari (23), seorang pengunjung, mengatakan keberadaan M Bloc membangkitkan kenangan akan tempat nongkrong orangtuanya saat muda dulu. “Iya mama sering cerita kalo dulu sering nongkrong di Blok M Melawai. Saya kesini juga sama mama, katanya mau nostalgia saat muda.”
Pengunjung lain, Hafid (25) yang berprofesi sebagai jurnalis, mengatakan “Ruang kreatif seperti M Bloc gini, penting untuk diperbanyak di Jakarta. Kita sudah bosen nongkrong di mall. M Bloc memberikan alternatif untuk mencari ide atau pun nongkrong bersama teman.”
Dengan semangat kreativitas di M Bloc, bukan tidak mungkin akan mengembalikan pamor Blok M yang sempat memudar digerus zaman.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar