Masuk Daftar
My Getplus

Bus Dodge Penguasa Jalanan Jakarta

Bus bermoncong buatan Amerika Serikat. Datang melalui kredit, rusak sebelum waktunya.

Oleh: Hendaru Tri Hanggoro | 29 Mar 2019
Bus Dodge. (dave_7/flickr).

Bus tua itu berusia hampir 60 tahun. Warnanya putih dominan dengan garis penegas biru. Mengkilap, sebab baru dicat ulang. Interiornya kecokelatan dengan kursi berbusa. Hasil modifikasi. Panel speedometer dan tongkat persneling masih asli. Terdapat moncong di bagian depan untuk menaruh mesin. Ciri paling khas bus ini.

Inilah bus Dodge. Ia hadir di pameran Indonesia Classic and Unique Bus 2019 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, pada 20-22 Maret 2019.

Bus Dodge pernah menjadi penguasa jalanan di kota-kota besar Indonesia sepanjang dekade 1970-an. Ia alat transportasi andalan di jalan-jalan besar. Di Jakarta, misalnya, mereka melintas di seputaran Kebayoran-Sudirman-Thamrin-Gajah Mada-Kota. Poros paling sibuk di Jakarta. Tempat berdirinya gedung-gedung pemerintahan, bisnis, dan ekonomi.

Advertising
Advertising

Baca juga: Oplet, Moyang Angkot di Indonesia

Bus Dodge berasal dari Amerika Serikat. Datang ke Indonesia kali pertama pada 1969 melalui program kredit United States Agency for International Development (AID), lembaga bantuan milik pemerintah AS. “Untuk membenahi angkutan penumpang di Ibukota,” catat tim laporan khusus Prisma dalam “Angkutan Kota Jauh Dari Harapan”, No. 12, 1986.

Jakarta waktu itu kekurangan bus untuk mengangkut warga. Banyak bus kota buatan pabrik Robur dan Ikarus tahun produksi 1950 dan 1960 telah rusak dan tak laik jalan. Maka kabar kedatangan bus-bus Dodge baru membahagiakan warga Jakarta. Tapi mereka tak bisa langsung menikmati armada baru tersebut.

Operator Diseleksi

USAID memberikan sejumlah syarat ketat bagi calon penerima bantuan kredit bus Dodge. Antara lain operator harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Dari puluhan operator bus swasta, tercatat 12 operator lolos seleksi. Mereka berhak menerima bus Dodge secara kredit.

Bus Dodge berkapasitas 40 orang sekali angkut. Ada 264 bus Dodge pada kali pertama kedatangannya menurut catatan Djakarta dalam Angka 1971. Batas rit maksimal untuk bus Dodge adalah 10 rit per hari. Rit adalah satuan perjalanan bus untuk sekali bolak-balik dari tempat berangkat ke tujuan, dan sebaliknya. Berarti diperkirakan mereka akan mengangkut 96.000 penumpang per hari.

Hingga tahun 1974, USAID telah menyalurkan 4.000 unit bus Dodge. Mereka berencana mendatangkan lebih banyak lagi. Tapi banyak dari bus tersebut rusak sebelum waktunya. Bahkan setahun setelah kedatangannya, bus ini justru menimbulkan masalah baru bagi warga Jakarta.

Baca juga: Cerita Pahit Mobil Rakyat Mazda MR 90

Para sopir bus Dodge kerapkali mengemudi melebihi kecepatan maksimal, yaitu 40 kilometer per jam. Mereka menerobos lampu merah demi cepat sampai tujuan dan balik lagi. Alasannya, “Kalau turut aturan, mana bisa makan,” kata sopir bus dalam Ekspres, 26 September 1970.

Akibatnya fatal. Banyak bus Dodge terlibat kecelakaan. Korban luka dan tewas pun berjatuhan

Ali Sadikin, Gubernur Jakarta, geram bukan main dengan perilaku sopir bus Dodge. “Bahkan Bang Ali karena marahnya melihat tindakan gila-gilaan mereka kontan menyamakan mereka sebagai monyet-monyet jalan atau bajingan yang serakah,” tulis Ekspres, 9 Agustus 1971.  

Cepat Jadi Rongsokan

Tapi sopir bus Dodge membela diri. Mereka justru menganggap biang kerok permasalahan terletak pada operator dan pemerintah. Menurut para sopir, sistem setoran dari operator sangat tidak bersahabat. Terlalu tinggi, sedangkan tarif dari pemerintah kelewat rendah.

Selain itu, kata sopir, aturan pengoperasian busnya sangat ketat. Sopir hanya boleh menaik-turunkan penumpang di halte. Jumlah perjalanan maksimal adalah 10 rit.

Untuk mengejar setoran tinggi, sopir bus pun melabrak aturan. Jam kerja mereka jadi lebih panjang karena menempuh rit lebih banyak. Bersama kondektur, mereka terus menaikkan penumpang ke dalam bus. Penumpang melebihi kapasitas dan naik-turun di sembarang tempat. Bus pun menjadi cepat rusak. Kaca pecah, baut-baut lepas, dan kursi patah.

Baca juga: Enam Moda Angkutan di Jakarta yang Tinggal Kenangan

“Tidak mustahil andaikata 500 bus-bus Dodge yang kini sama berkebutan di kota Jakarta Metropolitan, pada suatu hari tiba-tiba jadi besi rongsokan,” tulis Ekspres, 26 September 1970.       

Prediksi tersebut menjadi kenyataan. Bus Dodge tidak bisa diremajakan dan sulit diperbaiki. Suku cadang pun sangat langka. Pihak USAID kadung kecewa dengan kinerja operator swasta dan pemerintah. Mereka menunda pengadaan ulang bus baru dan suku cadang untuk bus lama.

Bus Dodge kali terakhir beroperasi pada dekade 1980-an. Kedudukan mereka tergantikan oleh bus-bus buatan Eropa dan Jepang.  

TAG

Transportasi

ARTIKEL TERKAIT

Insiden Menghebohkan di Stasiun Kroya Sejarah Kereta Malam di Indonesia Masa Lalu Lampu Lalu Lintas Pemilik Motor Pertama di Indonesia Sukarno Bikin Pelat Nomor Sendiri Sejarah Pelat Nomor Kendaraan di Indonesia SIM untuk Kusir dan Tukang Becak Begitu Sulit Mendapatkan SIM Kemacetan di Batavia Tempo Dulu Mula Istilah Kuda Gigit Besi