Masuk Daftar
My Getplus

Dirk Jan Struik, Sejarawan Matematika Dukung Indonesia Merdeka

Sebagai matematikawan, dia tak hanya berurusan dengan angka-angka tapi juga dengan kondisi masyarakat dan negara-negara yang dikungkung kolonialisme.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 09 Feb 2012
Sumber: Levensberichten en Herdenkingen. Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Amsterdam, 2002. Ilustrasi: Micha Rainer Pali

PASCA-Perang Dunia II, banyak rakyat Amerika Serikat (AS) menentang imperialisme Eropa di Asia, termasuk upaya Belanda kembali bercokol di Indonesia. Mereka mengirimkan surat kepada Departemen Luar Negeri AS untuk menyatakan keprihatinan dan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. Mereka juga menunjukkannya dalam bentuk demonstrasi yang digalang organisasi-organisasi prokemerdekaan Indonesia. Salah satunya organisasi Komite Amerika untuk Indonesia Merdeka (American Committee for Indonesian Independence).

Salah satu aksi mereka terjadi pada 19 Oktober 1945. Kala itu kaum buruh pelayaran Indonesia melakukan pemogokan dan demonstrasi yang berhasil menahan sebelas kapal Belanda di pelabuhan New York yang akan mengangkut perlengkapan perang yang diperoleh dari pemerintah AS. “Karena perjuangan kaum buruh pelayaran Indonesia yang gigih dan juga karena setiakawan Serikat Buruh Pelayaran Amerika Serikat (National Maritime Union of USA), alat-alat perlengkapan perang Belanda terpaksa dibongkar lagi,” tulis Sidik Kertapati dalam Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Aksi buruh pelayaran itu dipimpin orang-orang Indonesia sendiri, termasuk Charles Bidien.

Komite Amerika untuk Indonesia Merdeka dipimpin oleh sejarawan matematika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) AS, Prof Dirk Jan Struik. Wakilnya adalah Charles Bidien, orang Indonesia yang juga jadi editor Indonesian Review, publikasi komunis AS yang diterbitkan Komite.

Advertising
Advertising

Struik lahir di Rotterdam, Belanda, pada 30 September 1894. Dia mulai mengenal gagasan “kiri” dari guru SMA-nya, G.W. Ten Dam, anggota partai kecil tapi radikal, partai Marxis: Partai Sosial Demokrat. Namun baru pada Agustus 1915 dia bergabung menjadi anggota Partai Sosial Demokrat, yang lalu berubah jadi Partai Komunis Belanda.

Selain Marxisme, Struik tertarik pada matematika. Pada 1912, Struik mengambil jurusan matematika dan fisika di Universitas Leiden. Setelah bergelar doktor, dia mengajar di Universitas Utrecht. Pada saat yang sama, dia menikahi Saly Ruth Ramler, profesor matematika dari Universitas Charles di Praha, Ceko. Dengan dana dari beasiswa Rockefeller, Struik pergi ke Roma untuk berkolaborasi dengan matematikawan Italia, Tullio Levi-Civita. Di sana untuk kali pertama Struik tertarik dengan sejarah matematika. Dari Roma, dia pergi ke Gottingen, pusat utama matematika.

Pada 1926, dia mendapat tawaran mengajar di dua universitas: Moscow State University dan MIT. Dia memilih MIT. Alasannya, selain karena kesehatan istrinya yang rapuh, AS relatif membebaskan pandangan kirinya. “Di AS dia bekerja secara aktif dengan gerakan intelektual Marxis, yang kemudian berkembang,” tulis Chandler Davis, “Dirk Jan Struik (1894-2000),” Notices, Vol. 48 No. 6, 2001.

Di AS pula dia menjadi aktivis antikolonialisme yang berpengaruh. Dia mendukung kemerdekaan Indonesia dan mewadahi ekspatriat Indonesia di AS dalam Komite Amerika untuk Indonesia Merdeka, yang berkedudukan di New York. “Peranan penting dipegang Komite Amerika untuk Kemerdekaan Indonesia yang mempunyai cabangnya dimana-mana,” tulis Sidik. “Cabang San Francisco dipegang oleh seorang Indonesia Larry Bogk dan kawan-kawannya, sedangkan di Los Angles terdapat cabang yang dipimpin pejuang dan sarjana berkebangsaan Irlandia yang terkenal, Leo Gallagher.”

