Masuk Daftar
My Getplus

Heeren Zeventien, Pembuka Jalan Penjajahan ke Nusantara

Berkat 17 Tuan, VOC berjaya dalam pengembangan bisnisnya di Nusantara. Monopoli komoditas rempah-rempah pun berlangsung lancar.

Oleh: M. Fazil Pamungkas | 31 Jan 2020
Suasana pertemuan pejabat VOC (voc-kenniscentrum.nl)

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (2013-2014) Roy Suryo melaporkan Sekertaris Jenderal Sunda Empire, Rangga Sasana, ke Polda Metro Jaya pada 24 Januari 2020, atas tuduhan kejahatan cyber. Roy menyebut Sunda Empire telah mengubah informasi terkait PBB dan NATO di laman Wikipedia.

“Saya tergerak untuk menyelamatkan masyarakat, terutama generasi sekarang yang memang bisa mengakses teknologi … Saya ingin menyelamatkan Indonesia dari kebohongan, dari kabar bohong yang ditulis di Wikipedia oleh Sunda Empire,” ucap Roy saat dihubungi tim berita  24 Januari 2020.

Mendengar  pernyataan Menpora masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, Rangga Sasana naik pitam. Ia menyebut Roy tidak mengerti urutan sejarah yang benar. Rangga juga menyebut pelaporan dirinya ke polisi sebagai sekretaris Sunda Empire itu telah keliru. Karena menurut Rangga bukan itu jabatan sesungguhnya. Ia mengaku sebagai Sekjen De Heeren Zeventien atau Dewan 17.

Advertising
Advertising

“Tatanan De Heeren Zeventien itu dilakukan selama 75 tahun oleh Vatikan. Saya sendiri merangkap di De Heeren Zeventien baru dari bulan Maret 2019. Ini sebagai persiapan De Heeren Zeventien dari Vatikan pindah ke Bandung. Itulah alasan saya diangkat menjadi Sekjen,” kata Rangga.

Apa sebenarnya De Heeren Zeventien yang banyak disebutkan itu?

Memandu Kejayaan VOC

Dalam sejarah Indonesia, kedatangan Vereenigde Oostindie Compagnie (VOC) dari Negeri Belanda merupakan awal kisah panjang penjajahan. Dorongan untuk menemukan sumber rempah-rempah memunculkan minat menjelejah dunia di kalangan orang Belanda. Kamar dagang yang terbentuk di berbagai kota di Belanda berlomba membiayai ekspedisi untuk mencari daerah penghasil bumbu dapur seharga emas tersebut.

Sejarawan Arsip Nasional Republik Indonesia Mona Lohanda menyebut periode itu sebagai wilde vaart (pelayaran liar) yang tidak diatur dan seringkali menimbulkan persaingan di kalangan perusahaan dagang Belanda sendiri. Pada 23 Juni 1595, delegasi dagang Belanda pertama pimpinan Cornelis de Houtman tiba di Banten. Keberhasilan itu menumbuhkan rasa percaya diri di kalangan mereka. Tapi mereka tetap tidak bersatu. Tiap-tiap kongsi dagang malah semakin liar dalam perlombaannya menuju negeri di timur itu.

Dalam keadaan terpecah belah demikian, Belanda disibukkan oleh perang melawan Spanyol dan Portugis yang sama-sama memiliki nafsu menguasai jalur rempah-rempah dunia. Menurut sejarawan Universitas Leiden Femme Simon Gaastra dalam De Geschiedenis van de VOC, kompeni-kompeni dagang Belanda yang tercerai berai itu tak mampu menghadapi dua kekuatan sekaligus.

“Sebaliknya, kompeni yang bersatu dapat menjadi senjata ampuh di bidang militer dan ekonomi,” tulisnya.

Baca juga: Riwayat di Balik Berdirinya Kompeni Dagang VOC

Maka dimulailah proses perundingan untuk menyatukan kongsi-kongsi dagang yang ada di Belanda. Enam di antaranya dari Amsterdam, Zeeland, Delft, Rotterdam, Hoorn, dan Enkhuizen. Awalnya, kata Gaastra, tidak semua sepakat dengan penyatuan tersebut, terutama wakil dari Zeeland. Mereka terlampau curiga atas dominasi Amsterdam. Namun berkat upaya keras Johan van Oldenbarneveldt dari pemerintahan Belanda, serta campur tangan Pangeran Maurits, kamar-kamar dagang ini bersedia bersatu di bawah kamar dagang pusat, yakni VOC.

Pada 20 Maret 1602, VOC berhasil berdiri. CR Boxer dalam Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-1799, mengatakan kalau kamar dagang pusat ini dipimpin oleh suatu dewan pengurus yang terdiri dari 17 utusan dari enam kamar dagang yang telah dilebur. Para pemimpin itu dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien atau 17 Tuan.

Penetapan 17 Tuan ini dilakukan berdasar atas besarnya pengaruh perusahaan tiap kamar dagang. Maka terbentuklah porsi sebagai berikut: delapan dari Amsterdam, empat dari Zeeland, dan satu dari setiap kamar dagang yang kecil, serta anggota ke-17 dipilih atas kesepakatan bersama. Heeren Zeventien biasanya mengadakan pertemuan dua kali dalam setahun, yakni saat musim semi dan musim gugur. Sebagai anggota inti, atau mereka menyebutnya “kamar kepresidenan”, pertemuan hanya dilakukan di Amsterdam dan Middleburg (Zeeland).

“Dengan demikian terdapat kadar integrasi yang kian bertambah antara para pengurus dan kelas-wali atau oligarki perkotaan yang berkuasa,” kata Boxer.

