Masuk Daftar
My Getplus

Boedi Oetomo dari Progresif menjadi Konservatif

Organisasi yang didirikan para pemuda berpikiran maju itu akhirnya jatuh ke tangan para priayi kolot.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 20 Mei 2015
Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta.

TAK lama setelah didirikan, para siswa Stovia mencurahkan tenaga untuk merebut hati rekan-rekan dari sekolah lanjutan lainnya untuk bergabung dengan Boedi Oetomo. Dengan cepat cabang Boedi Oetomo berdiri di tiga dari delapan sekolah yang hadir saat pembentukan: OSVIA di Magelang, sekolah pendidikan guru bumiputra di Yogyakarta, dan sekolah menengah petang di Surabaya. Sehingga, jumlah anggota Boedi Oetomo pada Juli 1908 mencapai 650 orang. Dari keseluruhan, anggota dari Stovia relatif kecil karena jumlah siswanya sedikit.

“Kendati demikian selama tahun-tahun pertama STOVIA tetap merupakan pusat kegiatan Budi Utomo,” tulis Nagazumi.

Sadar bahwa kemajuan kaum bumiputera masih bergantung pada sikap kaum priayi, tokoh-tokoh pendiri Boedi Oetomo mengikuti pendekatan yang ditempuh Wahidin. Mereka menghubungi para priayi tinggi yang telah tergugah hatinya seperti bupati Tuban, Temanggung, Jepara, Demak, Karanganyar, Kutoarjo, dan Serang; serta Pangeran Ario Notodirodjo dari Pakualaman. Mereka juga menghubungi “putri-putri Jepara”, yakni adik-adik RA Kartini.

Advertising
Advertising

Baca juga: Menentukan Arah Kemudi Boedi Oetomo

Ketiga kelompok tersebut merupakan “titik pusat dalam jaringan cita-cita kemajuan di Jawa,” sebut Surjomihardjo. “Kelompok pelajar STOVIA dengan teman-temannya dan sekolah lain merupakan kelompok keempat yang mendorong golongan tua untuk mengadakan kongres.”

Menjelang kongres, BO sudah memiliki delapan cabang: Batavia, Bogor, Bandung, Yogyakarta I, Yogyakarta II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Jumlah anggotanya meningkat dari 650 menjadi 1.200 anggota, di mana 700 anggota di antaranya “pejabat dan orang-orang pribumi” (bukan siswa). Dengan meningkatnnya persentase anggota yang bukan siswa, “pengaruh para siswa pun berangsur-angsur menjadi semakin lemah,” tulis Nagazumi.

Baca juga: Benarkah Boedi Oetomo Anti-Islam?

Dalam pertemuan pada 8 Agustus 1908, para pemimpin Boedi Oetomo memutuskan Yogyakarta sebagai tempat kongres pertama. Penetapan ini, menurut Nagazumi, bukan karena Yogyakarta merupakan tempat kelahiran Wahidin tetapi karena Yogyakarta dipandang sebagai “tempat denyut jantungnya Jawa.”

Dengan demikian, menurut Surjomihardjo, “mereka makin sadar bahwa pelaksanaan cita-cita mereka diserahkan kepada angkatan tua."

Baca juga: Asal Usul Peringatan Hari Kebangkitan Nasional

TAG

Boedi-Oetomo

ARTIKEL TERKAIT

Benarkah Boedi Oetomo Anti-Islam? Boedi Oetomo di Bulan Puasa Menentukan Arah Kemudi Boedi Oetomo Hari Ini Boedi Oetomo Berdiri Gagasan Awal Pendirian Boedi Oetomo Memvisualisasikan Jejak Boedi Oetomo Tjipto Mangoenkoesoemo, Dokter Antifasis Jalan Menyimpang Goenawan Mangoenkoesoemo Percobaan Pembunuhan Leon Trotsky, Musuh Bebuyutan Stalin Serangkaian Harapan dari Mahkamah Rakyat