ABANG becak, abang becak di tengah jalan. Cari muatan untuk mencari makan.
Putar-puter, putar-puter kaki mengayuh. Pergi jauh keringat pun lalu jatuh...
Sebait lirik lagu Abang Becak yang dipopulerkan Iin dan Bimbo di atas, mengingatkan kita kepada becak sebagai angkutan umum yang melintas zaman, tak hanya di ibukota tapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Belakangan, muncul wacana untuk menghidupkan lagi becak yang selama ini termarjinalkan, khususnya di Jakarta.
Sebagaimana diketahui, kemunculan becak mulai marak sejak 1936. Namun, pada medio 1970, angkutan beroda tiga yang digerakkan dengan tenaga manusia ini mulai dilarang beroperasi ibukota oleh Gubernur Ali Sadikin (Baca: Bang Ali dan Bang Becak).
Bukan hanya becak yang sempat marak namun perlahan menghilang. Enam moda angkutan ini juga tinggal kenangan.
Delman
Ketika Batavia belum marak angkutan bermotor, moda transportasi tradisional delman masih jadi primadona. Angkutan yang diciptakan seorang insinyur Belanda, Charles Theodore Deeleman pada medio abad 18 itu, mulai merajai transportasi di Batavia sejak awal abad 29.
“Jalur terpanjang delman kala itu adalah Pasar Ikan-Pasar (Stasiun) Beos-Pasar Mangga Besar-Pasar Tanah Abang-Pasar Palmerah-Pasar Rawa Belong-Pasar Kebayoran Lama-Pasar Lebak Bulus-Pasar Ciputat-Parung-Jampang-Bogor,” tulis Windoro Adi dalam Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi.
Tapi seiring bermunculannya angkutan-angkutan bermotor, transportasi delman kian terpinggirkan, sampai hanya sebatas angkutan wisata di beberapa tempat yang ramai dikunjungi turis, seperti Monas, misalnya. Gubernur DKI Sutiyoso pada 2007 malah juga ikut melarang eksistensi delman di dalam Monas. Diikuti pelarangan lainnya di mana delman tak boleh beroperasi di sekitaran pagar luar Monas pada 2016. Pelarangan ini kemudian dikaji lagi dan dilakukan uji coba perizinan delman di kawasan Monas selama dua pekan pada Desember 2017 lalu.
Trem
Moda transportasi yang mirip kereta api ini pernah jadi primadona sejak zaman Hindia Belanda. Trem pertama kali hadir di Batavia (sebutan lama Jakarta) sejak tahun 1869 yang dioperasikan Pemerintah Kota Batavia.
“Awalnya trem itu ditarik dengan kuda, makanya dulu disebutnya Trem Kuda. Baru pada 1899 muncul trem uap yang stasiun pengisian uapnya ada di Kramat, Pasar Senen,” ujar penggiat sejarah kereta api dan trem, Adhitya Hatmawan, beberapa waktu lalu.
Pada 1933, trem uap dihapuskan dan diganti trem listrik. Namun, peminatnya berangsur berkurang terlebih sejak Indonesia merdeka. Angkutan trem dihapuskan pada 1960 oleh Presiden Sukarno di masa pemerintahan Wali Kota Jakarta Sudiro (kakek aktor Tora Sudiro), untuk mengurangi kemacetan. Sementara transportasi massal utama di ibukota digantikan armada-armada bus PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta) yang sejak 1959 mengambilalih operasi trem dari Batavia Verkeers Maatschappij (BVM) lewat nasionalisasi.
[pages]
Oplet
Semenjak 1930, masyarakat Jakarta sudah mengenal angkutan kota (angkot) bernama Oplet. Di era 1960-an hingga 1970-an, angkot ini jadi salah satu moda transportasi terpopuler dan paling diminati lantaran menjangkau beberapa daerah pinggiran Jakarta. Angkot ini juga makin lekat sebagai kenangan gara-gara lagu Barang Antik dan Oplet Tua yang ditembangkan Iwan Fals, hingga sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Ada beberapa asal-muasal penyebutan Oplet. Salah satunya dari sebutan mobil Opelette yang dirilis produsen mobil Jerman, Opel pada 1932, serta penyebutan lidah masyarakat dari asal kata Chevrolet, produsen mobil asal Amerika Serikat. Padahal, angkot Oplet tak hanya diproduksi Opel dan Chevrolet, melainkan juga dari Morris dan Austin.
Oplet mulai punah sejak 1980. Dalam Manusia & Keseharian: Burung-Burung di Bundaran HI, Sindhunata menyebut Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo meniadakan Oplet pada September 1980 dan menggantinya dengan Mikrolet.
Helicak
Moda transportasi bermotor roda tiga ini jadi kenangan tersendiri bagi masyarakat Jakarta. Desainnya yang unik mirip helikopter dan dihadirkan sebagai pengganti becak. Oleh karena itu, namanya hasil penggabungan Helikopter dan Becak.
“Pertama kali diluncurkan 24 Maret 1971 untuk mengganti fungsi becak di masa Gubernur Ali Sadikin,” tulis Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage Volume 1 yang diterbitkan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemprov DKI Jakarta.
Transportasi ini awalnya menggunakan desain body dan dilengkapi mesin Vespa asal Italia. Pemprov DKI mulanya menyediakan 400 unit. Sebagaimana becak, driver-nya berada di belakang, sementara penumpangnya di kabin depan. Sayangnya, desain seperti ini pula yang jadi salah satu faktor menghilangnya Helicak secara perlahan. Selain karena pengemudinya sering kepanasan dan kehujanan, penumpang juga rawan terluka jika kecelakaan karena posisinya ada di depan. Mulai 1987, Helicak dilarang beredar lagi di wilayah DKI Jakarta.
[pages]
Bus Tingkat
Kalau di Inggris masih lestari, keberadaan bus tingkat di Jakarta tinggal kenangan. Angkutan massal nan unik ini eksis di Jakarta sejak 1968 yang dioperasikan Perum PPD. Awalnya bus tingkat bermerk Leyland Titan PD3-11 ini dibeli dari Inggris. Kemudian digantikan model baru Leyland Atlantean pada 1983.
Tak hanya dari Inggris, bus-bus tingkat merk Volvo B55 asal Swedia juga sempat menyemarakkan transportasi massal ini. Sayangnya pada medio 1990, angkutan unik ini tinggal kenangan karena perawatan dan spare part-nya tidak murah. Belakangan, bus tingkat sempat eksis lagi di Jakarta, meski sebatas untuk wisata yang dioperasikan TransJakarta.
Bemo
Ada gula, ada semut. Ada Ganefo, ada bemo. Bemo mulai ada di Jakarta pada 1962, jelang perhelatan Ganefo (Games of the New Emerging Forces). (Baca: Ganefo, Olimpiadenya Bangsa Asia Afrika). Pemerintah melakukan pengadaan kendaraan unik beroda tiga ini sebagai pembaruan transportasi sekaligus menggantikan becak.
Namun, pada 1970-an dengan bertambahnya moda-moda transportasi lain, operasi bemo mulai dibatasi. Pada 1995 lewat peremajaan Angkutan Pengganti Bemo, izin operasi bemo perlahan dicabut meski tetap masih ada yang berkeliaran di beberapa wilayah Jakarta. Perda DKI Nomor 5 Tahun 2004 kemudian menyatakan bemo tidak lagi termasuk transportasi umum resmi. Terakhir pada 6 Juni 2017 lewat Surat Edaran Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nomor 84, bemo resmi dilarang beroperasi di seluruh wilayah ibukota.
[pages]