Masuk Daftar
My Getplus

Hubungan Diplomatik Indonesia-Chile

Kendati telah lama menjalin hubungan diplomatik, Indonesia-Chile belum memiliki perjanjian ekstradisi.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 05 Okt 2018
Ratna Sarumpaet ditangkap petugas kepolisian di Bandara Soekarno-Hatta, malam Jumat, 4 Oktober 2018. (Dok. Ditjen Imigrasi).

DRAMA hoax penganiayaan memasuki babak kedua. Pelakonnya, Ratna Sarumpaet, ditangkap polisi di bandara Soekarno-Hatta, saat hendak terbang ke Santiago, Chile, pada malam Jumat, 4 Oktober 2018.

Sebelumnya, Ratna mengarang cerita bohong bahwa dirinya dianiaya, padahal luka pada wajahnya karena operasi plastik. Cerita khayalan yang dia sebut karena bisikan setan itu diviralkan oleh teman-temannya di tim Prabowo-Sandiaga Uno. Bahkan, Prabowo pun menggelar konferensi pers mengecam perbuatan itu. Polisi gerak cepat menyelidiki cerita khayalan itu. Ratna pun tak berkutik dan mengakui telah melakukan kebohongan.

Baca juga: Skandal memalukan timnas Chile demi lolos Piala Dunia

Advertising
Advertising

Tak ingin seperti kasus Habib Rizieq Shihab terulang yang pergi tak pulang-pulang, polisi pun menangkap Ratna yang akan terbang ke Chile. Polisi menetapkan Ratna sebagai tersangka.

Dalam akun pribadinya (@romliatma) pakar hukum Romli Atmasasmita mencuit “penangkapan RS oleh polisi membuktikan ada skenario melepaskan diri dari jeratan hukum, jika berhasil yang bersangkutan maka mereka yang diduga menyebarluaskan berita bohong lebih safe lagi.”

Untuk apa Ratna ke Chile? Ratna mengaku pergi ke Chile untuk menghadiri Konferensi The 11th Women Playrights International. Keberangkatannya disponsori oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Ini dibenarkan oleh pihak Pemprov DKI Jakarta.

“Negara tujuan Chile lebih jelas lagi karena pemerintah Indonesia dan Chile tidak memiliki perjanjian ekstradisi dan semakin meyakinkan ada skenario besar untuk menghambat pengusutan kasus RS tidak tuntas dan tidak sampai ke pengadilan. Apalagi RS belum diperiksa secara intensif,” cuit Romli.

Baca juga: Gempa gagal halangi Chile jadi tuan rumah Piala Dunia

Indonesia dan Chile memang belum memiliki perjanjian ekstradisi, meski telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1965. Menurut laman kemlu.go.id hubungan diplomatik Indonesia–Chile dilakukan dengan dibukanya hubungan kekonsularan pada 1964 ketika Presiden Soekarno menerbitkan surat tauliah (surat kepercayaan) bagi Sr. Florencio Ortúzar Barros sebagai Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Chile. Hubungan diplomatik dimulai September 1965 dengan dirangkap dari Kedubes Indonesia di Buenos Aires, Argentina. Sedangkan Kedubes Chile di Jakarta dibuka tahun 1967. Kedubes Indonesia di Santiago baru dibuka tahun 1991.

Namun, dalam Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978, tercatat bahwa duta besar pertama Chile di Indonesia, Fernando Porta Angula, berkedudukan di Manila, Filipina. Surat kepercayaannya diterima Presiden Soeharto pada 29 Oktober 1975.

Hubungan diplomatik Indonesia-Chile ditandai dengan berbalas kunjungan kepala negara. Presiden Abdurrahman Wahid mengunjungi Chile, kemudian Brazil dan Argentina setelah menghadiri KTT OPEC II di Venezuela pada 26-28 September 2000. Sebaliknya, Presiden Chile Ricardo Lagos Escobar mengunjungi Bali dan bertemu Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri pada 13-14 November 2000.

Baca juga: Megawati menceritakan persahabatan Soekarno, Ho Chi Minh, dan Kennedy

Presiden Ricardo Lagos Escobar kembali ke Indonesia bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri pada 28–29 April 2004. Sebaliknya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Santiago, Chile pada 18–21 November 2004, dalam rangka menghadiri pertemuan para pemimpin ekonomi APEC ke-12. Sementara itu, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Presiden Chile Michelle Bachelet pada 12 Mei 2017.

Kembali ke soal Ratna, tampaknya drama akan semakin seru. Kita tunggu saja, kejutan apa yang akan diungkap kepolisian.

Baca juga: Tanamur, diskotek pertama di Jakarta, didirikan mantan suami Ratna Sarumpaet

TAG

Dunia

ARTIKEL TERKAIT

Merekatkan Sejarah Lakban Memburu Kapal Hantu Paris Palsu di Masa Perang Dunia I Sebelum Jenderal Symonds Tewas di Surabaya Keponakan Hitler Melawan Jerman Bergaya Lewat Karung Pisang Asal Jawa Dibutuhkan Australia Pahlawan Berbulu di Perang Dunia II Amerika, Hamburger, dan Perang Dunia I Melihat Tentara Hindia dari Keluarga Jan Halkema-Paikem