Masuk Daftar
My Getplus

Theodor Herzl, Orang di Balik Negeri Zionis

Lewat pamflet “Negara Yahudi” pada akhir abad ke-19, seorang jurnalis Yahudi meletakkan fondasi untuk negara Yahudi. Ditahbiskan sebagai Bapak Zionisme Modern.

Oleh: Andri Setiawan | 21 Mei 2021
Potret Theodor Herzl. (Wikimedia Commons).

Wina, Austria, 14 Februari 1896. Jurnalis Theodor Herzl menerima 500 dari 3000 eksemplar pamfletnya yang baru terbit: Der Judenstaat. Pamflet yang menawarkan ide pembentukan negara Yahudi itu segera tersebar luas dan menuai beragam tanggapan.

Sejak itu, Theodor Herzl telah menancapkan tonggak sejarah sebagai “Bapak Zionisme Modern”. Di kemudian hari, makamnya ditempatkan di sebuah bukit dekat Jerusalem yang diberi nama Gunung Herzl.

Theodor Herzl lahir pada 2 Mei 1860 di Budapest dari keluarga kelas menengah kaya. Pada 1878, keluarganya pindah ke Wina dan Herzl belajar hukum di Universitas Wina. Sempat bekerja di bidang hukum, Herzl belakangan menemukan minat menulisnya. Ia bekerja sebagai jurnalis dan koresponden untuk Neue Freie Presse di Wina.

Advertising
Advertising

Baca juga: Palestina (Bukan) Harga Mati

Sebagai seorang Yahudi, Herzl mengalami Anti-Semitisme yang membayangi komunitasnya. Ia menyebut, di manapun orang Yahudi menginjakkan kaki di tanah yang baru, di situ Anti-Semitisme selalu muncul. Masalah yang telah ada 18 abad ini harus dihentikan, tekadnya.

Sejak akhir 1895, Herzl mulai menuliskan solusi atas masalah-masalah orang Yahudi. Ide tentang pembentukan negara Yahudi menurutnya bukanlah utopia. Baginya, “tanah yang dijanjikan” terlalu lama untuk ditunggu dan harus diusahakan. Paparan mengenai jalan mendirikan negara Yahudi itu diselesaikannya pada Januari 1896.

Herzl menawarkan tulisannya pada dua penerbit di Jerman: satu penerbit Yahudi dan satu penerbit bukan Yahudi. Keduanya menolak mentah-mentah tulisan Herzl. Namun, gagasan Herzl disukai Max Breitenstein, penjual buku yang sesekali menerbitkan buku. Karya Herzl pun disepakati untuk diterbitkan. Kontrak ditandatangani. Di menit terakhir, Herzl memutuskan untuk memberi judul Der Judenstaat— An Attempt at a Modern Solution of the Jewish Question.

“Dia telah mengubah mimpinya menjadi cetak biru; pekerjaannya selesai. Membiarkan orang lain yang kelak meletakkan batu batanya,” tulis Ernst Pawel dalam The Labyrinth of Exile, A Life of Theodor Herzl.

Pihak penerbit membatasi cetakan pertama hanya 3000 eksemplar karena meragukan prospek komersilnya. Ide Herzl juga bukan yang pertama, namun Der Judenstaat segera tersebar, mendapat pujian serta kontroversi dan menjadi salah satu karya penting bagi sejarah Yahudi.

Baca juga: Diam-diam, Indonesia Beli Pesawat Tempur Israel

Dalam pendahuluan Der Judenstaat, Herzl menekankan bahwa masalah orang Yahudi harus diangkat sebagai masalah internasional dan diselesaikan dengan bantuan negara-negara besar. Sementara, mengulang-ulang narasi penderitaan orang Yahudi baginya tidak menyelesaikan apapun.

“Ini adalah masalah nasional, yang hanya dapat diselesaikan dengan menjadikannya masalah politik dunia untuk didiskusikan dan diselesaikan oleh negara-negara beradab di dunia dalam dewan,” tulisnya.

Dalam Der Judenstaat, Herzl secara ringkas menjabarkan mengenai mengapa membentuk satu negara Yahudi adalah solusi terbaik. Ia tidak menolak asimilasi Yahudi dengan bangsa lain yang selama ini menjadi solusi untuk menghapus Anti-Semitisme. Namun menurut Herzl, asimilasi yang terjadi biasanya hanya sebatas pengakuan hukum.

