PERANG Korea (1950-1953) jadi penanda pemisahan dua Korea. Gengsi berbau politis acap mewarnai persaingan Korea Selatan dan Korea Utara. Mulai dari budaya, senjata hingga olahraga.
Khusus olahraga, Korea Utara (Korut) boleh bangga punya arena olahraga monumental yang diakui sebagai yang terbesar se-kolong langit. Meski rezim terus berganti dan karakter pemerintahannya tetap represif, prestis bidang olahraga tak pernah dilupakan sejak rezim Kim Il-sung hingga cucunya Kim Jong-un.
Selain prestasi, yang bisa dibanggakan Korut dalam olahraga tak lain adalah stadion. Negeri itu punya Stadion Rungrado 1 Mei atau Stadion May Day. Ia terletak di ujung selatan Pulau Rungra yang berada di tengah-tengah Sungai Taedong, tak jauh dari ibukota Pyongyang.
Mengutip sejarawan Amerika Serikat cum eks-Direktur Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih bidang Asia kelahiran Korea Selatan Victor Cha dalam The Impossible State: North Korea, Past and Future, Stadion Rungrado dibangun sebagai venue utama untuk perhelatan Festival Pelajar dan Pemuda Dunia ke-13. Hajatan itu jadi jawaban atas persaingannya dengan Korsel, mengingat “saudara” mereka di selatan memenangkan pemilihan tuan rumah Olimpiade Seoul 1988.
Baca juga: Medan Laga Korea Utara dalam Sepakbola
Event itu ingin dibuat pemerintahan Kim Il-sung menjadi festival dengan edisi terbesar dan termegah. Korut jor-joran melimpahkan dana pembangunan mega-proyek demi ajang itu mengingat di tahun 1980-an ekonominya tengah booming berkat industri fiber dan nilonnya. Selain mendatangkan mobil-mobil Mercedes-Benz mewah, pemerintah juga membangun Hotel Ryugyong di dekatnya setinggi 105 lantai dengan beragam fasilitas hotel mewah kelas dunia.
Persiapannya sudah dimulai sejak 1986, termasuk pembangunan stadionnya. Itu diperkirakan “membakar” duit hingga miliaran dolar.
“Ajang itu jadi jawaban atas Olimpiade Seoul dan mereka berinvestasi dalam bangunan infrastruktur yang masif. Menghabiskan dana antara USD4-9 miliar. Mereka membangun 260 fasilitas megah, termasuk stadion tenis meja berkapasitas empat ribu kursi, stadion bulutangkis (3 ribu kursi), dan yang utama Stadion Rungrado May Day yang terbesar di dunia dengan 150 ribu kursi,” ungkap Cha.
Baca juga: Korea Bersatu di Arena
Sayangnya belum ada sumber yang menyingkap siapa atau pihak mana arsitek cum desainer Rungrado May Day. Hanya disebutkan bahwa Kim Il-sung menginginkan bangunan itu selain megah juga anggun dan ikonik. Maka jadilah stadion yang jika dilihat dari ketinggian bentuknya mirip kembang magnolia merekah.
“Stadion setinggi delapan lantai itu didesain seperti sekuntum bunga yang mengapung di atas sungai. Stadionnya memiliki 16 kanopi lengkung berbentuk busur sebagai atapnya yang menyatu satu sama lain untuk menggambarkan kelopak bunga,” sebut Michael Hurley dalam The World’s Most Amazing Stadiums.
Bagian dalam stadion yang berdiri di atas kompleks lahan seluas 20,7 hektar itupun, lanjut Hurley, dilengkapi beragam fasilitas top. Selain rumput lapangan sepakbola dan trek lari berstandar internasional, ia dilengkapi ruang sauna, kolam renang indoor. Sebagaimana keinginan sang pemimpin, stadion itu rampung dan diresmikan Kim Il-sung pada 1 Mei 1989 bertepatan dengan May Day atau Hari Buruh Internasional.
Saat diresmikan, Rungrado semata stadion terbesar di Asia lantaran status stadion berkapasitas terbesar dunia masih dipegang Estádio do Maracaña di Rio de Janeiro, Brasil, tempat final Piala Dunia 1950 mencatatkan jumlah penonton mencapai 199 ribu. Tetapi setelah Maracaña direnovasi tiga kali sejak 2000, sekarang hanya berkapasitas 78.838. Maka status stadion terbesar dunia jadi milik Rungrado dengan 150 ribu kursi.
Ajang Festival Pelajar dan Pemuda ke-13 yang dibuka pada 1 Juli 1989 di Stadion Rungrado pun bergulir sukses. Momen itu membuat Kim Il-sung bisa pamer terutama kepada para partisipan asal negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat yang mengizinkan perwakilannya menginjakkan kaki pertamakali ke sana sejak Perang Korea (1950-1953).
