Masuk Daftar
My Getplus

Serba Serbi Makanan Zaman Purba

Bagaimana manusia purba mencari dan mengonsumsi makanannya?

Oleh: Risa Herdahita Putri | 01 Agt 2019
The Flintstones, film serial animasi dari Amerika yang menampilkan dunia paralel antara modern dan zaman batu.

Manusia awalnya tak begitu repot memikirkan rasa daging atau sayuran yang dimakan. Cukup kunyah dan telan saja mentah-mentah. Tapi mereka tak terus-menerus begitu. Manusia purba akhirnya juga memasak.

Richard Leakey dalam Asal Usul Manusia menjelaskan, Australopithecus, sebagai leluhur bersama manusia dan kera, hidup dengan makan tumbuhan. Ini terlihat dari struktur gigi mereka. Namun, bentuk grahamnya tak mirip kera. Mahkota giginya tak lancip tetapi rata. Bentuk ini cocok untuk menggiling makanan.

“Jelas sudah bahwa 2-3 juta tahun yang lalu makanan manusia berubah jadi lebih alot, seperti buah-buahan keras dan kacang-kacangan,” tulis Leakey.

Advertising
Advertising

Baca juga: Bunga dan Buah pada Zaman Kuno

Menjelang 2,5 juta tahun yang lalu, walau belum bisa dipastikan, muncul spesies manusia lainnya. Otaknya lebih besar. Giginya juga berubah. Itu mungkin disebabkan kebiasaan makan yang berubah, dari melulu tumbuhan menjadi kombinasi tumbuhan dan daging.

“Perubahan struktur gigi Homo purba menunjukkan adanya kebiasaan makan daging, sebagaimana ditunjukkan juga oleh penyempurnaan teknologi perkakas batu,” tulis Leakey.

Fosil kerbau purba di Sangiran. (Koleksi Museum Sangiran).

Memasuki masa paleolitik, yaitu waktu manusia mulai menggunakan alat batu, mereka menggantungkan hidup pada hewan buruan.

Menurut Teuku Jacob, pakar paleoantropologi ragawi Universitas Gadjah Mada dalam “Evolusi Makanan Manusia dari Paleonutrisi dan Paleoekonomi Menuju Gizi Futuristik” terbit di Pertemuan Ilmiah Arkeologi V, manusia purba berburu hewan kecil maupun besar untuk kemudian dimakan.

Baca juga: Makan Daging Masa Jawa Kuno

Namun itu masih perdebatan. Ada juga ahli yang berpikir manusia awalnya hidup dengan memakan bangkai binatang buruan hewan lainnya. Jadi, mereka bukannya berburu.

Salah satu yang meyakininya adalah Lewis Binford, arkeolog dari Amerika. Dia mengungkapnya pada 1981 dalam Bones: Ancient Men and Modern Myth.

“Leluhur kita itu tidak romantis, melainkan pemakan sembarang yang umumnya lebih suka memulung bangkai hewan-hewan berkuku untuk mendapatkan sisa-sisa,” tulis Lewis.

Bahkan, ketika sudah mulai makan daging, manusia kemudian berburu manusia lainnya. Diyakini Homo, memakan Australopithecus, saudara tuanya, sebagaimana mereka memangsa hewan lain jika bisa. Pasalnya, kedua spesies itu sempat hidup berdampingan. Tapi ini masih juga diperdebatkan.

“Saya tidak ragu, tetapi penyebab kepunahan Australopithecus mungkin tak sedramatis itu,” tulis Leakey.

Baca juga: Awal Mula Manusia Suka Makan Daging

Makin lama, manusia lebih banyak makan daging hewan. Lebih-lebih Homo neanderthalensis. Menurut Jacob, di lingkungan dia hidup kurang banyak tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. Sementara, hewan besar seperti rusa, banteng, kerbau, gajah, kuda sungai, kambing, mungkin badak, beruang, begitu melimpah untuk diburu. Hewan lain seperti kura-kura, ikan, juga dimakan. Ada pula makanan yang berasal dari hewan seperti madu dan larva.

“Kera dan monyet mungkin hanya kalau terpaksa saja dimakan, karena bentuknya menyerupai manusia,” tulis Jacob.

"The Man of Bicorp" adalah gambar di dinding gua berusia 8000 tahun di dekat Valencia, Spanyol. Tergambar seseorang tengah mengumpulkan madu dari sarang lebah.

Ditemukannya api membuat makan daging menjadi lebih mudah. Homo erectus adalah spesies pertama manusia yang menggunakan api. Dia juga mungkin yang pertama mengumpulkan makanan sekaligus berburu. Karena mereka sudah kenal api, makanan pun lebih mudah dikunyah dan dicerna.

Perubahan pola makan terjadi lagi ketika masuk periode lebih modern yang disebut mesolitik.

Menurut Jacob penjinakan hewan mulai dikenal. Anjing mungkin yang pertama dipelihara. Lalu sapi, kuda, keledai, kambing, kerbau, babi, kucing, dan unggas. Dengan kebiasaan beternak, makan daging hewan menjadi lebih dominan. “Beberapa kelompok telah memakai susu dalam dietnya,” tulis Jacob.

Baca juga: Asal Usul Anjing Sahabat Manusia dalam Film Alpha

Pada masa ini pula eksploitasi pantai dan laut mulai terjadi. Berbagai jenis kerang dan ketam, ikan, dan udang banyak dikonsumsi. Buktinya adalah tumpukan kulit kerang di beberapa situs yang luar biasa besar. Contohnya di Tamiang, Aceh.

Hewan-hewan kecil juga menjadi makanan. Di Liang Toge, Flores ditemukan sisa-sisa kelelawar, tikus biasa dan tikus raksasa, monyet, landak, dan babi. “Berburu masih dilakukan dan tumbuhan tetap dimakan,” tulis Jacob.

Pada masa Neolitik, manusia semakin banyak mengonsumsi tumbuhan. Ini didukung pertanian yang mulai berjalan. Mereka mulai rajin makan gandum dan beras. Bahan-bahan itu sudah pula dijadikan bubur, roti, nasi, bir, dan arak.

Baca juga: Penyulingan Anggur Tertua

Cara mengolah makanan juga makin beragam. Manusia tak lagi mengonsumsi makanan mentah. Tak juga cuma dibakar atau dipanaskan di atas batu. Mereka sudah mengenal cara merebus dan memanggang.

Bahan makanan mereka awetkan dengan dijemur, disalai, diasinkan, dan dibumbui. Mereka pun mulai mencampur bahan-bahan makanan.

“Waktu luang bertambah dengan penemuan api, penjinakan tumbuhan dan hewan, permukiman menjadi tetap, umur manusia memanjang,” tulis Jacob.

TAG

Prasejarah Kuliner

ARTIKEL TERKAIT

Dari Manggulai hingga Marandang Ranah Rantau Rumah Makan Padang Peristiwa PRRI Membuat Rumah Makan Padang Ada di Mana-mana Diaspora Resep Naga Wisata Kuliner di Tengah Perang Pilih Cabai atau Lada? Aroma Pemberontakan di Balik Hidangan Pasta Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Terites, dari Kotoran Hewan yang Pahit jadi Penganan Nikmat Kontes Memasak Tempo Dulu