“Asimilasi, yang saya pahami tidak hanya kesesuaian eksternal dalam pakaian, kebiasaan, adat istiadat, dan bahasa, tetapi juga identitas perasaan dan cara -asimilasi orang Yahudi hanya dapat dilakukan dengan perkawinan silang. Tetapi kebutuhan untuk pernikahan campuran harus dirasakan oleh mayoritas; pengakuan mereka semata-mata oleh hukum pasti tidak akan cukup,” tulis Herzl.

Ia juga menyebut bahwa negara Yahudi diperlukan untuk mereka yang hanya berindentitas Yahudi, bukan Yahudi Prancis, misalnya, yang telah memiliki kehidupan lebih baik. Negara Yahudi dengan sendirinya juga akan menghapus Anti-Semitisme di kemudian hari.

Baca juga: Intel Indonesia Dilatih Intel Israel

Dalam proposalnya, Herzl menganjurkan dibentuknya The Jewish Company atau Perusahaan Yahudi. Perusahaan ini meniru model perusahaan akuisisi lahan. Herzl menjelaskan bagaimana perusahaan ini akan bekerja untuk mengelola aset Yahudi, mengatur pekerja, hingga metode mendapatkan modal.

Bagaimana dan apa saja yang diperlukan dalam pembentukan Negara Yahudi secara ringkas dipaparkan Herzl. Mulai dari bentuk masyarakatnya, pendudukan wilayah, konstitusi, bahasa, hukum, hingga angkatan bersenjata.

Soal di mana negara Yahudi akan didirikan, Herzl memiliki dua pilihan: Palestina atau Argentina. Menurutnya, Argentina memiliki tanah luas yang subur serta belum padat penduduk. Sementara, Palestina memiliki ikatan sejarah kuat bagi orang Yahudi.

Pada Juni 1896, Herzl pergi ke Konstantinopel dan berharap dapat bertemu Sultan Ottoman. Ia hendak meminta tanah di Palestina untuk dikelola orang Yahudi secara otonom. Sayangnya Herzl gagal bertemu sultan.

“Jika Yang Mulia Sultan memberi kita Palestina, sebagai imbalannya kita bisa mengatur seluruh keuangan Turki,” tulisnya.

Pada 1897, Herzl mulai menggalang dukungan tokoh-tokoh Yahudi untuk menyelenggarakan Kongres Yahudi Pertama. Setelah gagal di London dan Munich, Herzl akhirnya menggelar kongres di Basel, Swiss. Kongres yang berlangsung pada 29-31 Agustus 1897 itu dihadiri sekira 200 delegasi Yahudi dari berbagai negara di Eropa serta dari Amerika Serikat. Kongres ini juga melahirkan Organisasi Zionis yang kemudian menjadi Organisasi Zionis Sedunia.

Baca juga: Hamas Senjata Makan Tuan Israel

“Jika saya menyimpulkan kongres Basel dalam satu kata —yang harus saya hindari untuk tidak diucapkan di depan umum— adalah ini: di Basel saya mendirikan negara Yahudi,” tulis Herzl dalam catatan hariannya pada 3 September, dikutip Pawel.

Herzl melanjutkan, “Jika saya mengatakan ini dengan lantang hari ini, semua orang akan menertawakan saya. Mungkin dalam lima tahun, tapi yang pasti dalam lima puluh tahun semua orang akan setuju.”

Negara Yahudi yang diimpikan Herzl memang tidak berdiri lima tahun kemudian. Tapi prediksinya nyaris sempurna: lima puluh tahun enam bulan negara Yahudi itu berdiri dengan diproklamasikannya Israel pada 14 Mei 1948.

Herzl tentu saja tidak bisa menapakkan kaki di negara Yahudi impiannya itu karena ia sudah meninggal pada 3 Juli 1904 di Edlach, Austria. Namanya diabadikan untuk pemakaman nasional Gunung Herzl di Israel, di mana makamnya ditempatkan di puncak bukit.

TAG

theodor herzl zionisme

ARTIKEL TERKAIT

Empati Muhammad Ali untuk Palestina Kala Malcolm X Melawat ke Jalur Gaza Pendukung Zionis yang Mengutuki Kebrutalan Israel Bom Fosfor Putih Bukan Senjata Biasa Che Guevara dan Perlawanan di Gaza Antara Lenin dan Stalin (Bagian I) Jenderal Nasution Mengucapkan Selamat Hari Natal Musuh Napoleon di Waterloo Hina Diponegoro Warisan Persahabatan Indonesia-Uni Soviet di Rawamangun Ketika Kapolri Hoegeng Iman Santoso Kena Peremajaan