Baca juga: Banjiha, Potret Kemiskinan Korea
Usai hajatan itu, stadion tersebut menjadi markas timnas sepakbola putra dan putri Korut dan klub terbesarnya, 4.25 (April 25 Sports Club). Stadion ini lalu beberapakali dijadikan venue hajatan kolosal lain, di antaranya “Collision in Korea” pada April 1995. Ajang gulat pay-per-view yang menggandeng New Japan Pro-Wrestling dan World Championship Wrestling pada 28-29 April 1995 itu dihelat dalam rangka Pyongyang International Sports and Culture Festival for Peace. Ajang tersebut sukses besar mengingat stadion itu disesaki penonton melebihi kapasitasnya, 165 ribu orang.
Hajatan lainnya adalah Festival Arirang yang rutin digelar tahunan sejak 2002. Festival seni, budaya, dan senam massal warisan Kim Jong-il, putra sekaligus suksesor Kim Il-sung, itu pada 2007 mencetak rekor dunia Guinness dengan 100.090 partisipan menyesaki Stadion Rungrado.
“Festival Arirang biasanya digelar sebagai puncak Hari Kemerdekaan atau perayaan berdirinya Republik Demokratik Rakyat Korea pada 9 September. Nama Festival Arirang diambil dari cerita rakyat (Arirang) yang merepresentasikan pemisahan Korea, di mana kisahnya menceritakan sepasang muda-mudi yang dipisahkan oleh tuan tanah jahat,” tulis Paul Fischer dalam A Kim Jong-il Production: The Incredible True Story of North Korea and the Most Audacious Kidnapping in History Paperback.
Baca juga: Lagu Arirang dan Bendera Pemersatu Korea
Setelah Kim Il-sung sukses membangun Stadion Rungrado untuk festival pelajar dan pemuda sedunia di akhir 1980-an dan Kim Jong-il memprakarsai Festival Arirang di awal 2000-an, lantas di tangan Kim Jong-un Stadion Rungrado di-upgrade dengan fasilitas yang lebih modern mulai 2013. Jong-un juga memprakarsai proyek pembangunan beberapa venue olahraga baru di kompleks olahraga yang mengelilingi Stadion Rungrado. Selain venue sepatu roda, ada venue berkuda, ski air, dan arena selancar air dan selancar angin.
“Sudah menjadi keinginan partai (Partai Pekerja Korea, penguasa pemerintah) untuk merenovasi Stadion May Day dengan sukses menjadi ikon fasilitas olahraga yang lebih modern dan menjadi stadion yang pantas bagi sebuah bangsa yang beradab,” cetus Kim Jong-un saat mengunjungi Stadion Rungrado pada 2013 sebagaimana dikutip The Guardian, 7 Oktober 2015.
Baca juga: Korea Merajut Persatuan Lewat Olahraga
Sementara, di dalam stadionnya penambahan-penambahan fasilitas modern dilakukan dengan menyulap ruang ganti pemain menjadi lebih modern dan penambahan ruang-ruang fisioterapis, media centre, serta arena indoor sebagai wadah akademi sepakbola baru Korut. Khusus arena indoor, pembiayaannya juga disokong FIFA sebesar USD800 ribu.
Meski begitu, kursi penonton yang juga direnovasi berdampak pada pengurangan kapasitas, menjadi 114 ribu. Tetapi hal itu belum menggeser statusnya sebagai stadion berkapasitas terbesar dunia.
Ada satu fakta kelam yang jarang diketahui publik internasional, yakni stadion itu pernah jadi tempat eksekusi puluhan perwira militer Korut pada 1992. Eksekusi dilakukan sebagai jawaban atas pengarahkan moncong-moncong tank ke arah Kim Il-sung dan Kim Jong-il pada perayaan HUT ke-60 Tentara Rakyat Korea oleh komplotan sekira 40 perwira lulusan Akademi Militer MV Frunze, Moskva, Rusia yang dipimpin Jenderal-kolonel An Chang Ho.
Toh di stadion ini pula salah satu momen progres perdamaian antara Korsel dan Korut terjadi. Di hadapan 150 ribu warga Korut yang memadati Stadion Rungrado pada 20 September 2018, Presiden Korsel Moon Jae-in berpidato di podium kehormatan.
“Ketua Kim Jong-un dan saya sebelumnya bertemu pada 27 April di Panmunjom dan kami saling berangkulan… Kepada warga Pyongyang, sesama bangsa Korea, kita telah hidup bersama selama lima ribu tahun namun terpisah hanya dalam 70 tahun. Di sini, di stadion ini hari ini, saya mengajukan langkah maju menuju gambaran besar perdamaian dengan harapan kita bisa bersatu lagi,” tandas Presiden Moon dalam pidatonya, dikutip situs resmi kepresidenan Korsel.
Baca juga: Tangan Dingin Moon Jae-in