Masuk Daftar
My Getplus

Soeratman Keluarga Anggar

Soeratman menjadi pelatih anggar sejak bertugas dalam tentara kolonial. Anak-anaknya mengikuti jejaknya.

Oleh: Petrik Matanasi | 22 Jun 2022
Soeratman sedang melatih anggar. (Retty Hakim/Kompasiana.com).

Pada suatu pagi, 1 September 1937, seorang serdadu mengamuk di tangsi batalion infanteri ke-8 tentara kolonial Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL) di Rampal, Malang. Dia memegang klewang yang biasa dipakai serdadu KNIL. Setelah merobohkan istrinya, dia mengancam anak-anak dan perempuan lain.

Seorang sersan Jawa kemudian mengambil sebilah besi dari pagar. Dengan besi dan kemampuan teknik bermain anggar, dia berhasil merobohkan serdadu mengamuk itu.

Kejadian itu tercatat dalam koran-koran Belanda, seperti De Locomotief dan De Indische Courant edisi 17 Maret 1939. Koran tersebut menyebut, atas kejadian itu, sersan Jawa kelas satu bernama Soeratman dianugerahi penghargaan medali kehormatan Orde Oranje Nassau perak dan pedang. Bintang itu diberikan kepadanya dalam sebuah upacara militer yang mana atasannya memujinya.

Advertising
Advertising

Para serdadu di batalion itu tidak heran dengan kemampuan Soeratman. Sebab, dia adalah pelatih anggar yang dianggap master anggar.

Dari Malang, Soeratman pindah tugas ke Makassar. Di sana, dia juga mengajar anggar. Setelah KNIL bubar, dia menjadi pelatih anggar anggota TNI.

Baca juga: Anggar untuk Hitler

Soeratman, pelatih anggar. (Retty Hakim/Kompasiana.com).

Pada 1951, tim anggar Sulawesi Selatan tergolong yang terkuat. Salah satu atletnya Kolonel Alex Kawilarang, perwira militer penting di Sulawesi Selatan. Dia bermain anggar sejak tahun 1940-an di Bandung. Pelatihnya Sangkey, mantan anggota KNIL.

Kawilarang mengaku mulanya ingin ikut nomor sabel, namun karena tidak ada waktu untuk latihan, maka dia memilih floret. “Dan itu juga atas saran Soeratman, seorang ahli pemain anggar dan instruktur,” kata Kawilarang dalam biografinya Untuk Sang Merah Putih. Tim Sulawesi Selatan berada di urutan ketiga dalam Pekan Olahraga Nasional 1951 di Jakarta. Kawilarang sendiri menjadi juara dalam nomor floret.

Baca juga: Olahraga Simbol Kedaulatan

Anak-anak Soeratman juga juara anggar di era 1950-an. Pada 1955, seperti diberitakan De Nieuwsgier, 29 November 1955, Vic Soeratman juara dua di nomor floret dan Tik Soeratman juara dua di nomor degen. Keduanya mewakili Sulawesi Selatan.

Di era 1970-an, Soeratman, yang dikenal sebagai Soeratman Agam, masih dikenal orang sebagai master anggar. Keluarganya tersohor dalam olahraga anggar. Majalah Tempo, 6 Agustus 1977, menyebut Tic adalah manajer tim anggar Sulawesi Selatan dalam PON ke-9 tahun 1977. Namun, tim anggar Sulawesi Selatan hanya mendapat empat perunggu.

Sekitar tahun 1978, Panglima ABRI Jenderal TNI M. Jusuf melakukan kunjungan ke ksatrian Kopassandha (nama lama Kopassus) di Kandang Menjangan, Kartasura, Jawa Tengah. Jusuf memperhatikan satu persatu perwira di sana. Sampai akhirnya matanya tertuju pada seorang letnan yang masih muda.

“He, kamu anaknya Soeratman yang pelatih anggar itu ya?” tanya Jusuf dalam biografinya, Panglima Para Prajurit. Jusuf mengingat Soeratman sebagai pelatih anggar Kodam Hasanuddin Sulawesi Selatan dan Tenggara pada 1950–1960-an.

“Siap, jenderal,” jawab letnan muda itu.

Baca juga: Flores Selamatkan Komandan

Letnan muda itu bernama Valentinus Suhartono Suratman yang lahir di Makassar pada 16 September 1952. Orang mengenalnya sebagai Tono Suratman. Dalam militer, dia jauh melebihi ayahnya. Di zaman ayahnya, jadi sersan KNIL sudah pencapaian luar biasa untuk orang Indonesia.

Sementara pangkat Tono Suratman sampai mayor jenderal. Dalam dinas militer, Tono pernah menjadi Panglima Daerah Militer VI/Tanjung Pura, Kalimantan pada 2008–2010, kemudian menjabat Asisten Operasi Panglima TNI pada 2012.

Dalam dunia anggar, selain sebagai atlet, Tono juga pernah menjadi ketua Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) dan ketua umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Saat ini, Tono menjabat Kepala SMA Taruna Nusantara, Magelang.

TAG

anggar soeratman

ARTIKEL TERKAIT

Presiden Jokowi Akui 12 Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Wasit Pemberani Bernama Tjen A. Kwoei Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Sebelum Muhammad Ali Unjuk Gigi Piala Asia Tanpa Israel