Masuk Daftar
My Getplus

Mantan Agen CIA Gagal Jadi Duta Besar di Indonesia (2)

Setelah menjegal calon lain, mantan agen CIA ini juga gagal menjadi duta besar untuk Indonesia.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 17 Jan 2021
Morton Isaac Abramowitz, calon duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia yang dijegal oleh Kent Bruce Crane. (nordicmonitor.com).

Amerika Serikat pernah menghadapi masalah dalam memilih duta besar untuk Indonesia. Akibatnya, kursi duta besar kosong selama setahun. Setelah Duta Besar Edward E. Masters menyelesaikan tugasnya pada November 1981, Michael Hayden Armacost disebut sebagai penggantinya.

Armacost seorang diplomat karier yang dianggap ahli masalah Asia. Dia juga pernah bekerja di Dewan Keamanan Nasional (NSC) dan Bagian Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri. Namun, Departemen Luar Negeri menugaskan Armacost sebagai duta besar untuk Filipina. Calon sebelumnya adalah Morton Isaac Abramowitz, mantan duta besar untuk Thailand (1978–1981).

Sebelum dicalonkan sebagai duta besar untuk Filipina, menurut laporan Tempo, 23 Oktober 1982, Abramowitz diangkat sebagai Asisten Menteri Luar Negeri urusan Asia Timur dan Pasifik oleh Menteri Luar Negeri Alexander Haig.

Advertising
Advertising

Lawan-lawan Abramowitz tidak tinggal diam. Muncul sebuah makalah rahasia yang melukiskan Abramowitz sebagai seorang liberal, dekat dengan kaum Demokrat, dan turut mendorong rencana mundur pasukan Amerika Serikat dari Korea Selatan. Serangan itu berhasil. Haig membatalkan promosi Abramowitz dan akan mengirimnya sebagai duta besar di Filipina. Namum, kalangan militer konservatif menentangnya.

Baca juga: Pengalaman Mantan Direktur CIA di Indonesia

Jusuf Wanandi dalam Menyibak Tabir Orde Baru, menyebut bahwa Abramowitz mungkin akan menghadapi kesulitan jika jadi ditempatkan di Manila yang mempunyai pangkalan militer Amerika Serikat, karena ada isu yang tidak benar, bahwa dia pernah menasihati Presiden Jimmy Carter untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Korea pada masa kampanye pemilihan presiden.

“Mereka menganggap Michael Armacost lebih cocok untuk ditugaskan di Manila. Ini mengingat masalah perpanjangan izin bagi landasan militer Amerika Serikat di Filipina menjadi topik penting dan dia tidak punya catatan buruk mengenai hal ini,” kata Jusuf.

Akhirnya, sebut Tempo, Gedung Putih memutuskan untuk menunjuk Abramowitz sebagai duta besar di Jakarta sedangkan Armacost untuk Filipina. Namun, rupanya makalah rahasia tentang Abramowitz sampai juga di Jakarta. Pemerintah Indonesia menganggap seorang duta besar yang mendapat tentangan dari kalangan dalam Amerika Serikat sendiri tidak akan bisa bekerja secara efektif dan meminta calon yang lain.

Michael Hayden Armacost, duta besar Amerika Serikat untuk Filipina. (aparc.fsi.stanford.edu).

Abramowitz Dijegal

Jusuf menyebut bahwa pencalonan Abramowitz digagalkan oleh Kent Bruce Crane, mantan staf CIA di Jakarta. Dia adalah teman berburu Jantje Liem (Yani Harjanto), kroni Presiden Soeharto. Bambang Trihatmodjo, putra kedua Soeharto, pernah tinggal di rumah Crane ketika menempuh pendidikan di Virginia Polytechnic Institute.

“Crane menganggap dialah yang seharusnya menjadi duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia,” kata Jusuf.

