top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Desas-Desus Sabotase Banjir Bandung 1945

Dalam suasana perang, sungai Cikapundung tiba-tiba meluap membanjiri kota Bandung. Desas-desus menyebutkan sabotase kaki tangan Belanda dan Inggris.

Oleh :
10 Mar 2016

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kawasan Sungai Cikapundung pada masa kolonial Hindia Belanda.

Beberapa waktu lalu, Jakarta dikejutkan dengan penemuan sampah cangkang kabel yang menumpuk di gorong-gorong. Ada kalangan yang mencurigai itu upaya sabotase supaya air di saluran-saluran bawah Jakarta pampat sehingga banjir semakin parah.


Pada 25 November 1945, banjir besar yang dicurigai upaya sabotase juga pernah melanda Bandung. Salah satu saksi mata dari kejadian itu adalah Itjeu Suhartina (89). Menurutnya, semula masyarakat Bandung meyakini luapan air dari Sungai Cikapundung tersebut akibat hujan yang terus-menerus turun dari siang hari.


“Tapi dipikir-pikir oleh kami, masa sih hujan gerimis bisa membuat Cikapundung meluap? Terlebih peristiwa seperti itu seingat saya baru terjadi pertama kali di Bandung,” ungkap perempuan sepuh yang saat itu tinggal di sekitar wilayah Balubur.


Akibat air bah yang melanda kota, korban pun berjatuhan. Dalam Bandung Awal Revolusi 1945-1946, John R.W. Smail menyebut banjir itu menghancurkan paling tidak 500 rumah dan memakan lebih dari 200 korban jiwa.


Selain anak-anak dan perempuan yang hanyut, sebagian korban merupakan lelaki yang tertembak. Bagaimana bisa? Rupanya, saat para pemuda, tentara, dan laskar turun memberikan pertolongan kepada penduduk, pasukan Gurkha dan Belanda yang sedang berpatroli menembaki mereka secara membabi buta.


Salah seorang pemuda laskar yang tertembak adalah Asikin Racman (92). Menurutnya, di tengah kepanikan akibat air bah, sekitar pukul 20.00 satu kompi pasukan Inggris dalam gerakan militer yang provokatif mendekati perkampungan rakyat di pinggir Sungai Cikapundung sekitar Hotel Savoy Homan, Hotel Preanger, dan Jalan Braga.


“Tanpa belas kasihan, mereka menembaki kami dan rakyat yang tengah kami tolong hingga beberapa meregang nyawa dan sebagian lain dalam kondisi panik bertebaran ke sana ke mari,” kenang mantan anggota Laskar Hisbullah Bandung tersebut.  


Bandung praktis lumpuh saat itu. R.J. Rusady Wirahaditenaya melukiskan wilayah Lengkong, Banceuy, Sasak Gantung dan Balubur berubah menjadi telaga. “Lalu lintas mengalami kemacetan total karena jalan-jalan penuh kotoran dan pohon-pohon besar yang terbawa air bah,” tulis tokoh pejuang Bandung itu dalam Tiada Berita dari Bandung Timur 1945-1947.


Polisi dan tentara Indonesia tentu saja tak tinggal diam. Mereka melakukan penyelidikan dan menemukan fakta bahwa bencana banjir besar itu akibat sabotase kaki tangan Belanda dan Inggris. Menurut Mohamad Rivai dalam Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, keterangan tersebut didasarkan pada kesaksian sejumlah penduduk Bandung.


“Saat menjelang malam pas akan terjadinya banjir, para saksi melihat lima orang berpenampilan mirip pejuang mendatangi viaduct dan menutup pintu-pintu air sungai Cikapundung lalu mereka menghilang secara cepat,” ungkap mantan komandan di Divisi Siliwangi itu.


Rivai meyakini perintah penutupan pintu-pintu air di bawah viaduct tersebut datang langsung dari Panglima Tentara Inggris di Bandung, Brigadir Jenderal MacDonald. Tujuannya untuk menggagalkan rencana serangan umum ke Bandung, yang akan dilancarkan oleh tentara Indonesia pada malam 25 November itu.


Dari sumber-sumber Belanda sendiri, mereka menganggap banjir tersebut merupakan gejala alam biasa. Secara historis, menurut situs Java Post, curah hujan yang tinggi berbanding lurus dengan terjadinya bencana banjir yang kerap melanda Bandung di masa lalu. Setidaknya pada 1921 dan 1931, Bandung pernah dilanda banjir.


De Niewsgier dalam pemberitaannya pada keesokan harinya (26 November 1945), menuduh bencana itu upaya sabotase yang dilakukan pihak Republik. “Menurut keterangan yang kami lansir dari para pengungsi, itu merupakan akibat dari sabotase yang dilakukan para ekstrimis,” tulis koran yang terbit di Batavia itu.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page