Masuk Daftar
My Getplus

Priyatna Abdurrasyid, Jaksa Pemberani Pemberantas Korupsi

Dia sudah memerangi korupsi sejak era 1950-an. Tak pernah takut walau harus menangkap jenderal dan menteri sekalipun.

Oleh: M.F. Mukthi | 22 Mei 2015
Priyatna Abdurrasjid saat diwawancara Historia di kantornya, di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 2012. (Micha Raier Pali/Historia).

DUA tahun lalu lelaki kelahiran Bandung 5 Desember 1929 itu berseloroh, melontarkan kekesalannya pada situasi sekarang. Dia mengeluhkan banyak orang yang memilih diam saat menyaksikan kejahatan yang terjadi di sekitarnya, terutama pada korupsi.

“Orang sekarang kebanyakan takut. Mau ini takut, mau itu takut,” ujar Priyatna Abdurrasyid ketika menerima Historia di kediamannya, bilangan Pondok Indah, Jakarta dua tahun silam.

Akibatnya, kata Priyatna, banyak orang cenderung diam terhadap kesalahan atau kejahatan yang dilihatnya. Langsung atau tidak, hal itu ikut membesarkan keadaan buruk hingga seperti sekarang. Korupsi dan perilaku korup bisa sampai membudaya seperti kini akibat banyaknya orang yang diam. Para pejabat yang seharusnya menjadi penindak, justru kongkalikong supaya kecipratan hasil curian yang mereka bilang rezeki.

Advertising
Advertising

Baca juga: Jatuh Bangun Pemberantasan Korupsi

Pengalaman hidup Priyatna sebagai jaksa, membuatnya paham betul seluk-beluk permainan culas yang melibatkan banyak pihak untuk menggarong duit negara. Semasa Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie melancarkan Operasi Budhi –yang kemudian dijadikan program nasional pemberantasan korupsi oleh KSAD AH Nasution–  pada akhir 1950-an, Priyatna merupakan salah satu ujung tombaknya. Menurutnya, orang-orang di masa itu sangat berani.

“Kawilarang, Adjie, Mas Ton (HR Dharsono, red.), Poniman, Kemal, berani-berani semuanya,” ujarnya kepada Historia.

Keterlibatan Priyatna dalam pemberantasan korupsi terjadi tak lama setelah kepidahan tugasnya dari Kejaksaan Negeri Palembang ke Kejaksaan Tinggi di Bandung. Kedekatannya dengan Adjie yang dikenalnya sejak zaman perang kemerdekaan di Bogor membuat dia dipercaya Adjie ikut menjalankan Operasi Budhi.

“Suatu hal yang sangat mengesankan di Bandung, ialah di sana saya dipercayai oleh Panglima untuk ikut aktif dalam pemberantasan korupsi,” kenangnya dalam otobiografinya yang ditulis Ramadhan KH, Dari Cilampeni ke New York Mengikuti Hati Nurani. H. Priyatna Abdurrasyid.

Baca juga: Dugaan Korupsi Menteri Sumitro

Kala itu, modus kejahatan korupsi sudah beragam bentuknya. Seingat Priyatna, mulai dari surat kaleng, penggelapan pajak oleh pengusaha, hingga korupsi aparat sipil maupun militer. Priyatna tak pernah lupa, di Bandung dia berhasil menangkap dan menyeret seorang pengusaha tekstil nakal bernama Jacob Van ke pengadilan. Setelah pengadilan menghukum Jacob dan menyita barang bukti, Priyatna menyumbangkan barang bukti itu ke Kostrad atas izin Jaksa Agung. Belakangan, Priyatna baru tahu kalau Jacob sahabat Pangkostrad Soeharto. Jauh setelah itu, Priyatna bertemu Jacob di Singapura. Jacob bilang dia sudah dikucilkan keluarga Soeharto karena ketahuan Ibu Tien menyembunyikan dua juta dolar keuntungan CV Waringin (perusahaan milik Jacob).

Dalam setahun, Siliwangi berhasil memejahijaukan beberapa perwira, memecat hingga memenjarakan banyak pejabat korup. Priyatna tak lupa suasana Hotel Telaga Sari, Bandung, tempat pemeriksaan dan penahanan pejabat korup, yang saat itu dipenuhi pejabat hingga menteri yang ditahan.

Baca juga: Gesekan dengan Paran

Keberhasilan Operasi Budhi menarik perhatian Jenderal Nasution, yang saat itu juga memimpin lembaga anti-korupsi bernama Paran (Panitia Retooling Aparatur Negara). Setelah berjalan kira-kira 18 bulan, Nasution, kala itu menjabat sebagai Menko Hankam/Kasab, menjadikan Operasi Budhi sebagai program di tingkat nasional.

Priyatna ikut bergabung di Paran, mewakili Kejaksaan RI. Sasaran yang menjadi target utama Operasi Budhi/Paran adalah perusahaan-perusahaan negara. Untuk itu, Nasution membentuk tim kecil yang terdiri dari orang beragam latar belakang guna menyusun pertanyaan pemeriksaan para pejabat perusahaan negara. Dalam waktu singkat, Operasi Budhi berhasil menyelamatkan uang negara sekira Rp11 milyar –sementara menurut Rosihan Anwar, jumlahnya 14 milyar.

Lelaki pemberani itu berpulang Jumat pagi tadi (22/05) pukul 05:00 dan dimakamkan usai sholat Jumat di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

TAG

Obituari Korupsi

ARTIKEL TERKAIT

Memori Manis Johan Neeskens Merehabilitasi Soeharto dari Citra Presiden Korup Korupsi di Era Orde Baru Kisah Pejabat VOC Dituduh Korupsi tapi Malah Dapat Promosi Yang Dikenang tentang Sven-Göran Eriksson Hamzah Haz, Wakil Presiden Pilihan MPR Epilog Tragis Sang Pengusung Bendera Palestina di Olimpiade Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia Johny Pardede dari Sepakbola hingga Agama