Surya Darmadi Sebelum Menjadi Pengusaha Sawit
Surya Darmadi pernah menjadi pemilik bank tertua di Medan. Bank itu bertahan, Apeng jadi buronan.
Raibnya Bos PT Duta Palma Group, Surya Darmadi alias Apeng, terkait kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang merugikan negara mencapai Rp78 triliun, membuat nama Bank Kesawan disebut-sebut lagi. Sebab, Surya Darmadi pernah menjadi pemilik 99% saham Bank Kesawan, sebelum bank itu dia jual kepada Rudy Widjaja.
Usia Bank Kesawan jauh lebih tua dari Surya Darmadi. Sebuah iklan dalam Almanak Sumatera menyebut Bank Kesawan merupakan “bank yang tertua di kota Medan, didirikan tahun 1913. Mengerjakan segala urusan bank. Menerima simpanan deposito dan tabungan. Service cepat, layanan memuaskan dan menyenangkan.”
Bank itu beralamat di Jalan Jenderal Achmad Yani Nomor 25 Medan. Di situlah pusat Bank Kesawan pada akhir era 1960-an.
Baca juga: Jejak Setiawan Harjono dalam Bank Aspac
Sukowaluyo Mintorahardjo dkk. dalam Perbankan Indonesia Pasca Krisis Analisis, Prospek, dan Profil menerangkan, Bank Kesawan hadir dalam kancah perbankan Indonesia pada 1 April 1913 di Medan berdasarkan Akta Notaris Leonard Hendrik-Wiliam Van Sandick No. 53 dengan nama NV. Chunghwa Shangyeh Maatschappij (The Chinese Trading Company Limited).
Pendirinya adalah Khoe Tjin Tek dan Ouw Tjoei Eng. Seperti bisnis pada umumnya, bank ini pun mengalami berkali-kali pergantian pemilik sampai akhirnya dimiliki Surya Darmadi. Bank ini melewati masa-masa sulit seperti depresi ekonomi dunia, Perang Dunia, dan revolusi kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Tugas Negara Harry Tansil, Ayah Eddy Tansil
NV Chunghwa Shangyeh Maatschappij diubah menjadi PT Bank Kesawan berdasarkan Akta No. 60 tanggal 10 Maret 1965 yang dibuat di hadapan notaris Ong Kien Lian.
Ketika memimpin Bank Kesawan, Surya Darmadi sudah tertarik dengan bisnis kelapa sawit yang sedang bergairah pada era 1980-an. Pada 1987, Suryadi Darmadi mendirikan dan memimpin Darmex Agro Group. Melalui PT Dutapalma Nusantara, Surya Darmadi menjadi salah satu pebisnis kelapa sawit penting di Indonesia. Perkebunannya tersebar di Provinsi Riau, Sumatra di Benai, Cerenti, Bangkinang, Siberida, Kota Tengah, Baserah dan Palalawan. Perusahaannya melakukan budidaya, produksi, dan ekspor minyak sawit.
Setelah lama berpusat di Medan, pada 1990 Bank Kesawan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta, yang beralamat di Jalan Ir. Haji Djuanda III No. 27–29. Lima tahun di Jakarta, bank itu lalu diizinkan menjadi bank valuta asing.
Baca juga: Kasus Bank Vanuatu dan Keluarga Cendana
Ketika terjadi kerusuhan 27 Juli 1996 alias Kudatuli, yaitu peristiwa pengambilalihan paksa kantor DPP PDI Perjuangan yang dikuasai pendukung Megawati Sukarnoputri, Bank Kesawan termasuk gedung bank yang menjadi sasaran massa.
“Mereka juga merusak dan membakar gedung Darmek, Bank Kesawan, dan Bank Swarsarindo… merusak gedung Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara,” sebut buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6.
Pada 1998, Surya Darmadi, Taryadi, dan M. Dahlan menjabat dewan pengawas Bank Kesawan. Sementara Suprawoto Wahadi, Widjaja Tannady, dan Donganta Pasaribu sebagai direksi. Bank Kesawan, yang sudah melantai di bursa efek dengan kode BKSW, tidak abadi bersama Surya Darmadi.
Baca juga: Gaya Kabur Koruptor dalam Sejarah
Surya Darmadi menjual Bank Kesawan kepada Rudy Widjaja pada 1999. Bank Kesawan kemudian dibeli oleh Qatar National Bank (QNB) pada 2011, sehingga menjadi PT Bank QNB Kesawan Tbk. Pergantian nama terjadi lagi pada 2014 menjadi PT Bank QNB Indonesia Tbk. Bank berusia lebih dari seabad itu dikuasai oleh QNB Group, bank terbesar di wilayah Timur Tengah dan Afrika yang berdiri pada 1964. Nama Kesawan pun hilang.
Setelah Bank Kesawan berganti pemilik dan berubah nama, Surya Darmadi menjadi pengusaha bermasalah. Apeng kemudian menjadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kejaksaan Agung. Dia menyerahkan diri ke Kejaksaan Agung pada Senin, 15 Agustus 2022.*
Tambahkan komentar
Belum ada komentar