Menyusul agresi militer Belanda I pada Juli 1947, satu aksi protes terjadi di San Francisco yang digalang oleh Komite Amerika untuk Indonesia Merdeka. Demonstran mengusung spanduk bertuliskan slogan-slogan: “Nazi Menginjak-injak Belanda (1940) Belanda Menginjak-injak Jawa”, “Imperialisme Sama Saja dalam Semua Bahasa”, dan “Stop Penggunaan Barang AS untuk Membunuh Orang Indonesia.” Selain demonstrasi, mereka juga menggelar kuliah umum berjudul “Di Balik Layar Perang Kolonial Belanda” oleh Ellis Patterson, warga San Francisco dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS.

Komite Amerika untuk Indonesia Merdeka menggalang aksi protes lain di depan kediaman Konsul Belanda di Los Angeles. “Di sana, demonstan membentangkan spanduk bertuliskan ‘Pemerintah Belanda Harus Keluar Dari Indonesia’ dan mengingatkan orang-orang bahwa ‘Belanda Cinta Kemerdekaan-Begitu Juga Indonesia,’” tulis Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg dalam Indonesia Merdeka Karena Amerika?.

Ideologi marxsis yang dianut Struik menyeretnya berurusan dengan hukum. Namun Sidik Kertapati keliru menyebut Struik “dipecat dari pekerjaannya dan dihukum selama 18 bulan, karena aktivitasnya dalam pembelaan Republik Indonesia.”

Struik menjadi sasaran perburuan pemerintahan AS di masa McCarthyisme, istilah yang diambil dari nama Senator Partai Republik AS Joseph McCarthy yang komunisfobia. Pada September 1951, dia didakwa sebagai mata-mata Soviet dan mendukung penggulingan AS dan pemerintahan Massachusett. Pada saat surat dakwaan turun, MIT menangguhkan Struik dari tugas mengajar tapi tetap mendapatkan gaji penuh dan tunjangan sampai kasusnya selesai. Kasusnya dibatalkan lima tahun kemudian karena kurangnya bukti. Pada Mei 1956, Presiden MIT James R. Killian secara resmi mengembalikan Struik ke kampus. Struik mengajar di MIT sampai pensiun pada 1960.

Pada 1975, Struik dianugerahi Gold Medal of Achievement oleh Universitas Nasional Mexico untuk “pengabdiannya bagi pengajaran dan pengembangan matematika di Meksiko selama bertahun-tahun.” Pada Mei 1989, di Hamburg, Jerman, dia dianugerahi Kenneth Ownsworth May Prize atas “kontribusi yang luar biasa dalam sejarah matematika” oleh Komisi Internasional tentang Sejarah Matematika & Uni Internasional Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan.

Struik adalah seorang Marxis yang teguh. Saat ditanya pada ulangtahun satu abad hidupnya: bagaimana dia dapat tetap eksis dalam bidangnya hingga usia lanjut, dia menjawab riang bahwa dia memiliki “3M” yang juga dibutuhkan seorang lelaki untuk mempertahankan hidupnya: Marriage, Mathematics, and Marxism (Menikah, Matematika, dan Marxis).

Dia meninggal dunia pada 21 Oktober 2000 dalam usia 106 tahun.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Mata Hari di Jawa Menjegal Multatuli Nobar Film Terlarang di Rangkasbitung Problematika Hak Veto PBB dan Kritik Bung Karno Ibu dan Kakek Jenifer Jill Tur di Kawasan Menteng Daripada Soeharto, Ramadhan Pilih Anak Roket Rusia-Amerika Menembus Bintang-Bintang Guyonan ala Bung Karno dan Menteri Achmadi Pieter Sambo Om Ferdy Sambo