PADA 29 Maret 1977, pesawat Twin Otter DHC-6 bernomor registrasi PK-NUP MZ-516 milik Merpati Nusantara Airlines, hilang jejak setelah lima menit lepas landas dari bandara Mutiara, Palu. Menurut jadwal, pesawat dari Manado menuju Luwuk, kemudian Palu dan Toli-Toli. Pesawat berpenumpang 20 orang dengan 3 awak itu jatuh di lereng Gunung Tinombala, Sulawesi Tengah.
Badan SAR Nasional (Basarnas) TNI AU segera memerintahkan Kantor Koordinasi Rescue (KKR) Makassar untuk melakukan pencarian. Untuk menunjang Operasi Tinombala ini, dikerahkan sembilan pesawat, yaitu 1 Twin Otter, 1 Fokker-27, 1 C-130B Hercules, 1 SCSkyvan, 1 Helikopter Alloutte-III, 2 Helikopter B0-105, 1 Helikopter Hughes-500 dan 1 Helikopter Puma SA-330. Selain itu juga dikerahkan 33 anggota Paskhas TNI AU dan Linud TNI AD.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Garuda di Mumbai India
Namun, pencarian tidak membuahkan hasil sampai 5 April 1977, kopilot Masykur dan dua penumpang, Hasan Tawil dan Haji Salim Midu, muncul di daerah transmigrasi Ongka Malino, sekitar 70 km di sebelah utara Gunung Tinombala atau 12 jam lebih perjalanan dengan jip dari kota Palu.
Saat pesawat menghempas lereng di ketinggian 2.135 meter, Masykur terlempar keluar. Dia memberanikan diri dengan dua korban selamat lain menelusuri hutan selama enam hari.
“Dengan tekad dan keberanian luar biasa, mereka mencari pertolongan. Dengan petunjuk mereka, akhirnya Tim Search and Resque (SAR) pada tanggal 6 April 1977 berhasil mencapai lokasi kecelakaan,” tulis 30 Tahun Indonesia Merdeka: 1975-1985.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Jemaah Haji Indonesia di Srilanka Tahun 1974
Tim SAR baru menemukan lokasi jatuhnya pesawat pada hari kedelapan pencarian. Helikopter menemukan pesawat di lereng atas Gunung Tinombala yang tingginya 2.185 meter dari permukaan laut. Pesawat pecah menjadi tiga bagian, berada pada celah gunung yang tertutup pepohonan. Dengan segera dilakukan dropping makanan dan obat-obatan, dilanjutkan menerjunkan pasukan para.
“Lokasi reruntuhan pesawat baru dapat dijangkau oleh dua prajurit Paskhas TNI AU, Kopral Satu Dominicus dan Kopral Dua Sunardi yang diturunkan dari Helikopter Bolkow dengan cara repelling,” tulis Bakti TNI Angkatan Udara, 1946-2003.
Kedua anggota Paskhas TNI AU tersebut kemudian membuat helipad dengan cara menebang hutan di punggung bukit. Sehingga keesokan harinya Helikopter Bolkow dapat melakukan evakuasi korban meninggal dan luka-luka ke rumah sakit terdekat.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Jemaah Haji Indonesia di Srilanka Tahun 1978
Pada saat regu penolong tiba, tiga orang meninggal; tujuh orang selamat berada di tempat; sedangkan sepuluh orang meninggalkan lokasi. Pasukan SAR berhasil menemukan mereka tapi dalam keadaan mati. Total korban meninggal 13 orang, salah satunya Husni Alatas (37 tahun), wartawan majalah Tempo.
Peristiwa jatuhnya pesawat itu dan operasi penyelamatannya kemudian difilmkan berjudul Operasi Tinombala. Film ini disutradarai M. Shariefuddin dan dibintangi Kusno Sudjarwadi, Pong Hardjatmo, drg. Fadly, dan Wolly Sutinah.
Kumpulan tulisan Hendri F. Isnaeni dapat dibaca di sini.