Untuk itu, kata Jusuf, Crane berusaha menggagalkan pencalonan Abramowitz. Dia menulis surat anonim kepada Presiden Soeharto dengan menggunakan kop surat Gedung Putih yang berisi tuduhan terhadap Abramowitz dan istrinya. Dalam surat itu disebutkan bahwa istrinya seorang liberal yang akan mengkritik rekam jejak hak asasi manusia di Indonesia. Dia juga menyebut bahwa Abramowitz memiliki musuh di Amerika Serikat, termasuk kepala CIA di Thailand ketika dia menjabat duta besar, dan Jenderal Stillwell, panglima Amerika Serikat di Korea, yang kemudian menjadi orang ketiga di Departemen Pertahanan Urusan Kebijakan.

Baca juga: Direktur CIA Terburuk Berkunjung ke Indonesia

Akibatnya, Soeharto menolak pencalonan Abramowitz menjadi duta besar di Jakarta. Padahal, Soeharto telah mendapat masukan tentang Abramowitz dari Benny Moerdani, kepala Badan Intelijen Strategis dan Asintel Hankam.

“Abramowitz adalah kawan Benny Moerdani dan CSIS,” kata Jusuf Wanandi, salah satu pendiri CSIS (Centre for Strategic and International Studies).

Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja menugaskan Hasnan Habib, duta besar Indonesia di Thailand, untuk mencari tahu rekam jejak Abramowitz melalui Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri Thailand Kasem Kasemsri dan Deputi Perdana Menteri Thanat Khoman.

“Apa yang diutarakan Mochtar Kusumaatmadja dan Benny Moerdani tidak cukup untuk membuat Soeharto berubah pikiran,” kata Jusuf.

Bahkan, Menteri Luar Negeri Alexander Haig juga mengirim surat khusus kepada pemerintah Indonesia melalui Mochtar Kusumaatmadja. “Namun, semua upaya ini tidak berhasil,” kata Jusuf.

John Herbert Holdridge dilantik sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia pada 10 Desember 1982. (Facebook U.S. Embassy Jakarta).

Crane Gagal

Setelah berhasil menjegal Abramowitz, nama Crane muncul sebagai calon duta besar untuk Indonesia. Namun, dia pun gagal setelah media massa mengekspos latar belakangnya sebagai diplomat yang menjadi agen CIA dan beralih menjadi pengusaha.

Crane pernah bekerja untuk CIA selama bertugas di Indonesia dan Afrika (Tanzania dan Ghana). Jabatan resminya sebagai sekretaris ketiga bidang politik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta (1960–1962). Selain itu, sebagai pengusaha yang berkongsi dengan Jantje Lim, kroni Soeharto, dikhawatirkan akan menimbulkan konflik kepentingan.

Baca juga: Mantan Agen CIA Gagal Jadi Duta Besar di Indonesia (1)

Setelah kosong sekitar setahun, akhirnya pada 1982 Menteri Luar Negeri yang baru, George Shultz menunjuk Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Asia Timur dan Pasifik, John Herbert Holdrige sebagai duta besar untuk Indonesia.

Holdrige disambut baik oleh Soeharto dan pemerintah Indonesia karena dianggap sebagai diplomat senior yang mengerti kawasan ini. Dia kemudian digantikan oleh Paul Dundes Wolfowitz pada 1986.

“Pengangkatan Wolfowitz mengakhiri kecurigaan orang Amerika bahwa Morton Abramowitz ditolak karena dia Yahudi,” kata Jusuf.

TAG

cia amerika serikat

ARTIKEL TERKAIT

M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Sukarno, Jones, dan Green Secuil Cerita Jenaka dari Cianjur Semasa Pendudukan Saudara Tua Gempa Merusak Keraton Bupati dan Masjid Agung Cianjur Ibu Kota Pindah dari Cianjur ke Bandung Gempa Besar bagi Bupati Cianjur Gempa Bumi Mengguncang Cianjur Duka Kuba di Laut Karibia CIA, Tan Malaka, dan Kampret Agen CIA dalam Operasi Habrink