Tugas Heeren Zeventien

Di bawah naungan Heeren Zeventien, VOC tumbuh menjadi kamar dagang yang kuat. Kejayaan mereka mampu menguasai perdagangan rempah dunia. Eksploitasi atas sumber rempah di Nusantara pun berjalan baik. Para pemimpin Heeren Zeventien dikatakan memainkan perannya dengan baik. Bahkan menurut Boxer cara pengaturan mereka lebih baik ketimbang kongsi dagang milik kerajaan Inggris, East India Company (EIC).

Jika tiap-tiap kamar dagang yang tergabung di EIC harus mempertanggungjawabkan sendiri proses pengiriman barang dari kapalnya, Heeren Zeventien mengurus segala urusan pengapalan seluruh kongsi dagang di bawahnya. Mereka menentukan luas jumlah investasi tahunan sehingga tidak ada yang saling tumpang tindih. Bahkan ketika EIC tidak turut campur dalam soal barang-barang yang kembali, Heeren Zeventien mengatur distribusi barang-barang tersebut.

“Di kantor pengurus pusat di Amsterdam, surat-surat dan semua dokumen VOC disimpan di lemari besar di ruang sidang Heeren Zeventien. Lemari tersebut mempunyai banyak kunci dan masing-masing kunci itu dipegang oleh para anggota dewan. Oleh sebab itu sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk bisa membuka lemari tempat menyimpan dokumen dan surat-surat VOC,” tulis Mona Lohanda dalam Sejarah para Pembesar Mengatur Batavia.

Baca juga: Sepuluh Fakta Tentang VOC yang Belum Banyak Diketahui Orang

Namun secara manajemen kongsi, Boxer kiranya menyebut EIC dan VOC memiliki manajemen yang hampir serupa. Para anggota Heeren Zeventien tidak turun langsung mengurus masalah pencarian sumber daya alam. Sehingga pengetahuan mereka akan negeri jajahannya sangat terbatas. Mereka hanya mengandalkan laporan-laporan dan catatan perjalanan yang dibuat oleh perwakilannya di VOC. Meski hal itu disebut jauh dari cukup jika ingin membangun kekuatan yang solid.

“Majelis komisi-komisi EIC yang berkedudukan di London dengan 24 orang anggota agaknya susunannya kira-kira sama dan berkembang menurut garis-garis yang serupa dalam hal ini, karena pengalaman pribadi tentang Asia tidak pernah dianggap sebagai syarat khsus yang diandalkan,” ucapnya.

Dalam menjalankan bisnisnya di tanah jajahan, peran Gubernur Jenderal amat penting. Mereka menentukan jalannya pemerintahan di sana dan menjadi mata-telinga bagi Heeren Zeventien. Namun pemilihan pemimpin ini tidak mudah. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi pejabat VOC untuk mendudukinya. Satu syarat yang sangat menentukan adalah persetujuan anggota Heeren Zeventien.

Baca juga: Villa Isola, dari Vila Mewah hingga Sunda Empire

Tugas Heeren Zeventien di sini adalah memilih calon-calon yang diajukan anggota Dewan Hindia. Tetapi mereka juga memiliki hak untuk menolak tawaran calon dari dewan tersebut. Seperti kasus Jacques Specx yang menjadi Gubernur Jenderal di Batavia tanpa persetujuan Heeren Zeventien. Sebenarnya ia dipilih oleh Dewan Hindia untuk menutupi kekosongan jabatan yang ditinggalkan Jan Pieterzoon Coen saat menghadapi kepungan Mataram. Namun karena Heeren Zeventien tidak menyutujuinya, Specx dipanggil pulang ke Belanda pada 1632.

Tugas Heeren Zeventien lainnya adalah pengaturan urusan saham. Mereka melakukan pengawasan yang sangat ketat terhadap perputaran uang di tubuh VOC. Karena tiap kamar dagang memiliki porsi saham yang berbeda di VOC maka pengaturan dari Heeren Zeventien dianggap sangat membantu. Selain itu para pemberi saham di VOC juga datang dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari saudagar, bankir, pemilik lahan, sampai pegawai pemerintah.

Memang terjadi kekurangan dalam tugas Heeren Zeventien dalam mengatur para investor ini. Seperti terlihat pada akhir abad ke-17, ketika saham mayoritas VOC dipegang oleh masyarakat Amsterdam. Bahkan jumlahnya terbilang fantastis. Dari 108 orang Amsterdam saja jumlah sahamnya setara dengan tiga perdelapan total modal saham milik kamar dagang Zeeland.

“Para pemegang saham yang kecil segera juga diborong oleh mereka yang lebih besar,” tulis Boxer.

Meski begitu usaha Heeren Zeventien itu semakin terasa manakala VOC berhasil mengembangkan bisnisnya dan merajai perdagangan di Eropa. Keberadaan Heeren Zeventien terekam jelas ketika para pegawai VOC selalu bertindak berdasarkan persetujuan 17 Tuan dalam dewan tertinggi perdagangan di negeri Belanda tersebut.

TAG

voc belanda

ARTIKEL TERKAIT

Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Rencana Menghabisi Sukarno di Berastagi Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Pengawal Raja Charles Melawan Bajak Laut Para Pejuang Bugis-Makassar dalam Serangan Umum Jenderal dari Keraton Murid Westerling Tumbang di Jogja Akhir Perlawanan Dandara Serdadu Württemburg Berontak di Semarang Komandan AURI Pantang Kabur Menghadapi Pasukan Gaib