Bioskop Garuda, Dulu Primadona kini Tinggal Nama
Kisah bioskop Garuda di Kediri. Dulu tempat muda-mudi menonton film mancanegara tapi kini tinggal nama.
Bicara tentang film tak akan bisa lepas dari bioskop. Film menjadi salah satu kesenian yang memikat banyak orang hingga masa kini, sedangkan bioskop menjadi tempat untuk menikmati film. Sejarah penyebaran film berhubungan erat dengan pendirian bioskop di berbagai tempat.
Film masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20. Bersama itu bioskop pertama muncul di Batavia dan menarik perhatian banyak orang. Waktu itu bioskopnya masih berupa rumah. Tapi apa yang dipertunjukan sungguh suatu keajaiban. Gambar idoep, itulah sebutan film saat itu. Maka, orang berbondong-bondong ke bioskop.
Orang-orang bermodal tebal mendirikan bioskop di berbagai tempat di luar Batavia. Makin hari, makin bagus bentuknya. Tapi seperti bisnis lainnya, bisnis bioskop juga merasakan masanya bangun dan jatuh, naik dan turun, manis dan pahit, hidup dan mati. Di Kediri, Jawa Timur, masa-masa itu terekam jelas dalam bioskop Garuda.
Bioskop Garuda terletak di Jalan Yos Sudarso, kawasan Pecinan, tak jauh dari Klenteng Tjoe Hwie Kiong yang berbatasan dengan Kali Brantas. Pendirian bioskop ini sebati dengan tumbuhnya minat orang Kediri pada film selama era 1970-an. Selain Garuda, Kediri punya empat bioskop lain pada masa 1980-an. Tempat duduknya selalu terisi penuh.
Baca juga: Yang Pertama dalam Sejarah Film dan Bioskop
“Dulu di Kediri itu tidak banyak tempat hiburan. Ketika bioskop dibangun, warga penasaran dan akhirnya masuk dan nonton film,” ujar Ismanto (48), salah satu guru di kota Kediri.
Dari lima bioskop itu, Garuda paling elite. “Bioskop Garuda itu salah satu bioskop untuk yang punya duit lebih mas, karena harga tiketnya cukup mahal zaman itu, seingat saya harga tiketnya sekitar Rp350-an,” kata Ismanto.
Baca juga: Konflik Aceh Mereda Tapi Bioskop Terlupa
Jika dikonversi ke nilai uang sekarang, nilainya sekira Rp35.000. Selain itu, film-film yang diputar bioskop Garuda pun berbeda dari bioskop lainnya. Mereka lebih sering memutar film-film terbaru dari kawasan Asia: Tiongkok dan India. Tapi seiring perkembangan zaman, bioskop Garuda mulai ditinggalkan orang pada 2000-an.
Bioskop ini sekarang tak aktif lagi. Tapi bangunannya masih berdiri. Ada papan nama bertulis "Garuda" lengkap dengan logo burung Garuda yang juga merupakan lambang negara Indonesia.
Baca juga: Asal-Usul Profesi Tukang Catut di Bioskop
Penyebab matinya bioskop Garuda antara lain maraknya pembajakan, kemunculan perangkat pemutar film rumahan, dan kalah bersaing dengan jaringan bioskop modern. Pengunjung Garuda pun berkurang. Pemasukan tak ada sehingga membuat manajemen Garuda limbung. Setelah didera kerugian, Garuda tersungkur dan mati.
Bangunan Garuda tampak tak terurus. Catnya terkelupas. Lumut menutup sebagian sisi dinding bangunan. Karat menggerogoti besi-besi untuk ornamen, pagar, dan fondasinya.
Baca juga: Mengenang Bioskop Drive-In ala Ciputra
Bila malam tiba, bangunan ini menyeramkan. Tak sedikit warga yang ngeri ketika harus melewatinya pada malam hari karena bangunannya mirip dengan gedung berhantu dalam film horor.
Tambahkan komentar
Belum ada komentar